Masa Lalu

1415 Words
Entah apa yang dirasakan Ily setelah mendengar kenyataan yang sesungguhnya. Senang? Sedih? Atau merasa bersalah? Air matanya kini lolos tanpa bisa ia tahan. Diusianya 16 tahun ia tidak pernah berfikir akan mengetahui fakta jika dirinya hadir tanpa diharapkan. Aryan, sang ayah memeluk putrinya. Sebenarnya dia tidak ingin mengatakan semuanya pada Ily tapi karena Ily bersikukuh dan mengancam menolak ikut jika dia tidak menceritakan yang sebenarnya. Dan akan ada saatnya nanti Ily pasti tau meski dia berusaha menutupinya. Aryan tidak ingin Ily mengetahuinya dari orang lain. "Maafkan, papa! Harusnya papa nggak egois." Aryan merasa bersalah melihat putrinya menangis mendengar cerita yang harusnya jadi masa lalu. "Bukan salah bapak, nggak ada yang salah. Bapak udah lakuin yang terbaik buat pertahanin rumah tangga bapak." ucap Ily dalam pelukan Aryan. Biar bagaimanapun Aryan tak bersalah. Hanya saja waktu tidak pas untuknya. Menghamili wanita lain saat ia memiliki istri merupakan penyesalan terbesar dalam hidupnya tapi satu yang perlu diketahui bahwa ia tak pernah menyesal memiliki Ily, putrinya. Aryan ingin mempertahankan Ily kecil tapi keadaan yang memaksanya untuk melepaskannya meski dia tak ingin. Tidak ada ayah yang ingin kehilangan putrinya, termasuk Aryan. 16 tahun lalu. . . Seorang wanita mendatangi Aryan mengaku hamil anaknya. Awalnya Aryan kaget namun berhasil ditutupinya meski jauh dari lubuk hatinya mulai gelisah dan tak tenang. Aryan tak membantah karena memang dia telah melakukannya dengan wanita didepannya, dan Aryan juga tidak meragukan benih itu karena dia tau jika wanita yang ditiduri malam itu masih perawan. Aryan merutuki kebodohannya, seharusnya di tidak ke club saat bertengkar degan istrinya, Bella. Dan itu kali pertama Aryan melakukan hubungan dengan wanita lain selain istrinya. Dia mabuk dan menganggap Maya adalah istrinya yang sangat ia cintai. Aryan tidak tau harus melakukan apa. Jika ia bertanggung jawab berarti dia harus menikahi Maya, tapi pernikahannya yang jadi taruhannya. Dia tidak mau pernikahannya hancur. Dan jika tidak, bagaimana dengan janin yang ada dalam rahim Maya? Janin itu adalah miliknya dan Aryan tidak mau bayi itu lahir tanpa seorang ayah. Meski tau apa yang akan terjadi, Aryan memberanikan diri untuk bicara pada istrinya sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Bagaimana jika dirimu tau kalau suamimu menghamili wanita lain diluar sana? Marah? kecewa? sakit? Bahkan itulah yang dirasakan Bella Saat mendengar Aryan. Aryan benar-benar mengatakannya, dia tak berniat menyakiti istrinya hanya saja dia ingin istrinyalah orang pertama yang harus mengetahui kelakuan bejatnya. Dia menjelaskan pada Bella jika dia tak selingkuh dan itu terjadi saat mereka bertengkar hebat. Awalnya Bella marah tapi mendengar penjelasan Aryan membuatnya merutuki dirinya sendiri, seandainya waktu itu dia tidak mengancam akan pergi ini semua tidak akan terjadi. Dengan ikhlas Bella merelakan suaminya untuk menikahi wanita yang bernama Maya. Tapi niatnya itu ditantang oleh keluarga besar Thomas, menurutnya tidak akan ada menantu lain selain Bella dan Pricillia di rumahnya. Tak kunjung mendapatkan kepastian Maya mendatangi keluarga Thomas untuk memperjelas semuanya. Seiring berjalannya waktu perut Maya semakin membuncit dan dia lelah jadi bahan omongan orang, jika Aryan tidak mau bertanggung jawab maka Maya akan pergi untuk mencari tempat agar tak seorangpun yang tau. Abimanyu setuju setelah mendengar penuturan Maya. Maya hanya butuh akta untuk anaknya, dia tidak ingin anaknya dihina karena lahir tanpa seorang ayah. Setelah lahir Maya dan Aryan akan bercerai dan pergi membawa anaknya, Maya memastikan jika dia dan anaknya tidak akan menuntut apapun. Padahal Abimanyu tidak bermaksud seperti itu, biar bagaimanapun bayi yang dikandung Maya adalah cucunya, bayi itu berhak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Dia kasihan pada Maya dan marah pada Aryan. Aryan dan Maya telah menikah secara sederhana, yang datang hanya keluarga Thomas. Sedangkan Maya tidak mempunyai kelurga karena dia dibesarkan dipanti asuhan. Meski Maya sebagai istri kedua di rumah Thomas semua orang sangat baik padanya, termasuk Bella istri Aryan sekaligus madunya. Maya merasa bersalah, seharusnya Bella marah atau membencinya bukan malah bersikap baik padanya. Dan juga Aryan, pria itu menjadi suami siaga. Bella dan Aryan selalu membantu Maya, menemaninya memeriksakan kandungan, membuatkan makanan dan juga perhatian. Katakan Maya adalah wanita tidak tau diri, tapi apa salah jika menginginkan suaminya? Apa salah jika dia menginginkan haknya sebagai istri? Apa salah jika cemburu melihat kemesraan Bella dan Aryan? Maya juga istrinya Aryan tapi kenapa pria itu tidak pernah melakukannya apapun seperti dia melakukannya pada Bella. Selama menikah bersama Aryan Maya tau dia mencintainya. Tapi dia tau cintanya tak mungkin terbalas. Pria itu hanya menatap istrinya. Bella. Setelah Maya melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik keluarga Thomas sangat bahagia. Bayi itu adalah satu-satunya cucu perempuan dalam keluarganya. Tapi kebahagian itu tak bertahan lama saat Maya menepati janjinya untuk bercerai dan pergi membawa putrinya. Dan benar saja, Aryan menolak. Bukan karena dia mencintai Maya melainkan putrinya, dia ingin bersama putrinya. Aryan dan Abimanyu berusah bernegosiasi bersama Maya untuk tidak membawa putrinya pergi, mereka akan melakukan apapun agar bayi itu tetap tinggal bersama mereka. "Nggak ada seorang ibu yang mau berpisah dengan bayinya termasuk aku. Dan maaf, putriku nggak sebanding dengan apapun." Ucap Maya tegas "Aku mohon, Maya. Aku ayahnya, aku akan lakuin apapun supaya kamu setuju" Aryan berusaha meyakinkan, dia terlanjur jatuh cinta pada bayi mungil itu, bukan cuma dirinya, seluruh keluarga Thomas termasuk kedua anaknya, Rimba dan Lingga sangat-sangat menyukai bayi mungil itu. "Ceraikan Bella! Jadikan aku sebagai istri sahmu dan bayinya tetap bersama kalian" ucap Maya tegas. Aryan menegang mendengar penuturan Maya. Bagaimana bisa ia menceraikan Bella? Dia sangat mencintai istrinya. Apalagi dia sudah memiliki dua buah cintanya dari wanita itu. Dengan berat hati Aryan melepaskan putrinya. Katakan dia jahat. Sejak saat itu Maya pergi membawa putrinya entah kemana. * * * "Selamat malam, hutan" sapa Saka saat berjalan memasuki kediaman Thomas dengan tampang tengiknya, sedangkan yang disapa hanya mendelik tak acuh. Tak lama kemudian Saka kembali duduk disamping kakak tertuanya, atau kakak sepupunya, Rimba Allarick Thomas. Anak pertama dari pamanya, Aryan Thomas. "Mami kemana?" Tanyanya mengeluarkan ponsel dalam sakunya "Nggak tau." Saka berdecak. Seandainya saja pria didepannya bukan kakaknya sudah pasti Saka mematahkan lehernya, itupun jika Saka berani. Melihatnya melotot saja membuat Saka kalang kabut, apalagi cari masalah dengannya. Pernah satu waktu Saka menjahilinya dengan cara mengganggunya saat fitness. Alhasil Saka kena batunya. Rimba meminta Saka untuk menjadi lawan boxingnya. Seandainya saja dia tidak memelas dan mengeluarkan air mata buayanya, sudah pasti Saka akan terkapar dengan tubuh remuk di rumah sakit. "Kalau mama?" Rimba diam tak berniat untuk menjawab. Saka kembali berdecak. Kenapa kakaknya yang satu ini cuek sekali? Tidak asik. Berbeda dengan Lingga dan Garha, kakak kandungnya. "Dasar anak durhaka, mamanya pergi nggak tau." "Bercerminlah!" "Gue mah ta---" Saka menutup mulutnya melihat Rimba meliriknya tajam. Tau maksudnya Saka berdehem menjauhkan sedikit tubuhnya dari pria disampingnya, "Maksudnya aku." Ralatnya panik, dalam keluarganya Saka dilarang menggunakan kata lo-gue apalagi didepan Rimba abang tertuanya. Pria kaku dan dingin itu tak akan segan-segan mencengkram dagunya sampai Saka mengaku kapok. Pernah satu hari tepatnya saat Saka masih SD ia memanggil Rimba dengan kata 'lo' membuatnya harus menangis sepanjang hari. Jika keluarganya yang lain hanya menegurnya maka berbeda dengan Rimba yang langsung berdiri mecengkram dagu sang adik tak peduli jika Saka sudah menangis. 'Sekali kamu ngomong nggak sopan lagi aku pastikan dagumu ini retak ditanganku' ancamnya membuat Saka kapok. "Kalau tau kenapa nanya? Ck, dasar bodoh" cemoh Rimba membuat Saka menghela napas lega. "Tau ah! Kamu mah nggak asik" Saka kembali fokus pada layar ponselnya. Rimba tidak memperdulikannya. Saka dan Rimba menoleh saat mendengar suara heboh kedua orang yang sangat dikenalnya. "Eh Saka, masih ingat punya rumah?" Ujar wanita paruhbaya berambut sepunggung saat sampai didepan Saka dan Rimba. Saka mendengus tak habis pikir dengan wanita cerewet didepannya itu. Beberapa hari tidak pulang seharusnya wanita itu memeluknya bukan disindir halus seperti tadi. Rimba tersenyum mengejek dia tau Saka pasti mengumpat seandainya saja wanita didepannya bukan maminya. "Iyalah, mi. Saka juga ingat kalau masih punya Mami" Wanita itu duduk merentangkan tangannya. Sedangkan wanita yang satunya lagi meminta maid untuk membawa semua belanjaannya didepan mereka. "Ya harus ingat dong! Nggak maukan jadi anak durhaka?!" Saka menggeleng keras senyum manisnya selalu terpampang saat bicara dengan maminya itu meski terkesan dipaksakan. "Cukup Maling kundang aja mi, Saka jangan!" Ucap Saka "Mami nggak maukan masuk berita dengan judul 'Nyonya Pricillia Thomas memiliki anak durhaka yang kini jadi batu' nggak maukan?" "Siapa bilang mami bakal ngutuk kamu jadi batu?" "Terus?" "Mami masukin kamu lagi kesini!" Pricillia menunjuk perutnya, Saka mendelik. "Itu semua belanjaan mama dan mami?" Rimba melihat paperbag yang berjejeran diruang keluarga "Buseeet" kaget Saka saat melihat paperbag memenuhi ruang keluarga "Kenapa nggak sekalian aja mama sama mami beli tokonya!" "Kamu mau? Sekalian mama beli SPGnya" Saka mendelik. Bersambung. . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD