i********:: gorjesso
Happy Reading..
.
Setelah pesan itu terkirim. Cepat Aiden bergerak keluar dari ruangan itu. Ia sempat terkejut ketika ia berpapasan dengan seorang didepan pintu ruangan presdir dan ternyata itu orang kepercayaannya. Hampir saja membuat jantungnya copot. Aiden mengikuti orang kepercayaannya itu. yang pastinya akan mengamankannya sampai keruang rahasia berada.
"Taemin sajangnim berpesan ia akan segera menemui anda. Karena ia sekarang sedang mengalihkan perhatian Kris sajangnim." Ujar salah satu orang kepercayaan Aiden.
"Bilang tidak udah pada Taemin. Nanti aku yang akan menghubunginya bila aku ingin bertemu." Titah Aiden.
"Baik, sajangnim."
Aiden menyuruh semua orang kepercayaannya untuk pergi dari sekitar lantai 29 setelah ia sudah masuk kedalam lift. Tentu agar menghindar kecurigaan berlebih dari pihak Kris. Dan ia benar-benar mengacungi jempol untuk kerja taemin dan orang kerpercayaannya yang lain. Ia tak habis pikir bila ia harus mengerjakan ini sendiri tanpa bantuan mereka.
....
"b******k! Bagaimana bisa ini terjad, hah!" Umpat Kris didepan bawahannya. "MATA KALIAN DIGUNAKAN UNTUK APA?!" Maki Kris. ia sudah naik darah. Bagaimana bisa mereka luput akan keberadaan Donghae didalam perusahaan ini. apa berbulan-bulan Donghae tak berkeliaran dihadapan mereka. membuat mereka lupa rupa pria itu? Sehingga saat ini mereka kecolongan dan hasru menerima fakta pahit bila Donghae sudah menyusup kedalam perusahaan ini dnegan mulus saat ia pergi menemui klien. SIALAN! Umpatnya dalam hati.
Tapi tunggu—
"Apa truk yang membawa pesanan alat kantor kita masih disini?" Tanya Kris.
"Ne, sajangnim." Jawab salah satu bawahannya.
Lalu sebuah senyum seringai terbit diwajah tampannya itu. Jika truk itu masih ada dihalaman parkir perusahaan ini. bukan tidak mungkin berarti Donghae juga masih disini? Dan apsti akan menghampiri truk itu? Ternyata pria itu tak secerdik yang ia kira.
.
....
.
Donghae berjalan tergesa dan terus waspada didetiap jalan yang ia lewati. Bukan tidak mungkin keberadaannya sudah tercium oleh Kris. dan saat ini ia sedang diawasi. Saat ini tujuannya adalah menuju pintu belakang yang tadi dilewatinya. Dan itu tak jauh lagi.
Mulus sekali rencananya. Dipintu belakang tak ada satu penjaga pun. Apakah benar- hari ini keberuntungannya. Karena saking mulusnya ia bisa membawa pergi berkas berharga ini? menyenangkan sekali.
Namun saat ia hampir menuju truk yang dikendarainya. Sebuah suara langsung membuatnya membeku dan terdiam ditempatnya. suara yang sepertinya sudah memuluskan rencananya, namun menghancurkan rencananya pada akhirnya juga.
"Sepandai-pandainya tupai melompat. Tupai pasti akan jatuh juga. Bukan begitu, Donghae-ssi?"
Jantung Aiden langsung seperti serasa berhenti. Tak ada kalimat lain yang bisa menggambarkan situasi ini selain: IA TERTANGKAP BASAH!
.
=flowered=
.
Aiden membalikan tubuhnya. Ia rasa sudah tak ada gunanya ia lari disaat seperti ini. Ia sudah terkepung. Satu yang harus dilakukannya saat ini adalah melawan Kris dan orang-orangnya. Tak peduli dengan hasil akhir yang akan dia dapat—akankah dia menghadapi sekarat untuk kedua kalinya atau tidak—yang terpenting berkas-berkas penting yang ia rebut kembali dari tangan Kris harus ia serahkan pada pengacara Han. Karena dengan adanya berkas-berkas ini, lengkap sudah rencananya untuk menghancurkan Kris dan Victoria. Membuat perhitungan yang lebih kejam dari pada sebuah kematian sekalipun.
