Degh
"Papa…" Aura terkejut bukan main saat melihat sang Papa menatap dirinya dengan tatapan tajamnya.
"Aura, ngapain kamu disini? Ikut Papa sekarang pulang, karena calon tunanganmu sudah menunggu di rumah!" ujar Arya dengan nada datarnya, membuat Aura yang mendengarnya langsung berlutut di kaki Arya agar tidak meneruskan niatnya untuk menikahkan dirinya dengan pria yang tidak ia kenal.
"Pah, Aura mohon, tolong hentikan rencana Papa. Aku tidak mau menikah, Pah." Ujar Aura dengan tangis yang terdengar sangat nyaring di telinga Arya.
Arya mengabaikan tangis Aura. Arya langsung menarik lengan Aura untuk berdiri, lalu menggendong tubuh Aura dan membawanya pergi menuju mobilnya.
Arya langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi setelah Aura berhasil masuk ke dalam mobilnya.
Aura hanya bisa menangis seraya mengirim pesan pada Shen, kalau dirinya sudah ditangkap oleh papanya dan dibawa pulang, namun Shen masih belum membaca pesannya, membuat air mata Aura semakin menetes deras.
Sesampainya di rumah, Aura langsung masuk ke dalam rumah, membuat Arya yang melihat kemarahan Aura merasa hatinya nyeri dimana Aura marah karena ulahnya.
"Maafkan Papa, Nak." Gumam Arya seraya keluar dari mobilnya dan menyusul Aura masuk.
Aura melihat di dalam rumahnya sudah ada 3 orang asing. Dengan langkah pelannya Aura melanjutkan langkahnya, dan Elis yang menyadari kedatangan Aura langsung mendekatinya dan memeluknya dari samping.
"Sayang, maafkan Mama." Ujar Elis dengan nada berbisik, membuat Aura kesusahan menahan air matanya, namun tetap melanjutkan langkahnya untuk bergabung duduk di ruang tamu.
Aura menyala orang asing tersebut, lalu duduk berdampingan dengan Elis.
Arya yang baru masuk langsung memperlihatkan senyumnya pada sang tamu, atau lebih jelasnya tamu itu adalah sang calon menantu dan calon besan.
"Nak, Denis ini pria baik. Dia baru saja menyelesaikan kuliahnya di New York. Denis juga tidak keberatan kalau setelah menikah nanti kamu akan tetap melanjutkan kuliahmu." Ujar Arya yang membuat Aura langsung menghapus air matanya.
Sebenarnya Denis mulai menyadari arti dari tangis atau air mata Aura, tapi Denis hanya diam saja dan akan bertanya langsung nanti setelah mereka ada kesempatan untuk berdua saja dengan Aura. Untuk saat ini Denis memilih diam saja dan mengabaikan tangis Aura, karena Denis juga akan melihat sampai mana Aura berhenti menangis, Yang ternyata, saat Denis terus memperhatikan tangis Aura, sampai pada inti pertemuan mereka, Denis melihat Aura semakin deras mengeluarkan air matanya, hingga Denis langsung menyimpulkan dengan 100% dugaannya benar, kalau Aura menangis itu karena pertunangan yang diadakan secara dadakan oleh kedua orang tua mereka.
"Apa Pak Arya yakin dengan keputusan Pak Arya untuk menyatukan mereka?" tanya Jimi, Papa dari Denis
"Apapun yang menjadi keputusan saya, sudah pasti saya yakin, Pak Jimi. Semoga keputusan saya ini sudah tepat." Jawab Arya yang sebenarnya sedikit ragu karena melihat Aura begitu sangat kecewa dan sedih secara bersamaan.
Jimi yang mendengar jawaban Arya langsung meminta istrinya untuk mengeluarkan cincin pertunangan putranya, dan menyerahkan cincin tersebut pada Denis.
Denis menerima cincin itu dari sang Mama, lalu berdiri dan mendekati Aura, sedangkan Aura tetap diam saja dengan ditemani oleh air matanya.
Denis berdiri di depan Aura, dan dengan cepat Arya langsung mengambil tangan Aura dan menyodorkan pada Denis, agar Denis segera menyematkan cincin pertunangannya sesegera mungkin.
Denis menyentuh tangan Aura, lalu memasang cincin pertunangan itu pada jari manis Aura, dan Aura pun memejamkan matanya erat saat merasa ada sesuatu yang melingkar di jari manisnya.
Aura membuka matanya saat Arya menyikut lengannya, lalu bergantian Aura yang memasang cincin itu pada jari manis Denis.
Aura memandang cincin tersebut di jari manis Aura sebagai tali pengikat atau peresmian kalau Aura sudah resmi menjadi tunangan Denis, dengan air yang semakin sulit untuk dihentikan.
Setelah Aura selesai menyematkan balik cincin pertunangan itu pada jari manis Denis, Aura langsung berpamitan pada mereka untuk pergi.
"Mau kemana, Nak? Biar diantar Denis kalau kamu mau balik ke kampus?" tanya Mia, calon ibu mertua Aura.
"Tidak perlu, Bibi. Aku sudah ditunggu teman." Jawab Aura memaksa agar tersenyum, lalu berdiri dan dengan penuh kesopanan, Aura juga berpamitan pada semua tamu kalau dirinya harus pergi.
Aura pun pergi setelah berpamitan.
Karena Sebenarnya Aura tidak dijemput oleh siapapun, akhirnya Aura langsung memesan taxi online, dan memilih ke kantor Shen.
Sepanjang perjalanan menuju ke perusahaan Shen, Aura terus memandang cincin itu dengan linangan air mata, hingga membuat supir taxi itu menduga kalau Clara sedang putus cinta, atau putus tunangan.
Sesampainya di lobby kantor, Aura langsung memasukkan kedua tangannya ke dalam saku Hoodie nya, sebelum masuk ke dalam perusahaan Shen.
Tidak ada yang berani menyapa Aura saat melihat kedatangan Aura, karena mereka melihat wajah marah bercampur sedih di wajah Aura.
Aura langsung masuk ke ruangan Shen, dan melihat Shen sedang duduk di kursi kerjanya. Dengan cepat Aura mendekati Shen dan memukul Shen membabi buta, namun Shen hanya diam saja dan menerimanya dengan penuh kepasrahan.
Aura menumpahkan air mata dan juga kekecewaannya dengan memukul Shen, hingga Aura merasa lelah sendiri dan juga sakit sendiri, padahal orang yang dipukul masih terlihat santai, tapi tenaga Aura yang kehabisan.
"Kenapa kesini lagi?" tanya Shen dengan nada datarnya.
"Disaat seperti ini, Paman masih bisa tanya kenapa aku kesini?" tanya Aura yang langsung menarik tubuhnya sedikit menjauh dari Shen, dan Shen pun ikut berdiri di depan Aura, dan menatap mata bengkak Aura, sudah Shen Pastikan kalau Aura menangis sejak tadi.
"Apa aku membuat kesalahan?" tanya Shen tanpa dosa, membuat Aura ingin rasanya membunuh Shen, karena Shen telah membohongi dirinya, yang katanya ingin menolong dirinya untuk melepaskan dari pertunangan yang direncanakan oleh kedua orang tuanya, nyatanya Shen tidak membantunya.
"Paman lihat ini apa? Ini cincin pertunangan ku dengan Kak Denis. Paman kemana? Kenapa Paman tidak menolongku? Kenapa Paman tidak membantuku untuk menggantikan pertunangan ku tadi? Mana janji Paman? Apa yang harus aku lakukan setelah jariku ada ini?" teriak Aura sambil menunjukkan jari manisnya pada Shen, bahkan tepat di depan mata Shen, membuat Shen dengan pelannya menarik pinggang Aura, hingga tubuh keduanya saling menempel, dengan tangan Aura yang masih ada di depan matanya.
"Tantangan yang mudah, Sayang. Tidak perlu merasa hidupmu hancur hanya karena bertunangan dengan pria yang bernama Denis." Ujar Shen lembut seraya menyingkap anak rambut Aura, dan menghapus sisa air matanya.
"Apa maksud Paman?" tanya Aura karena memang tidak mengerti
"Denis hanya memiliki status sebagai tunanganmu. Tapi kamu, tetap milikku." Ujar Shen yang langsung membuka kancing kemeja Aura, dan menyesap d**a Aura dengan penuh nafsu, namun Aura berusaha berontak karena tidak ingin Shen hanya menikmati tubuhnya saja, tapi dirinya tidak bisa menikmatinya karena masih frustasi dengan pertunangannya.
"Jangan menolak ku, Sayang." Kata Shen dengan penuh ketegasan, saat Shen mendapat penolakan dari Aura.
"Bagaimana bisa aku menerima setiap sentuhan dari Paman, sementara aku marah karena baru bertunangan dengan pria lain." Ujar Aura dengan mata yang kembali mengeluarkan air matanya.
Shen mengambil sesuatu dari saku jasnya, dan ternyata Shen memberikan sebuah cincin pada Aura.
Shen melepaskan tangannya dari pinggang Aura, lalu menunjukkan cincin yang ternyata cincin itu sangat sama persis dengan cincin pertunangan Aura.
"Ini perbedaan cincin pertunangan mu dan Denis, dengan cincin pengikat kalau kamu adalah milikku." Ujar Shen yang ternyata disana terdapat nama Shen dan juga Aura, membuat Aura tersenyum.
Aura melepaskan cincin yang diberikan oleh Denis, lalu menyerahkan jarinya pada Shen, dan Shen langsung memasang cincin yang terdapat namanya dan juga nama Aura, lalu Shen melpar cincin yang diberikan oleh Denis dari jendela ruangannya.
"Aku milik Paman." Ujar Aura yang langsung melumat bibir Shen, dan serta tangan yang bergerak untuk membuka kancing kemeja Shen.
Shen membalas lumatan bibir Aura, dan juga bergerak membuka pakaian Aura.