13. Tertangkap Basah

1693 Words
i********:: gorjesso Happy Reading.. =flowered= "KRIS!" Teriak Victoria sekali lagi. Sudah berapa puluh kali ia meneriaku nama itu tapi sipemilik nama tersebut tak kunjung menoleh padanya. "KRIS! Sialan kau! Berhenti!" Victoria akhirnya nekat menarik lengan Kris dan membuat Kris langsung berhadapan dengannya. Victoria menatap tajam pada Kris. Yang juga dibalas dengan hal yang sama oleh Kris. "Bisakah kau tidak seperti ini? Kau mengacuhkanku! Tapi kau tahu bukan...rencana kita sudah hampir rampung, tapi mengapa kau malah berbuat seperti ini padaku, hah!" Umpat Victoria. Ia merasa kesal pada Kris. Kenapa pria itu selalu menghindarinya beberapa hari ini? Masih marah karena kejadian itu? tapi bahkan mereka sudah sering bertengkar seperti itu, bukan? Jadi sebenarnya apa yang sedang ada didalam otak pria itu saat ini? Atau mungkin suatu hal yang tak ia ketahui? Pikir Victoria. "Kau punya mulut, b******k! Cepat jawab pertanyaanku!" Umpat Victoria lagi. Ia merasa geram dengan sikap Kris yang saat ini terlihat kekanak-kanakan. Kemana sifat Kris yang selalu bersikap profesional? Kris mendelikkan matanya ketika mendengar Victoria mengatainya 'b******k'. Matanya makin menajam, setara seperti ingin menguliti gadis itu sekarang juga. Namun bila emosinya diledakkan saat ini juga. Ditempat seperti di lobi perusahaan mereka ini. Akan dibawa kemana lagi wajahnya. Sekarang saja ia sudah menjadi tontonan gratis para karyawan perusahaan. Sekilas Kris melototi semua karyawan yang menonton adegan pertengkarannya dengan Victoria. Dan bebrapa detik kemudian dilobi perusahaan itu hanya tingga ia dan Victoria, serta beberapa pengawal, juga receptionist. "Jaga ucapanmu, Victoria Song! Kau seperti seorang wanita rendahan sekarang ini!" Bentak Kris. Victoria tak mundur hanya dengan bentakan itu. Ia harus mendapatkan jawabannya. Apa saja yang sudah terjadi pada rencana mereka selama ia pergi ke Jeju beberapa hari lalu. Hingga akhirnya hari itu ia bertengkar dengan Kris karena sebuah kekacauan yang entah ditimbulkan oleh siapa, yang jelas sipengacau itu telah sukses membuat Kris yang notabennya selalu bertindak tenang. Kini pria itu terlihat frustasi dan selalu bertindak dengan akal bodohnya. s**t! Victoria benar-benar ingin tahu! "Aku tak peduli! Aku hanya ingin penjelasan yang sejelas-jelasnya darimu. Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Dan aku juga yakin kau tahu siapa si pengacau itu. Jadi katakan padaku, siapa orang itu!" Pinta Victoria. Kris masih menatap tajam wanita didepannya. Otaknya secara cepat memproses lagi kejadia saat si pengacau itu, atau sebut saja itu Lee Donghae. Dapat menyusup dengan briliannya kedalam ruangan paling vital di perusahaan ini. Dan secara cepat pula otaknya juga memproses tentang kencannya dengan Jessica. Kenapa bisa begini? Arrgghhhhh!!! Teriak Kris dalam hati. "Dengarkan aku." Kris memegang kedua bahu Victoria. Namun cenderung seperti sedang mencengkram bahu itu. Buktinya bibir Victoria terdengar tengah merintih seperti kesakitan. "Aku akan memberitahumu tentang semuanya. Jadi dengarkan aku baik-baik. Karena aku tak akan mengulanginya lagi." Kris semakin mengeratkan tangannya dibahu Victoria. "Lee Donghae adalah si pengacau itu." Ucap Kris selanjutnya. Mulut Victoria terbuka atas respon rasa terkejut dan rasa ketidak percayaannya pada apa yang baru saja Kris ucapkan. "M—MWO?" "Kau mendengarnya dengan baik. Aku tak akan mengulangnya." Ujar Kris. Kemudia ia melepas tangannya dari bahu Victoria. Lalu dengan santai ia melangkah menuju lift. Dan dipencetnya nomor 29 pada lift itu. Victoria masih terdiam memandangi lift yang perlahan sudah naik membawa Kris didalamnnya. Namun perkataan Kris masih benar-benar terngiang dan berdengung hebat didalam telinganya. Lee Donghae? Pria itu....masih hidup? Batin Victoria. Dan pria itu kini tengah membalaskan dendamnya pada ia dan Kris? ... Setiap moment dengan baik terekam oleh otak Aiden. Karena otaknya benar-benar masih berfungsi dengan baik tanpa cacat. Bukan seperti apa yang dikatakannya pada Jessica. Dan itu membuat dirinya kembali dirundung rasa bersalah yang tak kunjung usai. Ia terus memperhatikan Jessica yang tengah sibuk bersama bibi Shin memasak didapur rumah Jessica. Ya, kini mereka tengah berkumpul bersama. Membuat acara pesta kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun paman Shin. Hanya saja tak ada kejutan. Pria tua itu sudah cukup berumur untuk menerima kejutan, dan itu pasti akan berakibat fatal bila jantungnya merespon kejutan itu dengan buruk. Semacam serangan jantung, mungkin? Sedangkan ia dan paman Shin sendiri tengah menata tempat ditaman belakang rumah Jessica dengan mengeluarkan meja dan kursi makan dari rumah Jessica dan dipindahkan ketaman itu. Jadi, mereka ini berencana makan malam dengan beratapkan langit yang bertabur bintang, serta bertembok indahnya laut seta kebun bunga Jessica. Setelah ia ditinggal paman Shin untuk mengambil sesuatu dari rumah Jessica. Ia pun duduk sendirian dibawah pohon rindang ditaman itu. Menyenderkan tubuhnya pada batang pohon itu. Ingatannya kembali pada percakapannya dengan pengacara Han ditelepon kemarin malam. Pengacara keluarganya itu sudah membutuskan kapan tepatnya rencana yang sudah mereka bertiga—Aiden, Pengacara Han, dan Taemin—susun akan dilaksanakan. Dan itu hanya tinggal 2 hari lagi dari sekarang. Dan itu semua sudah bisa dikatakan sangat dekat dan cepat. Walaupun ia sendiri yang memutuskan untuk bertindak cepat. Tapi sebenarnya ia tak pernah siap untuk hal itu. Ia masih merasa bimbang. Tapi...tentu saja bukan...ia tak boleh mengecewakan pengacara Han maupun Taemin yang sudah bekerja keras untuk membantunya? "YAK!" Pekik Aiden tiba-tiba. Dan detik berikutnya ia mendengar tawa membahana khas perempuan dari sebelahnya. Ya, itu Jessica. siapa lagi? Walaupun saat ini ada bibi Shin. Tapi Aiden hafal benar siapa pemilik suara ini. "Ya! kenapa kau melakukan itu?" Keluh Aiden. Ia memekik tadi karena Jessica menempelkan segelas air dingin kepipinya saat ia melamun tadi. "Aishh....salahkan saja dirimu itu yang suka melamun akhir-akhir ini, tuan.." Ujar Jessica. Lalu ia ikut duduk disamping Aiden, menyandar pada batang pohon yang begitu berguna ketika panas terik matahari menghantam bumi. "Ini untukmu yang sudah bekerja keras, tuan..." Ucap Jessica sembari menyodorkan segelas sirup jeruk untuk Aiden. "Gomawo.." Ucap Aiden. Dibalas anggukan kecil oleh Jessica. "Ah...sepertinya malam ini akan menyenangkan..." Cicit Jessica. Membayangkan makan malam nanti dengan mereka berempat yang menikmati malam ditaman ini. Sesuatu yang belum pernah terjadi. Kk...ia tak sabar menunggu malam datang. "Kau sudah tak sabar, ya?" Ucap Aiden menanggapi. "Tentu. Ah... paman Shin pasti sangat senang..." Dan aku merasa aku membenci malam untuk saat ini. Karena malam akan cepat membawaku pada hari esok dan eskonya lagi. Batin Aiden. Ia menoleh pada Jessica yang tengah menatap pemandangan indah yang tersuguh di hadapannya. Namun karena Jessica merasa sedang dipandangi ia pun menoleh pada Aiden. Dan bingo! Pria itu tertangkap basah tengah memandnagainya. "Wae?" Tanya Jessica. Aiden menggeleng cepat. Dan dengan sekenanya ia berucap : "Kau cantik!" Blush! Seakan oksigen lenyap dari dunia ini. Jessica merasakan dirinya sesak nafas secara tiba-tiba. Dan ia yakin, wajahnya sudah melebihi warna buah ceri sekalipun. Ini memalukan! Yak! Aiden! Mati Kau! Maki Jessica dalam hati. Hanya dalam hati. Bibirnya kelu untuk berucap apapun! Benar-benar sialan! .... . Hari sudah menginjak sore. Langit temaram mulai menghiasi angkasa. Bintang berkelip kedip dilangit sebagai hiasannya. Didalam sebuah rumah, kini mulai ramai dengan rencana makan malam yang mereka rencanakan dari jauh-jauh hari. Paman dan bibi Shin, serta Aiden dan Jessica sedang mempersiapkan diri masing-masing untuk menjamu makan malam nanti. Makanan yang begitu banyak macamnya sudah tertata rapi pada 2 buah meja besar. Karena ini hari yang istimewa, 1 meja saja masih kurang. Begitu kata bibi Shin. Dan kue tart berlumuran coklat menjulang tinggi diantara mekanan yang begitu menggiurkan itu. Dipuncak kue tart coklat itu berdiri lilin dengan bentuk angka 50. Menggambarkan usia Paman Shin. "Wah...keyopdta.." Gumam Jessica ketika dirinya melihat bibi Shin menghiasi kue tart coklat itu. "O...jinja?" "Aku bahkan tak sabar lagi menyantapnya, ahjumma..." Ujar Jessica antusias. Beberapa menit lagi waktu merangkak menuju pukul 7 malam. 4 orang ini sudah duduk rapi mengelilingi meja makan dirumah Jessica. Mata mereka berbinar melihat makanan yang begitu menggoda didepan mereka. "Ah...ini sudah pukul 7 lebih...mari kita makan!" Ajak paman Shin. PLETAK "Ya! yeobo, kenapa kau memukulku?" Keluh Paman Shin. Bibi Shin baru saja memukul kepalanya dengan sebuah sendok ketika paman Shin hendak mengambil daging sapi panggang dnegan sumpitnya. "Kau ini bagaimana, seharusnya kau meniup lilin dulu!" Ujar bibi Shin. "Ooh....ne...baiklah, akan ku tiup sekarang juga.." Mereka semua bangkit dari tempat duduknya. Kemudian menyaksikan paman Shin yang hendak melakukan prosesi tiup lilin yang banyak dilakukan banyak orang. Memohon sesuatu sebelum meniup lilin. Lalu setelah lilin ditiup kue itu akan dipotong lalu dibagikan pada orang terkasihnya. Bisa ditebak, potongan kue itu tentu saja ditujukan untuk istri tercintanya bibi Shin yang malu-malu menerima potongan kue tersebut. "Saengil chukae! Semoga yang terbaik selalu datang padamu, yeobo..." Ucap bibi Shin. Lalu menecup singkat bibir suaminya. Lalu riuh tepuk tangan datang dari Aiden dan Jessica yang berdiri didepan mereka. Kedua manusia ini harus rela mendecak iri melihat keromantisan paman dan bibi mereka. Ckck! "Saengil chukae, ahjuhssi...aku harap kau selalu menyayangiku dan terus membuka toko bungamu.." Ucap Jessica. Lalu semua tertawa mendengar ucapan Jessica. Makan malam kemudian berlanjut. Pertama, dimulai dengan paman Shin, sang pemilik hajat yang menyantap sup rumput laut buatan bibi Shin. Tradisi lama dari Korea yang mengharuskan sup rumput laut tersaji kala seorang anak manusia hendak merayakan hari lahirnya. Setelahnya, paman Shin lalu menuangkan wine pada 4 gelas yang berdiri di atas meja makan itu. Mereka ber-4 bersulang layaknya merayakan sebuah tropi piala dunia. Sangat meriah oleh tawa dan tepuk tangan. Ditengah ia menyantap makan malamnya. Jessica sesekali melihat pada layar ponselnya yang ia letakkan diatas pahanya. Menunggu sekadar sebuah pesan sebagai kepastian seseorang akan datang. Ya, ia sedang menuggu seseorang akan datang. Namun sudah setengah jam makan malam berlangsung, orang yang ditunggunya tak kunjung memberi kabar. Jessica hanya bisa mendesah pasrah. Dan mulai fokus memakan daging panggang dihadapannya kembali. Namun baru ia akan melesakkan sebuah potongan daging kedalam mulutnya. Ponselnya bergetar, dan hampir membuatnya tersedak karena terkejut. Cepat-cepat ia memperbaiki ekspresi terkejutnya dan melihat pada layar ponselnya. Senyum manisnya langsung tersungging kala sebuah pesan yang berbunyi 'AKU AKAN DATANG!' itu tertulis dalam sebuah pesan dari seorang yang ia tunggu kehadirannya sejak tadi. TING TONG Semua orang yang tengah sibuk dengan makanannya tiba-tiba saja fokusnya teralihkan oleh sura bel rumah Jessica yang berbunyi cukup keras didalam rumah itu. Semuanya langsung memandang pintu rumah lalu bergantian memandang Jessica. Termasuk Aiden yang memandang Jessica yang duduk disebelahnya. "Ah...aku akan membuka pintu, kalian lanjutkan makan malam saja..." Ucap Jessica. Tanpa ba-bi-bu lagi, ia pun bangkit dari kursi dan menghampiri pintu rumahnya. CKLEK "Omo!" Pekik Jessica. Namun mulutnya itu langsung ditutup oleh tangannya sendiri. Dihadapannya kini berdiri pria jangkung berambur coklat terang dengan setelan jas yang bisa dibilang menambah kadar ketampanannya yang sudah over. "Kris...." . ///
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD