Orang Dewasa

1028 Words
Malam semakin larut. Kevin, Mashi dan Jaden akhirnya tertidur setelah percakapan mereka yang cukup lama. Mereka tidak memikirkan apapun. Bahkan mereka juga tidak terpikir bagaimana caranya membuka pintu ruangan selanjutnya. Mashi juga tak punya ide. Hutan pinus dan pondok di tengah hutan tersebut. Dia sama sekali tak terpikirkan apapun. Entah karena dia memang tidak tahu, atau karena dia malas untuk berpikir. Pukul Dua dini hari. Sunny terbangun dari tidurnya, dia menggeliat sesaat lalu menatap Marry yang masih tertidur di sampingnya. Sunny berdiri setelah beberapa saat. Memeriksa sekitar. Si menyebalkan Jun Liu masih mendengkur keras. Kevin, Mashi dan Jaden, tidur bersisian, sedangkan David tidur di lantai, agak dekat dengan perapian. Sunny berjalan perlahan agar tak membangunkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dia berjinjit, lalu keluar dari pondok tersebut. Beberapa menit setelah Sunny keluar? David perlahan terbangun. Melihat Sunny yang tidak ada di tempatnya, David langsung berdiri dan mengarahkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Karena tak menemukan Sunny, akhirnya David memutuskan untuk mencarinya keluar pondok. "Apa yang dilakukan gadis kecil itu malam-malam begini?" gumam David, sambil menajamkan penglihatannya ke hutan pinus yang lumayan gelap tersebut. "Apa dia mengambil kayu bakar?" ucap David lagi. David berjalan perlahan, sambil melihat-lihat keberadaan Sunny. Setelah hampir sepuluh menit berkeliaran, akhirnya David menemukan Sunny yang tengah berjalan santai menuju ke arah pondok. "Sunny, kau dari mana?" tanya David begitu Sunny tiba di depan pintu. "Aku hanya melakukan urusanku. Kau sendiri. Mengapa keluar dari pondok malam-malam begini?" Sunny balas bertanya. "Aku mencarimu. Aku takut kau terluka karena pembunuh, atau si psikopat pemilik permainan itu." "Hah, kau tak melihat? semua orang berada di ruangan saat ini. Bagaimana mungkin mereka bisa melukaiku?" "Baiklah. Karena kau sudah kembali, ayo masuk ke dalam." Sunny masuk mendahului David. Bangku kayu yang ada di pondok itu berdiri ketika Sunny mendudukinya. "Jangan pernah keluar tanpa memberitahu, aku tak mau hal buruk terjadi. Cukuplah Paman Jun yang seperti itu," ucap David sambil melihat Jun Liu yang masih tertidur pulas. "Aku mengerti," jawab Sunny singkat, "David, menurutmu siapa pembunuh diantara kita?" Sunny bertanya karena dia memang penasaran. "Aku tidak bisa memastikannya. Yang jelas kita semua terjebak di sini dan kita harus segera keluar dari tempat ini." "Bagaimana jika membunuh itu aku?" pertanyaan Sunny membuat David diam sejenak, "Kau tidak bisa menjawab," Sunny terkekeh, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi yang saat ini dia duduki. Kursi itu kembali mengerang, seolah didera kesakitan yang parah. "Kita harus keluar dari sini tanpa membunuh siapapun," Sunny terkekeh mendengar pernyataan David. "Kau pikir hal seperti itu memang ada? orang yang lebih mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Setelah pembunuhnya tertangkap, kau fikir hal yang kau katakan tadi bisa terwujud? mereka akan langsung membunuh orang tersebut tanpa berpikir lagi. Terutama orang itu," Sunny menunjuk Jun Liu dengan matanya. "Dia yang paling dewasa diantara kita. Namun, dia yang paling tidak bertanggungjawab dan menyebalkan." "Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Kita masih harus bekerja sama untuk membuka ruangan selanjutnya. Sampai sekarang aku belum ada ide untuk kode sandi di pintu itu," ucap David menunjuk satu-satunya pintu besi yang ada ada di pondok tersebut. "Jun Liu, curiga Kau adalah pembunuhnya. Apakah kecurigaan Jun Liu itu benar?" "Sunny ..." "Apa yang akan kau lakukan selanjutnya? maksudku anggap saja kau adalah Pembunuh," "Aku bukan pembunuh," "Jika kau menghilang seperti ini Kau tampak semakin mencurigakan. Terus terang saja Aku tidak percaya dengan orang dewasa. Jun Liu sedikit benar. Biasanya, orang yang bersalah akan berbuat kebaikan ataupun perhatian untuk menarik simpati. Begitulah yang orang dewasa lakukan belakangan ini. Mereka manipulatif dan bisa menipu siapa saja." "Sunny, apa kehidupanmu berat? sepertinya kau sangat tidak menyukai orang dewasa," "Bukan tidak menyukai, aku hanya tidak mempercayai mereka." "Baiklah, lanjutkan apa yang kau bicarakan. Jika Aku adalah pembunuh," "Hmm, jika kau adalah pembunuh, setelah ini apa yang akan kau lakukan? siapa diantara kami yang akan kau bunuh selanjutnya," "Aku tidak bisa membunuh kalian. Jika Aku adalah pembunuhnya, aku akan mengaku dengan cepat hingga tidak ada korban jiwa yang jatuh." "Lalu, kami akan membunuhmu. Si mahasiswa bermasalah itu bilang, permainan ini tidak akan selesai hingga semua orang biasa mati atau pembunuhnya dibunuh," Sunny menunjuk Kevin. "Tak masalah jika kalian membunuhku. Kehilangan satu nyawa akan lebih baik daripada banyak nyawa. Lagipula kalian masih muda dan dan perjalanan hidup kalian masih panjang. Sementara Paman Jun, mungkin saja dia memiliki orang penting yang menunggunya di rumah. Kita tidak pernah tahu apa yang yang terjadi pada seseorang. Paman Jun bersikap kasar seperti sekarang ini, tentu ada penyebabnya." "Hah, benarkah apa yang kau katakan itu? terus terang saja itu terdengar seperti penipuan." "Aku tidak akan menipumu. Aku akan membuat kau percaya bahwa orang dewasa Tak semuanya seperti yang kau pikirkan." "Memangnya apa yang aku pikirkan?" "Sunny, kau gadis muda yang masih membutuhkan perhatian. Maafkan aku, tapi aku rasa kau bermasalah dengan kedua orang tuamu." Mendengar perkataan David, Sunny langsung terdiam. Ekspresinya berubah menjadi murung, namun sekilas tampak raut kesedihan di wajahnya. "Kau tinggal bersama kakakmu, kan?" tanya David lagi. "Hmm, kakakku lebih baik daripada orang tuaku." "Lihatlah, tidak semua orang dewasa Itu menyebalkan. Kakakmu adalah contoh orang dewasa yang baik. Kau sendiri yang mengatakannya." Sunny kembali terdiam. Apa yang dikatakan David itu memang benar. Sunny memiliki kakak yang berusia awal tiga puluhan, dan dia adalah satu-satunya keluarga yang sangat peduli pada Sunny, dibandingkan dengan orang tuanya atau saudara-saudaranya yang lain. Sunny baru sadar bahwa kakaknya itupun merupakan seorang dewasa. "Kau benar-benar punya sifat manipulatif? lihatlah, karena kau aku merasa telah bersalah karena tidak menyukai orang dewasa," Sunny menatap David dengan jengkel. David maklum. Sunny masih remaja dan emosinya memang sedikit labil. David hanya tersenyum lalu duduk disamping Sunny, "Dengarkan aku. Kau tidak sepenuhnya salah. Orang dewasa memang sebagian menyebalkan. Namun, tidak semuanya. Jadi kau harus belajar percaya kepada seseorang namun kau juga tetap harus waspada. Baiklah, karena aku mengatakan itu, maka aku juga akan mengatakan padamu. Kau bisa waspada terhadapku. Waspada terhadap Kevin ataupun Jaden. Kau tidak perlu mempercayai kami sepenuhnya. Tapi, sisakan celah sedikit saja untuk kami. Agar kau juga bisa merasakan rasa aman. Bahwa saat ini walaupun kita terancam dalam bahaya, namun ada beberapa orang yang bisa diandalkan walaupun mungkin nantinya mereka adalah orang yang akan mencelakaimu, untuk itu kau harus waspada, dan menaruh kepercayaan sedikit saja, agar hatimu tenang."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD