Ceklek
“Shen, kamu….” Shen langsung memejamkan matanya saat mendengar suara Arya.
Dengan gerakan pelan, Shen membalikkan badannya dan bersiap jika Arya akan marah karena terkejut melihat keberadaan Aura di ruangannya.
“Lain kali kalau masuk ke ruangan ku ketuk pintu dulu. “ Ujar Shen dengan nada datarnya seperti biasanya, seraya membenarkan jasnya serta memperlihatkan wajah santainya seperti tidak terjadi sesuatu. Shen duduk di kursi kerjanya dan kembali mengambil berkasnya tanpa memperdulikan keberadaan Arya.
“Shen, Kakak tahu kamu sibuk. Tapi untuk kali ini, berhenti mempermasalahkan soal aku tidak ketuk pintu dulu. Kali ini saja, jeda dulu pekerjaan kamu, dan bantu Kakak menemukan Aura. Cepat, Shen! “ ujar Arya dengan raut wajah penuh keseriusan, membuat Shen sedikit terkejut karena ternyata Arya masih belum menyadari keberadaan Aura.
Shen langsung mendongak dan membalas tatapan Arya, membuat Arya mengalah artikan tatapan Shen, dimana tatapan Shen dianggap sebagai kepedulian Shen terhadapnya, padahal kenyataannya tatapan Shen adalah tatapan penuh ke terkejut, dimana Arya masih belum menyadari keberadaan Aura, yang menurut Shen sudah disadari sejak Arya masuk tadi.
Karena Arya masih belum menyadari keberadaan Aura, akhirnya Shen memutuskan untuk melanjutkan aktingnya dengan memperlihatkan wajah tenangnya, seperti seorang yang tidak menyembunyikan apapun dari Arya, pada kebenarannya Shen berhasil menyembunyikan Aura di dalam ruangannya.
Shen membalikkan badannya dan membenarkan jasnya, lalu membawa langkahnya untuk duduk Di kursi kerjanya, dan menyibukkan diri dengan berkas-berkasnya, tanpa memperdulikan keberadaan Arya.
"Shen, Kakak tahu kamu begitu sangat sibuk, tapi tolong, untuk kali ini tolong bantu Kakak." Ujar Arya dengan penuh permohonan agar Shen mau membantunya untuk mencari Aura.
"Sebenarnya Kakak memohon agar aku membantu Kakak untuk mencari Aura itu dengan alasan karena Kakak khawatir pada Aura, atau karena memang Kakak takut malu, takut pertunangan yang direncanakan Kakak gagal? "tanya Shen setelah meletakkan pulpennya di atas berkasnya sambil menatap Arya.
Arya yang mendapat pertanyaan dari Shen wajahnya berubah. Arya memperlihatkan wajah datarnya, dan merasa yakin kalau dirinya tidak bisa berharap lagi untuk mendapatkan bantuan dari Shen.
"Shen, Apa susahnya menghubungi Aura, dan meminta agar Aura pulang. Kalau kamu yang menghubungi Aura, Aura pasti akan menerima panggilan darimu." Ujar Arya lagi yang kali ini menggunakan nada datarnya, karena Arya sudah tidak berharap lagi Shen akan membantu dirinya.
"Tanpa aku yang menghubunginya, atau aku yang mencarinya, kalau memang Kakak mengkhawatirkan Aura, tinggal hubungi Aura dan beritahu dia kalau pertunangannya dibatalkan. Aku yakin, tanpa harus dicari ataupun dijemput, Aura pasti akan pulang dengan sendirinya. "Ujar Shen Yang langsung berdiri dan membereskan berkasnya, lalu keluar dari ruangannya.
Arya yang melihat kepergian Shen langsung mendesah kasar, karena ternyata begitu sangat susah membujuk Shen agar membantu dirinya mencari Aura.
Aura yang mendengar suara pintu ruangan Shen dibuka semakin merasa gemetaran, karena ternyata yang keluar dari ruangan Shen itu adalah Shen sendiri bukan Arya seperti yang dibayangkannya.
Aura berulang kali berdoa agar sang Papa tidak mudah menemukan keberadaannya, karena kalau sampai Arya menyadari keberadaannya, itu bukan hanya dirinya yang berada dalam masalah besar, karena gagalnya pernikahan dengan pria yang tidak ia kenal, tapi sang Paman juga berada dalam masalah besar karena diketahui kalau Shen lah yang menyembunyikan dirinya di ruangannya dari sang papa.
Fyuuhhh
"Kenapa kamu begitu sangat ketakutan." Aura langsung menurunkan tangannya saat merasa ada yang meniup wajahnya, dan mendengar bisikan di telinganya, membuat aura langsung membuka matanya dan menampar wajah yang ada di depan wajahnya karena terkejut, hingga pemilik wajah tersebut langsung terjungkal ke belakang karena mendapat serangan tiba-tiba dari Aura.
"Aura, Apa yang kamu lakukan?" tanya Shen seraya menyentuh pipinya yang terasa kebas dan juga panas secara bersamaan karena ditampar dengan begitu keras oleh Aura.
Aura yang baru menyadari kalau ternyata pemilik wajah yang ia tampar tadi itu adalah Shen langsung mendekati Shen dan menyentuh wajah Shen dan memberi kecupan bertubi-tubi di sana, karena ia merasa bersalah pada Shen.
" Paman, maaf. Aku tidak tahu kalau itu Paman. Lagian ngapain Paman kenapa ner bisik kayak hantu begitu? Aku pikir tadi papa." Ujar Aura dengan perasaan bersalahnya.
Aura membantu Shen untuk duduk di kursi kerjanya, lalu meniup pipi Shen tepat pada bekas tamparannya.
"Paman, maaf. Aku benar-benar tidak tahu kalau itu Paman." Ujar Aura jujur, karena Aura memang tidak tahu kalau orang itu adalah Shen. Shen hanya diam saja saat mendengar kata permintaan dari Aura.
Aura yang melihat Shen hanya diam saja kembali mendekatkan wajahnya Untuk mencium pipi Shen lagi, namun dengan cepat Shen mengambil kesempatan dengan mengarahkan bibirnya pada bibir Aura, hingga Aura yang berniat memberi kecupan pada pipi Shen malam memberi kecupan pada bibir Shen bahkan tidak hanya bibirnya yang diarahkan pada bibir Aura, Shen juga menahan tengkuk leher belakang Aura hingga Shen tidak hanya mendapat kecupan dari bibir Aura, tapi dirinya bisa juga mencari kenikmatan dari bibir Aura karena melumatnya, membuat Aura sedikit terkejut.
Namun meski begitu, Aura tetap diam saja saat Shen berusaha mencari kenikmatan pada bibirnya, karena Aura juga merasa kenikmatan.
Shen melepaskan tautan bibirnya dan mengelus bibir Aura dengan ibu jarinya, hingga tidak ada bekas Saliva di bibir Aura.
"Aku pikir Papa," kata Aura dengan nafas yang masih belum beraturan karena ada rasa berbeda di tubuhnya.
"Papamu masih ada di sekitar sini. Mau keluar atau mau tetap disini, Paman ada rapat?" tanya Shen lembut
"Disini aja. Nanti kalau Papa sudah pergi, aku langsung pergi ya." Kata Aura yang langsung ditanggapi dengan anggukan kepala lembut dari Shen.
Shen pun langsung pergi karena memang ada rapat.
Setelah kepergian Shen, Aura menyingkap gorden dan melihat ke bawah, yang ternyata mobil Arya masih ada.
Karena Aura memang ingin pergi kalau sudah tidak ada Arya, akhirnya Aura tidak berpindah dari jendela dan terus memantau mobil Arya hingga mobil Arya pergi.
Cukup lama Aura berdiri dengan pandangan yang mengarah pada mobil Arya, mata Aura tidak sengaja melihat satpam, yang ternyata fokus Aura bukan pada satpam, tapi pada Arya.
Aura menyipitkan matanya karena merasa penasaran apa kepentingan sang Papa, namun sayang, Aura tetap tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Arya dengan satpam tersebut.
Aura langsung menyunggingkan senyumnya saat melihat Arya masuk ke dalam mobilnya, dan detik itu juga, Aura melihat mobil sang Papa meleset pergi dari perusahaan sang Paman.
Aura langsung keluar dari ruangan Shen dan membawa langkah lebarnya untuk pergi dari perusahaan Shen.
Karena Aura juga sudah berpamitan pada Shen tadi, akhirnya Aura langsung keluar dari perusahaan Shen tanpa mencari atau meminta izin lagi pada Shen.
Aura yang memang datang ke perusahaan Shen dengan diantar oleh taxi, akhirnya Aura memutuskan untuk memesan taxi sambil berjalan kaki agar sedikit menjauh dari perusahaan Shen.
Setelah Aura berhasil memesan taxi, Aura mencari tempat duduk untuk menunggu taxi pesanannya tiba.
Saat Aura Melihat taxi ingin berhenti, Aura langsung sedikit berlari mendekati taxi tersebut dan membuka pintu mobil taxi tersebut, namun Aura dikejutkan oleh sebuah tangan yang menarik pergelangan tangannya, hingga saat Aura yang ingin masuk
Aura dengan pelan membalikkan badannya untuk melihat siapa yang menghalangi kepergian nya.
Degh
"Papa…"