Kris melangkah menghampiri dimana Aiden kini berdiri. "Kau terus saja menjadi bodoh, padahal kau sudah hidup untuk kedua kalinya...ckck...aku rasa tuhan kini tengah menyesal karena telah memberikan kesempatan hidup yang kedua kalinya untukmu, Lee Donghae.." Ujar Kris, mengejek. Lalu ia menendang tulang kering Aiden dengan keras. Membuat Aiden kini tunduk dihadapannya.
"Terlalu bodoh untuk ukuran manusia." Cemooh Kris.
Aiden hanya mencoba diam. Diam, ia harus bersabar menghadapi situasi ini, jika ia masih ingin mewujudkan semua rencana yang sudah direncanakannya.
"Hey, Kau tidak punya mulut untuk menjawabku?!" Maki Kris.
Aiden hanya mengepalkan tangannya mendengar berbagai makian Kris. Jujur, ia sudah sangat geram kini. Tapi ia harus bersabar. Setidaknya hingga Kris lengah, dan ia akan memanfaatkan kesempatan itu.
BUGH
Saat Kris membalikkan tubuhnya membelakangi Aiden. Langsung saja Aiden bangkit dan menendang punggung Kris dengan kuat membuat pria itu langsung tersungkur ke tanah.
"Ashhh...Brengsek!" Umpat Kris. Ia mencoba bangkit, tetapi rasa nyeri dipunggungnya yang ditendang oleh Aiden cukup membuatnya tak bisa berdiri. Juga luka yang ada diwajahnya.
"Tunggu apa lagi! Serang dia!" Perintah Kris geram, pada anak buahnya yang malah hanya diam melihatnya suda jatuh tersungkur seperti ini. "Dasar bodoh!" Umpatnya.
BUGH BUGH BUGH
1, 2, 3, 4, anak buah Kris jatuh oleh pukulan-pukulan yang Aiden berikan. Tak sia-sia ia dulu mengikuti kelas boxing. Sebisa mungkin ia menghindari pukulan dipagian perut, karena ia menyimpan berkas itu dibalik bajunya. Dan jika perutnya terkena pukulan ia khawatir akan merusak berkas berharga ini.
BUGH
"Akh!" Ringis Aiden yang mendapatkan sebuah pukulan telak dirahangnya. Benar-benar sakit. Ia mencoba mengumpulkan kesadarannya. Karena pukulan tadi cukup membuat pandangannya mengabur.
BUGH BUGH BUGH
BRAKK
1 lawan terakhir Aiden taklukan. Dan langsung dihadapan Kris. Membuat pria itu membulatkan matanya tak percaya karena 7 anak buahnya dihabisi oleh Aiden yang hanya seorang. b******k! Umpatnya dalam hati. Sejak kapan pria itu menjadi pintar berkelahi seperti ini.
Aiden selangkah mendekat pada Kris yang berdri sempoyongan. Ia menyunggingkan sebuah senyum remeh pada Kris yang terlihat shock melihat apa yang ia lakukan pada anak buahnya.
"Kau bahkan terlalu bodoh untuk memilih anak buah, Kris Wu." Tutur Aiden. Lalu dengan teratur ia pergi dari hadapan Kris dengan tetap menyunggingkan senyum yang sama.
"APA KALIAN KUSEWA HANYA UNTUK INI?! CEPAT KEJAR DIA!" Kris kembali memerintah dengan segala kekesalan karena 7 anak buahnya benar-benar tak berguna untuk melawan seorang saja.
Adien mempercepat langkahnya ketika melihat Kris dan anak buahnya mengejarnya dengan susah payah. Ia sendiri juga sebenarnya sudah tak bertenaga lagi. Entah ini sebuah keajaiban atau apa. Tapi yang jelas ia masih tak percaya ia bisa melawan ke-7 anak buah Kris yang bahkan memiliki postur tubuh lebih besar darinya.
Ia putuskan untuk berlari kala sebuah mobil mengejarnya. Tentu mobil itu berisi Kris dan anak buahnya. b******k! Ini benar-benar curang namanya. Ia kemudia berbelok menuju pusat keramaian mungkin dengan cara ini ia bisa mengulur waktu dan bersembunyi dari kejaran Kris. Aiden berhenti sejenak disebuah gang kecil. Mengatur nafasnya yang tersneggal-senggal dan mengistirahatkan tubuhnya yang rasanya hampir remuk. Apalagi sudut bibirnya yang masih belum berhenti mengeluarkan darah segar.
"Asshh.." Rintihnya. Aiden mencoba mengintip keadaan. Dan saat itu pula seorang anak buah Kris lewat dihadapananya. Walau tak persis dihadapannya. Tapi cukup membuatnya terkejut. Sejak itu pula ia lebih baik berlari kembali. Ia rasa harus cepat kembali kerumah Jessica. Tempat yang ia rasa paling aman. Karena hanya disanalah, Kris tak mungkin bisa menyentuhnya. Aiden benar-benar merasa menjadi pengecut bila mengingat fakta ini.
....
"b******k! b******k!" Umat Kris. Sejak tadi yang ia lakukan hanya mengumpat dan memaki semua anak buahnya yang bisa-bisanya lengah. Dan membiarkan Donghae berhasil menyusup hingga ruangan presdir. Entah dengan cara apa Donghae bisa masuk keruangan ini, padahal disetiap lantai. Selalu ada orang-orangnya. Apa mungkin ada penghianatan disini/ tidak! Tidak mungkin! Jika iya, sudah sejak awal mereka akan memberitahu rencananya pda Donghae yang dulu masih menjadi predir diperusahaan ini.
Dan...Ah...ia kupa satu hal. Lee Taemin. Tentu saja Donghae bisa masuk. Selama ada pria itu diperusahaan ini, walau sekecil apapun celah. Donghae masih bisa berkeliaran dan meyusup diperusahaan ini. SIALAN!
Tetapi ia tetap tak habis pikir. Lagi-lagi tak mungkin Taemin bekerja begitu bersih dan bahkan mengecoh penjagaan ketat disetiap lantai. Sedangkan ruangan presdir berada dilantai 29. Bisa bayangkan berapa pencagaan yang sudah Donghae dan Taemin terobos? Benar-benar brilian!
BRAK
Tiba-tiba saja pintu ruangan tterbuka dengan keras. Dan Kris tahu siapa itu, siapa lagi jika bukan Victoria. Dan gadis itu kini terlihat memasang wajah murkanya. "ADA APA SEBENARNYA, HAH?! KENAPA BISA KAU BIARKAN IA MENYUSUP?! APA SAJA KERJAMU?!" Makin Victoria. Ia langsung berbicara tepat dibelakang Kris yang memunggunginya.
"APA KAU TULI?! JAWAB AKU!" Makin Victoria sekali lagi. Ia geram melihat Kris yag tak kunjung menjawab pertanyaannya. Ia tak habis pikir. Kenapa bisa Donghae menyusup keamanan yang sudah sangat ketat ini? Taemin? Tidak! Victoria pikir Donghae tak hanya mengandalkan pria itu. Victoria yakin ada jalan lain yang digunakan Donghae.
"KRIS!" Teriak Victoria. Bisakah sekali saja ia tak diabaikan pria itu? Situasinya bukan tentang ia yang wanita dan Kris yang seorang pria. Tetapi karena apa yang sudah mereka perjuangkan untuk menduduki kursi presdir dari perusahaan ini.
Dengan geram Victoria menarik lengan Kris untuk berhadapan dengannya. Dan saatitu pula ia melihat wajah Kris yang penuh lebam. "Kris..."
SLAP
Kris melepas tangan Victoria dari lengannya dengan kasar. Cukup sudah ia bersabar mnghadapi tingkah Victoria. "KAU FIKIR KERJAMU APA, HAH?!" Bentak Kris.
"KAU HANYA BISA BERBELANJA DAN MENGHAMBURKAN UANG! KAU BENAR-BENAR TAK BERGUNA JIKA KAU BELUM TAHU ITU!" Bentaknya sekali lagi. Lalu langsung masuk kedalam ruangan pribadi didalam ruang presdir ini.
"ARGGGGGGHHHH!!!" Teriak Kris dari dalam ruangan priabadi.
Dan Victoria. Gadis ini masih berdiri ditempatnya. Matanya memerah dan bibirnya sudah bergetar hebat. Mencoba menahan airmata yang sudah mendesak keluar. Mungkin sudah berkali-kali ia diacuhkan dan dikatai Kris dengan berbagai julukan. Tapi belum pernah hingga seperti ini. hingga hatinya terasa hancur mendengar bentakan dari Kris. Ia pernah mencoba untuk membenci Kris karena ia sudah bosan diacuhkan oleh pria itu. Tetapi hatinya menolak untuk melakukan hal itu. Dan ia hanya bisa merutuki satu hal ini.
.
///
.