Membunuh atau Dibunuh

1153 Words
Sepuluh menit setelah Kevin tiba di gedung trapesium. "Kau siapa? apa yang kau lakukan disini?" seseorang mendekati Kevin. Kevin menggenggam besi di tangannya dengan erat. Bersiap siaga andai dia diserang. Dia mundur beberapa langkah. Seorang pemuda berdiri di depannya, pemuda tersebut mengarahkan senter ke wajah Kevin, hingga Kevin menyipitkan matanya karena silau. "Kau ... hei Mashi! lihat siapa yang kutemukan. Bukankah dia Kevin Mc Grown?" Pemuda tersebut berbicara dengan seseorang di dalam kegelapan. Beberapa menit kemudian, tampak pemuda lain mendekat kearah Kevin. Pemuda berambut agak gondrong, memakai kacamata dan stelan olahraga berwarna kuning. Pemuda itu sibuk memainkan rubik di tangannya. Wajahnya yang bening dan sangat Asia, membuatnya mudah terlihat walau keadaan gelap sekalipun. "Siapa kalian? kalian kenal aku?" Kevin menatap mereka bergantian. Sekeras apapun dia berpikir, dia tak mengenali dua orang di depannya tersebut. "Hai, aku Kyle, dan ini temanku Takata Mashi," Kyle mengulurkan tangannya. Namun, bukannya menyambut tangan Kyle, Kevin malah semakin menjauh. "Bagaimana kalian tahu namaku?" tanya Kevin dengan sikap waspada. "Tentu saja kami tahu, kita satu kampus, walaupun kami mahasiswa baru, tapi kau sangat terkenal karena insiden itu." "Insiden?" "Mmm, boleh aku menyebutnya? insiden perpustakaan yang menewaskan temanmu." Kevin terdiam. Wajar jika mereka mengenali Kevin. Sejak kejadian itu, begitu banyak gosip beredar di kampus, menceritakan kejadian tersebut hampir setiap hari. Bahkan setelah enam bulan, Kevin masih menerima tatapan aneh dari mahasiswa lain. Kevin menatap pemuda bernama Kyle tersebut. Dia terlihat ramah dan bersahabat. Sementara pemuda di sebelahnya hanya sibuk dengan rubik. Dia tak bicara sedikitpun, bahkan dari awal dia tak menoleh kearah Kevin. "Apa kau juga sama?" tanya Kyle lagi. "Sama bagaimana?" Kevin kini sudah mulai merilekskan diri. Sekarang, dia memegang kunci di tangannya dengan santai. "Aku dan Mashi mendapat undangan ke tempat ini." "Kalian juga?" Kevin terperangah. Ternyata tak hanya dia yang diundang ke tempat asing itu. Apakah dia masih bisa menemukan penyebab kematian Justin? "Kalian ... memainkan permainan di internet? Temukan Pembunuhnya." "Ah, rupanya itu. Sepanjang hari aku berpikir undangan tersebut serasa tak asing. Ternyata kata yang tertulis di sana sangat mirip dengan permainan itu!" Kyle berseru. Dia sangat senang telah mendapatkan jawabannya. Karena, dia terus saja memikirkan hal tersebut sepanjang hari, dan masih belum bisa menebak hingga Kevin mengingatkannya. "Jadi kau bermain permainan itu?" tanya Kevin lagi. "Iya. Permainannya sangat seru." "Dia juga?" Kevin mengarahkan pandangannya kepada Mashi, yang masih menundukkan kepala. "Mashi juga ikut. Kami satu kamar di asrama," jawab Kyle sambil tersenyum, "Jadi ... kenapa kita diundang kesini? apa kita akan diberi penghargaan karena telah menang permainan?" "Aku akan masuk untuk memeriksa." Kevin bergegas menuju gedung trapesium berwarna putih di depannya. Kyle menarik Mashi dan berlari kecil mengikuti Kevin dari belakang. "Kita pergi bersama saja," ucpa Kyle dengan semangat mendahului Kevin. Ketika mereka tiba di depan gedung tersebut? tiba-tiba pintu gedung terbuka. Kevin agak ragu untuk melangkahkan kakinya. Tapi melihat Kyle dan Mashi langsung memasuki gedung, Kevin menarik nafas dalam, dan segera melangkah masuk mengikuti Kyle dan Mashi. Begitu Kevin melangkah, pintu utama gedung tiba-tiba tertutup. Kevin kaget. Dia berusaha membuka pintu tersebut, Kyle berlari untuk membantunya. tapi percuma saja. Pintu itu tak bergerak sama sekali. Kyle akhirnya pasrah dan berkeliling mengitari gedung tersebut. Gedung itu seperti gudang kosong dengan beberapa buah pintu. Warnanya suram dan cahayanya redup. "Tempat apa ini?" Kyle penasaran. Mashi yang sejak tadi berkutat dengan rubik, akhirnya menaruh rubik ke saku jaketnya lalu melihat ke sekitar. Dia tampak tertarik dengan kontruksi gedung tersebut, lalu mulai menempelkan telinga ke tembok sambil berjalan pelan. "Dia sebenarnya kenapa? bisu?" Kevin menatap Mashi yang bersikap aneh. "Mana mungkin. Kampus kita bukan sekolah luar biasa. Dia memang seperti itu, jangan dihiraukan," jawab Kyle lalu menepuk bahu Kevin. Sebuah layar hologram tiba-tiba muncul dan mengejutkan Kevin serta Kyle, tak terkecuali Mashi. "Selamat datang di dunia kriminal. Saat ini peserta adalah : Kevin Mc Grown, Kyle, Takata Mashi, dan David Back" Bunyi tulisan yang mucul di hologram tersebut. Setelah beberapa detik, layar itu tiba-tiba menghilang begitu saja. "David Back? ada orang lain lagi disini? tapi ... dimana dia?" Kyle berkeliling mencari seseorang yang bernama David Back. Namun, belum beberapa menit, Kevin melihat Mashi menunjuk kearah pintu kecil yang terbuka di bagian dalam ruangan itu. Kevin melangkah perlahan, "Ada orang disana?" bisik Kyle ke telinga Kevin. Kevin menaruh telunjuk ke bibirnya pertanda menyuruh Kyle untuk diam. Begitu tiba di ruangan kecil itu, tampak seseorang yang terduduk lemah, wajahnya babak belur dan hampir pingsan. "Dia kan ..." Kyle terbelalak. "Pekerja paruh waktu di warnet, tak jauh dari kampus," sambung Kevin. Kyle dan Kevin memapah David keluar dari ruangan kecil itu. David meringis, dan mulai menyadarkan dirinya. "K-Kalian siapa?" tanya David terbata-bata. "Kami mahasiswa di Universitas Golden. Kau baik-baik saja?" Kyle balas bertanya. "Seseorang memukulku saat pulang bekerja. Brengsekk sekali," umpat David, "Kita ada dimana sekarang?" tanya David lagi. "Sepertinya kita diundang untuk bermain," "Tidak Kyle, kita sedang dikurung," ucap Kevin. Matanya menatap pintu utama bangunan tersebut yang tak kunjung terbuka. "Sebaiknya kita berkeliling. Kita cari jalan keluar dari tempat ini." David berusaha bangun. Kyle dan Mashi membantu David untuk berjalan, mereka berusaha membuka beberapa pintu ruangan. Namun, selain pintu yang sudah terbuka dari awal, pintu lainnya tak bisa dibuka sama sekali. Kevin gelisah sepanjang malam. Dia duduk di sudut ruangan sambil memeluk lututnya. Mereka tak bisa berbuat apa-apa. Kyle dan David yang sudah lelah mencari pintu keluar, akhirnya duduk bersandar dinding, dan Mashi kembali memainkan rubiknya. Sekitar pukul tiga dini hari, pintu lain dari ruangan itu terbuka. Kyle dan David langsung beranjak dari tempatnya. Tampak seorang gadis muda keluar dari pintu tersebut sambil menguap. "Kau siapa? dari mana kau masuk?" tanya Kyle kepada gadis dengan wajah bulat dan rambut hitam sebahu tersebut. "Aku ... ada dimana?" "Sebuah gedung di tengah hutan. Bagaimana caranya kau kemari?" tanya David kemudian. "A-Aku tidak tahu. Yang kuingat, aku tertidur di bus dan tiba-tiba terbangun disini." "Dia pasti salah satu dari kita, dia ikut dikurung disini," ucap Kevin. Beberapa menit kemudian, layar hologram muncul lagi, menampilkan nama seseorang yaitu Sunny Sorch, itu adalah nama gadis muda yang masih duduk di sekolah menengah tersebut. Mendekati pagi hari, tiga orang tiba dari pintu lainnya. Mereka adalah Travis dan Marry yang merupakan suami istri, lalu seorang paruh baya bernama Jun Liu. Dia tiba dengan semangatnya untuk berkompetisi. Kevin yang sangat tertekan berada di gedung itu, merasa lebih tertekan lagi ketika Jun Liu datang. Sekitar pukul delapan pagi, satu pintu kembali terbuka. Tampak seorang pemuda, dengan gaya urakan memasuki ruangan. Dia melihat ke sekitar, berjalan tak tentu arah, sepertinya dia belum bisa mencerna apa yang dilihatnya. Satu menit setelah pemuda itu masuk, hologram kembali muncul. Selamat datang di dunia kriminal. Kalian mendapat kehormatan diundang di gedung ini untuk melakukan permainan. Peserta : Kevin Mc Grown, Kyle, Takata Mashi, Sunny Sorch, David Back, Travis Worth, Marry Sane, Jun Liu, dan Jaden Jeong. Diantara kalian ada pembunuh, temukan pembunuhnya agar kalian bisa keluar dari gedung ini dengan selamat. Dalam permainan ini, tidak ada kalah menang, yang ada hanyalah, membunuh, atau dibunuh
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD