Janda

1047 Words
“Kenapa kamu menolak perjodohan dengan Olivia?” tanya papa Dava dengan nada keras. “Bagaimana Alvin tidak menolak perjodohan dari papa dan mama. Wanita yang mau dijodohkan sama Alvin itu janda pa. Apa tidak ada wanita lain lagi pa yang bukan janda di dunia ini?” jawab Alvin. “Kenapa memangnya kalau janda?” tanya papa Dava lagi. “Apa kata dunia kalau seorang CEO muda tampan menikah dengan janda? Janda anak satu lagi,” jawab Alvin. Papa Dave menggelengkan kepala saat mendengar jawaban yang diberikan oleh sang putra semata wayangnya. Sungguh.. Papa Dava tidak pernah menyangka jika sang putra kesayangannya itu memiliki pikiran seperti itu. “Apa ada yang salah dengan janda? Bukankah janda itu hanya sebuah status saja Alvin? Tidak ada orang yang mau jadi janda juga kan?” tanya papa Dave dengan bertubi-tubi kepada Alvin. “Janda itu bekas orang pa. Alvin tidak mau menikah sama wanita bekas orang pa. Alvin kan perjaka. Masa Alvin menikah dengan janda. Tidak level pa,” jawab Alvin dengan nada sarkas. Papa Dava tidak bisa lagi menahan rasa kesal yang menyelimuti di dalam dirinya saat mendengar semua kalimat yang keluar dari bibir tanpa rokok milik sang putra kesayangannya itu. Semua yang diucapkan Alvin membuat papa Dava marah dan terpancing emosi saat ini. “Papa dan mama tidak mau tahu. Kamu harus menerima perjodohan itu. Kamu harus menikah dengan wanita pilihan papa dan mama. Papa dan mama tidak menerima penolakan,” sambung papa Dava dengan nada emosi. “Alvin tidak mau pa. Alvin tidak mau menikah dengan janda pilihan papa. Alvin minta agar papa tidak memaksa Alvin untuk menikah dengan wanita pilihan papa dan mama itu. Kalau papa tetap memaksa Alvin. Kenapa bukan papa saja yang menikah dengan janda itu? Kenapa papa harus memaksa Alvin?” seri Alvin tidak kalah emosi dari sang papa. Plak.. Satu tamparan keras dilayangkan oleh papa Dava setelah mendengar apa yang diucapkan oleh sang putra kesayangannya itu. Papa Dava benar-benar tidak pernah menyangka jika Alvin akan berbicara kasar kepada dirinya seperti itu. Alvin menatap ke arah sang papa dengan tatapan menghunus tajam setelah mendapatkan tamparan keras dari laki-laki paruh baya yang masih tampak muda di usia yang sudah memasuki angka lima puluh tahun itu. “Terima kasih untuk tamparannya pa. Alvin tetap menolak perjodohan itu,” ucap Alvin lalu melangkahkan kaki pergi keluar meninggalkan rumah setelah bertengkar dengan sang papanya itu. Huft.. Papa Dava mengha nafas berat untuk menenangkan diri dengan semua yang baru saja terjadi di antara dirinya dan sang putra kesayangannya itu. Pertengkaran hebat yang terjadi di antara papa dan anak itu sangat menguras emosi papa Dava. Ya. Papa Dava meminta waktu berbicara kepada sang putra kesayangannya itu di dalam ruang kerja hanya berdua tanpa melibatkan sang istri karena papa Dava tidka mau sang istri kesehatannya memburuk jika mendengar perdebatan dan pertengkaran di antara dua laki-laki yang beda generasi. *** Alvin memukul kemudi mobil dengan keras untuk meluapkan rasa kesal yang menyelimuti di dalam dirinya akibat pertengkaran dengan sang papanya beberapa saat yang lalu. Alvin tidak pernah membayangkan jika dirinya akan dijodohkan dengan seorang janda. Alvin tidak pernah merasa keberatan jika dirinya dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Tapi Alvin tidak dapat menerima perjodohan itu karena status calon istri pilihan kedua orang tuanya yang sudah pernah menikah dengan orang lain. “Aku harus ketemu dengan wanita itu. Aku harus bicar dengan wanita itu agar tidak mau menerima perjodohan itu. Aku tidak mau menikah dengan janda!” ucap Alvin kepada dirinya sendiri. Alvin menambah kecepatan mobilnya sembari berteriak dengan cukup keras di dalam mobil sport mewah kesayangannya itu. Alvin tampak sangat kacau malam hari ini. Pikiran Alvin sedang tidak dapat berpikir dengan jernih akibat pertengkaran dengan sang papanya malam hari ini. Jalanan ibu kota yang tampak lengang membuat Alvin dapat mengemudikan mobil dengan sesuka hati. Alvin yang sedang merasa bingung lantas memutuskan untuk berkunjung ke tempat sahabat baik sekaligus asisten pribadinya yang bernama Ellan. “Kenapa kamu kusut sekali? Apa kamu sedang ada masalah?” tanya Ellan kepada sahabat baiknya yang sedang duduk di sofa ruang tengah apartemen milik dirinya. “Berisik! Kamu bisa diam apa tidak. Aku sedang tidak ingin mendengar ceramah apapun dari kamu. Aku ingin menenangkan diri,” balas Alvin dengan nada kesal. “Kenapa kamu yang sewot. Siapa yang tamu di sini?” sambung Ellan. “Please.. Jangan berisik dong. Aku lagi pusing,” seru Alvin. Ellan menautkan kedua alis saat mendengar jawaban yang diberikan oleh Alvin. “Apa yang membuat kamu pusing? Tender? Wanita? Bukan uang kan yang pasti Alvin. Uang kamu kan sangat banyak. Jadi tidak mungkin kamu pusing karena uang.” “Aku dijodohkan oleh papa dan mama,” balas Alvin dengan nada tinggi. “Bagus dong. Aku setuju sama om dan tante yang akan menjodohkan kamu. Biar manusia kulkas ini tidak jomlo lagi,” sambung Ellan dengan tertawa pelan. “Bagus sih bagus. Tapi bukan janda juga kali yang akan dijodohkan oleh papa sabar mama ke aku. Memangnya tidak ada wanita lajang lainnya apa. Aku tidak jelek juga kan Ellan. Aku juga punya banyak harta dan bisa membeli semuanya. Kenapa juga papa dan mama harus mencari wanita dengan status janda yang akan dijodohkan dengan aku?” seru Alvin. “Kenapa memangnya kalau janda? Bukannya janda lebih menggoda?” tanya Ellan dengan sengaja meledek sahabat baiknya itu. “Sialan! Kenapa kamu sama saja seperti papa sih? Kalau begitu kamu saja yang menikah dengan janda itu. Bagaimana Ellan?” balas Alvin dengan nada kesal. “Aku masih belum ingin menikah. Aku masih ingin sendiri menikmati hidup ini. Aku tidak akan pernah menyiakan waktu muda dan sendiri karena semua hal itu tidak akan pernah kembali lagi nanti,” sambung Ellan dengan nada dan sikap tenangnya. "Kampret. Jangan banyak alibi kamu. Bilang saja kalau kamu tidak mau menikah denhan janda juga kan Ellan?" seru Alvin denhan emosi yang semakin tinggi. "Jansa kalau cantik, seksi dan kaya sih tidak masalah buat aku. Kenapa kamu tidak mencoba untuk kenal dengan jansa itu dulu? Siapa tahu wanita janda pilihan papa dan mama kamu bukan janda biasa.Taoi jansa berkelas. Walaupun sudah memiliki anak satu. Tapi tidak masalah," balas Ellan. "Janda kelas apapun itu tetap aku tidak mau. Apalagi janda sudah memiliki anak satu. Tidak. Sekali tidak tetap tidak. Janda itu buag kamu saja Ellan. Aku ikhlas," sambung Alvin. "Dasar manusia tidak ada akhlak.."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD