10. Saranghaeyo

1375 Words
i********:: gorjesso Happy Reading.. . Jessica. Gadis ini tengah duduk di ruang tamu untuk merangkai bunga pada vas yang biasanya ada ditengah meja ruang tamu. Ia bersenandung kecil mengikuti alunan musik dari ponselnya yang tergeletak tak jauh dari posisinya. "Ssarangheyo...sarangheyo..." Cicitnya. Suaranya yang merdu terdengar memenuhi ruang tamu yang didominasi oleh warna putih dan hijau muda. CKLEK Jessica menoleh pada pintu rumahnya. Ia bisa menduga, pasti itu Aiden. Namun begitu ia menoleh pada pintu, kedua bola matanya membulat, bukan karena dugaannya yang salah. Tetapi karena Aiden yang datang dan langsung jatuh tepat saat memasuki rumahnya. BRUGH "Arghh.." Rintih Aiden. Ia sudah tak sanggup lagi untuk berjalan. Alhasil begitu ia berhasil membuka pintu rumah Jessica. Ia langsung ambruk. "Aiden!" Seru Jessica terkejut. Ia langsung bangkit dan berlari menghampiri Aiden. "Aigo...Apa yang terjadi padamu?" Tanya Jessica panik. Langsung ia memapah Aiden untuk duduk disofa ruang tamu. "Katakan! Apa yang terjadi padamu, Aiden?" Tanya Jessica lagi. "Argghhh...naega gwenchana, Jessica. Ini hanya kecelakaan kecil saat bekerja." Jawab Aiden. Tak lupa disertai senyum untuk lebih meyakinkan Jessica. "Bohong! Kecelakaan saat bekerja tak mungkin seperti ini. Wajahmu penuh lebam!" Ujar Jessica bersikeras. "Aku tak bohong! Aku hanya jatuh dari atas truk." Jelas Aiden. Setelahnya Jessica hanya terdiam. Ia tak akan lagi mengajukan pertanyaan-pertanyaan melihat kondisi Aiden yang begitu memprihatinkan. Ia lantas bergegas mencari kotak p3k yang selalu berada didapur. Setelah mengambilnya, ia kembali duduk disebelah Aiden. Aiden hanya diam. Walau ia sebenarnya berkali-kali ingin mengeluh merintih karena sakit saat Jessica memberi obat merah pada lukanya. Luka yang ada diwajahnya. Membuatnya bisa dengan jelas merasakan udara yang tercipta dari nafas gadis itu. Ia mengeram sendiri dalam hatinya. Bisa-bisanya dalam situasi seperti ini ia ingin mencium gadis itu. Benar-benar konyol! "Cah! Selesai!" Ucap Jessica memberitahu, karena sejak ia mengobati Aiden. Pria itu terus memejamkan matanya. Walau kadang kala bibir pria itu mendesiskan rintihan. Mungkin karena perih. "Sebaiknya kau istirahat." Ujar Jessica. Dan tanpa penolakan, Aiden mau dipapah oleh Jessica menuju kamarnya. Jessica membantu Aiden menaikkan kakinya yang terasa sangat kaku keatas ranjang. Aiden sendiri heran. Padahal tadi ia habis berlari dengan jarak yang mungkin diluar waras. Berlari dari kota hingga masuk ke pelosok desa pinggir pantai. Terdengar gila bukan? "Akh!" Aiden sedikit berjengit terkejut saat tangan Jessica menyentuh kakinya. Dan ternyata gadis itu hanya berniat ingin memijati kakinya. Gadis itu kini tengah duduk ditepi ranjang. "Tidak usah, Jessica. Aku sudah merepotkanmu tadi." Ucap Aiden, meminta Jessica menghentikan aktivitasnya. "Tidak papa. Aku tahu, kakimu pasti terasa sangat pegal." Ujar Jessica tak menghiraukan pinta Aiden. "Istirahatlah saja." Ujarnya kemudian, lalu fokus kembali memijati kaki Aiden. Setelah itu, suasana menjadi hening. Aiden tak menutup matanya sesuai perintah Jessica, karena justru kini Aiden tengah memperhatikan Jessica yang dengan tekun memijati kakinya. Dan saat itu pulalah rasa bersalah terbesit dalam hati Aiden. Karena ia sudah terlalu banyak berbohong pada gadis ini. Dan parahnya ia sudha memanfaatkan gadis ini. Brengsekkah dia? Tentu, bahkan ia berpikir ia lebih k*****t dibanding Kris. Tapi sifat asli manusia. Yaitu egois. Tentu saja menguasai sebagian dari hati Aiden. Ia tak ingin Jessica tahu siapa dia. Ia tak ingin Jessica menjauh darinya. Sekalipun jika suatu saaat nanti Jessica mengetahui semuanya. Ia ingin Jessica berada dalam jarak pandangnya. Tak peduli gadis itu membencinya atau tidak, yang terpenting gadis itu ada disampingnya. "Aiden.." Panggil Jessica lembut. Ia menyedari Aiden yang ternyata tak tidur. Dan malah melamun. "Wae?" Tanyanya kemudian. Tapi Aiden hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis seperti biasanya. Ya, tersenyum seperti biasanya. Dan biasanya pula Jessica akan merutuki jantungnya yang terkadang berdegup diluar kendalinya. Benar-benar menggila hanya karena senyuman pria itu. Aigoo... Tapi entah dari mana asalnya, dan tanpa seizin Jessica. Ingatannya menunjukan kepadanya bila ada sesuatu yang hendak ia tanyakan pada Aiden. Dan itu suadh sejak kemarin. Dan ia rasa harus bertanya sekarang. Sebelum ia menjadi semakin gila karena penasaran dengan pemikirannya sendiri. "Bo—lehkah aku bertanya sesuatu padamu?" Ucap Jessica setelah bersusah payah mengumpulkan keberanian untuk bertanya. "Ehm...tentu.." Jawab Aiden singkat. "Mmm...aku tak tahu aku tengah bertanya apa...tapi, apa kau sudah mengenal Kris sebelum aku mengenalkan Kris padamu?" Tanya Jessica, dan Aiden perlu pendengaran yang extra tajam karena gadis ini bertanya padanya dengan bergumam nyaris berbisik. "Aku? Mengenal Kris?" Tanya Aiden membalik pertanyaan Jessica. "Haha...tentu saja tidak Jessica. Kau ini bagaimana..." Lanjut Aiden sembari diselingi tawa. Tawa yang sebenarnya terdengar sumbang. Karena ia, BERBOHONG LAGI! "O—oh...begitu...aku hanya menebaknya saja...mianhe..." Ucap Jessica meminta maaf. "Gurrom...aku permisi..." Ujar Jessica kemudian. Ia hendak melangahkan kakinya beranjak dari ranjang Aiden. Sebelum Aiden mencekal tangannya dan menyuruhnya kembali duduk. "Kau tega membiarkan orang sakit sendirian?" Tanya Aiden. Memasang wajah memelas pada Jessica yang menatapnya bingung. Namun beberapa detik kemudia, akhirnya gadis itu mengangguk lemah dan kembali duduk ditepian ranjang. "Baiklah.." Ucap Jessica pasrah. "Eii...maksudku temani aku tidur." Ucap Aiden mencegah Jessica duduk ditepi ranjang. "Tapi disini, berbaring disebelahku." Ucapnya kemudian. Menunjuk tempat disampingnya. "Shireo!" Tolak Jessica. Ia hendak pergi beranjak lagi. Tetapi lagi-legi Aiden mencekal tangannya dan jangan lupakan juga dengan wajah pria itu yag tengah memelas. Membuat Jessica gemas. Kenapa ia tak bisa menang melihat wajah memelas itu?! "Kau selalu saja memaksa." Keluh Jessica. tapi nyatanya ia menuruti permintaan Aiden. Jadilah sekarang ia berbaring disamping Aiden. Dan setelah itu, dengan sangat gembira Aiden langsung menarik tubuh Jessica kedalam dekapannya. Tidur yang paling berkualitas adalah ketika kau tidur dengan memeluk orang yang paling kau cintai dan yang kau pilih sebagai pendamping hidup untuk menghabisakan waktu bersama hingga mati—Aiden. =flowered= "Oh...kau sudah bangun?" Sapa Jessica ketika melihat Aiden berjalan menghampirinya yang tengah duduk disofa ruang tengah. "Ne...dan kenapa kau tidak membangunkanku?" Tanya Aiden ketika ia sudah duduk disamping gadis itu. "Kau tidur seperti babi..aku tidak tega membangunkamu..." Jawab Jessica. Yang setelah itu terkekeh karena melihat raut wajah Aiden yang langsung merengut ketika ia mengatai pria itu seperti babi. "Yah...dan aku babi yang tampan!" Ujar Aiden percaya diri. "Ck! percaya diri sekali kau!" Cibir Jessica. Aiden sedikit terkejut ketika Jessica tiba-tiba saja beringsut mendekat padanya dan langsung menempelkan punggung tangannya pada dahi Aiden. "Ah...demammu sepertinya sudah turun." Ucap Jessica. Aiden sendiri sedikit bingung. Jadi ia juga sempat demam? Lalu Aiden menyentuh dahinya sendiri dengan punggung tangannya. Aiden tak melihat Jessica beranjak mengambil kotak p3k, tapi sekarang gadis itu sudah dihadapannya lagi dengan sebuah kotak p3k ditangannya. "Aku akan mengganti perban diwajahmu." Tutur Jessica. ia meminta Aiden untuk memiringkan kepalanya ke kiri agar ia bisa melihat luka yang tepat dirahang kanan pria itu. Luka yang cukup serius sepertinya. Ia heran. Mana ada kecelakaan kerja yang menimbulkan luka tepat dirahang. Jika ada, pasti berada didaerah dagu. Aneh sekali. Sebenarnya apa pekerjaan pria itu diluar sana? Jujur, Jessica sama sekali tak mengharapkan Aiden bekerja diluar. Cukup membantunya saja merawat bunga. Toh! Ia memang butuh tenaga pria itu. Setelah menobati didaerah rahang. Jessica beralih mengobati daerah sudut bibir dan hidung seta bebrapa luka dipipi. Dan itu membuat ia dan Aiden kini saling berhadapan dengan jarak yang terbilang cukup dekat. Membuat Jessica sedikit gugp. Nafasnya juga terasa tercekat. Dan beberapa kali ia bersusah payah untuk menelan salivanya dengan benar. Tapi selalu terhambat ditenggorokannya. Kenapa ia bisa segugup ini? Aiden terus memandangi Jessica yang berada tepat didepan wajahnya. Gadis itu terlihat sangat serius. Terlihat dari raut wajahnya. Tapi itu justru mengundang tawa bagi Aiden. Karena ia tahu Jessica psati tengah gugup. Dan beberapa kali Jessica terlihat kesusahan dengan posisinya. Posisi mereka kini adalah Aiden yang bersandar pada lenagn sofa, dan Jessica yang duduk disela kakinya. Dan pastinya posisi itu membuat Jessica tak nyaman. Berkali-kali pula Jessica seperti hampir terjatuh, tapi gadis itu cepat-cepat meraih sandaran sofa untuk berpegangan. Karena jika gadis itu terjatuh, maka ia akna jatuh tepat diatas d**a Aiden. Dan Jessica tak bisa membayangkan itu akna terjadi. Memalukan! Jessica terus berusaha menyelesaikan pekerjaannya mengganti perban luka milik pria dihadapannya ini, Aiden. Hingga akhirnya selesai. Dan ia kini bisa bernafas dengan semestinya. Tapi baru beberapa detik ia bernafas dengan normal. Aiden tiba-tiba saja menyentak lengannya dan langsung menyatukan kedua bibir mereka. Terkejut? TENTU SAJA! Jessica masih membulatkan matanya. Ia masih dilanda SHOCK! Sampai ketika Aiden menggigit bibir bawahnya. Kesadaran Jessica kembali. Ia menatap pria yang sednag menciumnya. Prai itu kini memejamkan matanya dan masih mencium bibirnya dengan lembut. Dan ketika pria itu menggigit bibir bawahnya lagi. Saat itu pula Jessica membuka mulutnya dan mulai hanyut dalam ciuman itu. . /// .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD