Permainan dimulai

1009 Words
Setelah layar hologram itu menghilang, semua orang di ruangan tersebut masih kebingungan. Sebagian dari mereka terserang kepanikan namun sebagian yang lagi hanya duduk diam di tempatnya tanpa berbuat apapun. Seperti Kevin contohnya, dia duduk di sudut ruangan sambil menggigit kuku ibu jari nya. Sesekali dia menarik-narik rambutnya, entah apa yang ada dipikiran Kevin sekarang yang jelas dia tidak menyukai situasi saat ini. Sementara itu, gadis muda Sunny Sorch juga berdiri diam. Melihat beberapa orang dewasa yang berlarian kesana kemari, membuatnya kebingungan. Dia bahkan tak mengerti apa yang harus dia lakukan. Sunny lalu memutuskan untuk memperhatikan mereka saja. Walau hal itu hampir membuatnya sakit kepala. Dan yang paling santai diantara mereka adalah Takata Mashi. Disaat orang lain duduk diam atau berlarian kesana-kemari, dia berjalan perlahan menyusuri dinding. Dengan wajah datarnya, dia menempelkan telinga di setiap dinding-dinding yang ada di ruangan tersebut. Sesekali dia juga menengadah ke langit-langit mencari sesuatu yang mungkin bisa dia jadikan sebagai petunjuk untuk keluar dari ruangan tersebut. "A-Apa saat ini permainan sedang dimulai," ucap Travis dengan terbata. Jantungnya sungguh tidak keruan saat ini. Demi Tuhan, dia baru saja menikmati waktu belanja bersama istrinya, namun mereka berdua malah berada di tempat yang sangat asing ini. "Sayang, bagaimana ini? aku sangat takut!" Marry istri dari Travis tampak gemetar. Dengan segera Travis menggenggam tangan istrinya agar wanita itu merasa tenang. "J-Jangan begini, jangan takut. Jika kau takut, aku pasti akan merasakan hal yang sama," ucapnya kemudian. "Tenang dulu, aku rasa ini hanya ulah orang iseng. Jangan panik, kita harus berkumpul dan memikirkan cara untuk keluar dari sini," David berusaha menenangkan Marry, Travis, dan dua orang lainnya yang memiliki ketakutan paling tinggi. "Tidak, kau tidak membaca layar tadi? kita harus cari pembunuhnya agar bisa keluar dari sini!" Kyle mengacak rambutnya lalu berlari kearah pintu dan berusaha mendobrak pintu yang sudah tertutup tersebut. "Sayang, kita harus bagaimana? a-apa kita diculik? apa kita tidak bisa keluar dari sini?" Marry memeluk suaminya. Travis mengusap punggung Marry dan terus saja meyakinkan Marry bahwa semua akan baik-baik saja, walau dirinya sendiri merasa ketakutan. "K-Kita akan cari caranya. Tunggu di sini, aku akan membantu mendobrak pintu." Travis berlari ke pintu bagian lain, dia berusaha untuk membantu Kyle yang lebih dahulu menendang-nendang pintu dengan sekuat tenaga. Travus mencari cara untuk membuka pintu tersebut. Walaupun dia tahu itu sangat mustahil, karena pintu yang sedang mengurung mereka saat ini, adalah pintu besi berlapis dengan kekuatan yang tidak main-main. "Ini gila, siapa yang membuat permainan konyol ini!" Jaden ikut frustasi. Namun, tak seperti Kyle dan Travis yang berusaha mendobrak pintu, dia malah berkeliaran untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan sebagai senjata. "Hahaha, tapi seru juga," Jun Liu, laki-laki paruh baya yang sangat menyukai kompetisi itu mungkin adalah satu-satunya yang menikmati situasi saat ini. Dengan tersenyum dia menggosokkan kedua telapak tangannya lalu menatap seluruh orang yang ada di ruangan tersebut, "Kalian semua, siapa pembunuhnya? tunggu saja, aku akan mematahkan leher kalian," ucapnya dengan seringai yang sangat menjengkelkan. "Semuanya tenang! jika kita berpencar dan sibuk dengan urusannya masing-masing, kita tidak akan mendapatkan jalan keluar dari masalah ini." David kembali mengingatkan. "Lalu, Kau pikir dengan memberi nasehat dan berdiri di tempatmu bisa menyelesaikan masalah? sialan, jika Aku tau akan terjebak di sini aku tidak akan memenuhi undangan gila tersebut." Kyle berlari ke arah Mashi, yang berdiri diam menatap sebuah pintu, "Mashi, apa yang kau lakukan? Ayo bantu aku. Kita harus mendobrak pintu ini," Kyle berusaha menarik Mashi, namun Mashi bergeming, beberapa detik kemudian, Mashi menatap ke arah Kyle. Mashi menekan kacamatanya yang berbingkai hitam, lalu menatap Kyle tanpa berkedip. "Ssstt," Mashi meletakkan telunjuknya ke bibir sebagai tanda agar Kyle harus diam. "Sialan! sebenarnya apa yang kau lakukan? Mashi, jangan sekarang, kau tidak boleh berlaku aneh pada sat genting seperti ini!" Kyle meninggikan suaranya, namuna Mashi masih saja diam. Karena satu asrama, Kyle sangat tahu bagaimana karakter Mashi. Manusia berdarah Jepang tersebut memang dikenal sangat aneh. Tak ada yang bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya. Dia bisa bertingkah tanpa diduga, dengan ekspresinya yang datar. Kyle menyadari itu. Karena itu Kyle hanya bisa menghela nafas, dan tak bisa berbuat apapun. "Kau yang disana!" Jun Liu, bergerak ke arah Kevin, lalu mencengkram kerah Kevin. Sejak awal aku sudah mencurigaimu. Bukankah kau pembunuh yang dimaksud oleh hologram sialan itu!" "K-Kita semua akan mati, semua akan mati," Kevin meracau tak jelas. Dia kembali menarik-narik rambutnya, dan mengusap wajahnya sambil gemetar. "Manusia tidak waras ini. Sepertinya kau harus dihajar agar segera mengaku," Jun Liu mengangkat tangannya, bersiap untuk memukul Kevin. Pada saat itu, David datang mencegah. Dia menahan tangan Jun Liu, dan menarik Kevin ke belakangnya. "Tenanglah, jangan saling menuduh." ucap David agak jengkel kepada Jun Liu. "Kau membelanya? hahaha, kau pasti seseorang yang selalu ikut campur urusan orang lain di dunia nyata," ejek Jun Liu terhadap David. "Paman, sepertinya Paman yang paling tua diantara kami disini. Seharusnya paman memberikan pemahaman yang baik, dan menenangkan mereka. Bukan malah menuduh dan memperkeruh suasana," "Dia terlihat paling mencurigakan. Kalau bukan dia siapa lagi!" "Tidak ada yang akan selamat. Semua akan mati, seperti Justin. Justin mati karena permainan ini, J-Justin ...." Kevin terus meracau. "b******k, dasar gila. Apa yang sedang kau racaukan? kemari dan mengakulah!" Jun Liu hendak menarik Kevin. Namun David menghalanginya. "Tenanglah! Kau tahu? mereka berusaha mempermainkan kita! kita tidak boleh begini semua harus ...." David terdiam. Entah dari mana asalnya tiba-tiba asap putih memenuhi seluruh ruangan. Mereka sama sekali tidak bisa melihat apapun. "A-Apa ini! dari mana ini berasal!" terdengar suara Marry yang ketakutan. "b******k! jangan main-main, tunjukkan dirimu, pengecut!" Jun Liu, bergerak kesana-kemari berusaha melihat dengan jelas. "Akh!" sebuah teriakan pendek terdengar. Semuanya terdiam. Tak ada satupun yang berani bergerak. Sambil menutup mata, Mashi yang dari tadi berdiri menajamkan telinganya. Berusaha mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. "Sepertinya, zat cair yang agak berat sedang menetes," gumam Mashi. Lima belas menit kemudian, asap putih yang menyesakkan itu menghilang. Semua orang bernafas dengan lega. Sunny yang terduduk di bagian dinding kanan, menarik nafas panjang, lalu berusaha bangkit. Namun, dia terdiam, ada sesuatu yang menyentuh tangannya, sesuatu yang kental dan sedikit hangat. Sunny, langsung menoleh. Beberapa detik kemudian, ekspresinya berubah. "Aaaaa!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD