Bab 42

1000 Words
Setelah pengucap salam, Sarah mematikan sambungan telepon mereka. "Kok gitu sih," Adam mengeram marah, ia memanting ponselnya ke dinding hingga pecah. "Tenang Dam, bukannya kamu yang mau bercerai dengan Dellia. Ikhlaskan Dellia, kalian bisa menemukan kebahagian masing-masing." Jika dipikir lagi Sarah tidak boleh egois. Tidak seharusnya ia membela Adam atau terus mendukung Adam karena dia adalah anaknya. Ia tidak tau apa alasan Dellia yang begitu mau bercerai dengan Adam, bisa saja alasan Dellia menceraikan Adam karena sebuah kesalahan yang besar. "Nggak, nggak mau!" Adam melempar semua barang yang ada di atas nakas. Sarah langsung mendekat dan memeluk Adam, ia mencoba menghentikan pemberontakan Adam. Adam yang emang sedang sakit membuatnya semakin lemah. "Bawa Dellia ke sini. Adam mau sama Dellia." Suara isak tangis, membuat Sarah ikut menangis. Sudah sangat jelas jika Adam sudah mencintai Dellia. "Mama akan bantu," balas Dellia pada akhirnya. Ia akan mencoba membujuk Dellia, tapi ia tidak akan memaksa keputusan Dellia setelahnya. "Tenang, semua akan baik-baik aja." Adam mengangguk dan berharap bahwa apa yang diucapkan Sarah adalah kebenaran. Ia memejamkan matanya erat. Setidaknya setelah mendengar suara Dellia tadi membuat rasa rindu Adam sedikit berkurang. *** Kondisi Adam semakin memburuk, tubuh pria itu semakin lemah. Dokter bilang Adam sakit karena lambungnya yang kambuh dan stress yang membuat kekebalan tubuh Adam melemah. "Ini gimana Mas, aku takut," Sarah duduk gelisah di samping berangkar tempat Adam tidur. Rasa gelisah Sarah semakin bertambah saat anaknya terus mengigau menyebut nama istrinya sendiri Sarah sangat bingung harus melakukan apa untuk membuat keadaan Adam membaik. Sepertinya sekarang Sarah harus segera memberi kabar pada Dellia. Nanti siang dia akan pulang ke rumah untuk membujuk Delia agar mau datang ke rumah sakit. "Kita sabar saja pasti keadaan Adam akan semakin membaik," balas Alva sambil mengusap pelan. "Nanti siang Mama bakalan pulang buat jemput Dellia Pa. Kasian anak kita Pa, dia kesakitan karena kangen sama Dellia. Ini semua salah aku, seharusnya Mama bisa menjadi Ibu yang baik sehingga Adam bisa mengenal cinta. Tidak penuh dengan kebencian seperti ini." "Semua sudah terjadi tidak ada yang bisa kita lakukan, selain belajar dari masa lalu. Mau Mama menangis selama apa pun tidak akan bisa menghilangkan ingatan Adam bahwa kita sudah meninggalkan Adam." Sarah mengangguk dengan mencoba kembali mengelap air matanya. Sarah sudah sangat pasrah dengan perilaku Adam yang akan membencinya hingga ia mati. Ini sudah menjadi resiko Sarah atas perbuatan jahatnya di masa lalu. "Sepertinya Mama tidak bisa menunggu nanti siang, Mama akan pulang sekarang," Sarah sudah beranjak dari duduknya. "Papa jaga Adam di sini, biar Mama yang pulang dengan supir." Alva hanya mengangguk. Disisi lain Adam mendengar semua pembicaraan itu. Tanpa sadar ia menangis, menangis karena perbuatannya yang selama ini jauh dari kata baik. Adam menyesal, sungguh menyesal. Mau ia mengelak seperti apa pun tetap saja rasa kangen ini sungguh sangat susah ia pendam bahkan ia elakkan. Tubuhnya sekarang sangat melemah, tadi badan Adam juga sempat kejang. Dengan tubuh seperti ini sangat sulit rasanya jika Adam berlari mencari Dellia. Ia akan menunggu hingga besok, jika Dellia tidak kunjung datang Adam akan memaksa tubuh untuk pulang menemui Dellia. Adam sendiri tidak yakin jika Dellia akan menerimanya kembali. Rasa ragu ini membuat Adam tidak tenang. Rasanya Adam ingin memutar waktu dan bisa lebih bersikap baik kepada Dellia. *** Dellia duduk di depan TV sambil memainkan ponselnya. Sekarang ia sedang melihat kabar di google apa ada berita dari Adam, Adam bukan artis tapi bisa sajakan ada berita. Kan Adam anak dari pengusaha sukses. Saat dilihat Dellia menemukan artikel itu ternyata Adam masuk ke rumah sakit karena sakit demam dan lambung. Dellia mendengus, tidak tau kenapa Dellia sangat penasaran dengan kondisi Adam. Seharusnya sekarang Dellia tidak perduli dengan kondisi Adam. Dellia benci dengan kenyataan bahwa dia masih sangat peduli dengan Adam padahal sudah jelas-jelas Adam sudah menyakitinya segitu dalam. "Nggak, yang khawatir itu Baby karena khawatir sama Ayahnya bukan karena aku yang perduli dengan Adam," Dellia berbicara sambil mengusap perutnya. Delia kembali melanjutkan menonton TV tanpa memainkan ponselnya lagi, tapi tidak lama setelah itu, mertuanya pulang dengan keadaan yang sangat tergesa-gesa dan wajah panik. Ada apa ini? Melihat Sarah yang panik, tanpa sadar membuat Dellia ikut panik. "Mama kenapa kok panik gitu?" tanya Dellia saat Sarah sudah berada di sampingnya. "Adam kejang De," Dellia membeku. Ia terkejut mendegar berita itu. "Terus gimana Ma?" "Kejangnya sudah berhenti, kondisi Adam tetap memperhatinkan." "Dellia doakan semoga Mas Adam cepat sembuh." Pikiran buruk Delia terus memutar di kepalanya Biarkan saja dia berpisah dengan Adam tapi tidak dengan anaknya ia tidak mau anaknya menjadi yatim. Dellia sudah memutuskan walaupun ia bercerai dengan Adam, tapi Dellia akan berusaha membuat anaknya bisa merasakan kasih sayang dari Ayahnya sendiri. "Makasih De, kamu emang baik masih mau mendoakan putra Mama yang sering nyakitin kamu," Sarah menatap Dellia lembut, ia senang dengan pilihan suaminya yang bisa mendapatkan menantu sebaik Dellia. "Mama mau minta tolong sama kamu De," lanjut Sarah. "Mama mohon banget sama kamu mau ya ke rumah sakit jengukin Adam. Adam terus nyebut-nyebut nama kamu terus De." "Maaf Ma, Dellia nggak bisa. Dellia doain aja dia di sini," jawab Dellia. Sangat aneh rasanya saat mendengar bahwa Adam menyebut-nyebut namanya. "Adam sakit salah satunya karena stress, Mama yakin Adam begini kangen sama kamu. Temuin Adam ya De, Mama yakin kondisi Adam akan membaik saat kamu datang menjenguk Adam," jelas Sarah. "Maaf Ma, tolong jangan paksa Dellia. Dellia nggak bisa," balas Dellia sambil menunduk, ia sedikit tidak enak menolak keinginan Sarah. Mertuanya menangis. Hal itu membuat rasa kasian Dellia mencuak begitu saja. Ia tidak sanggup melihat Sarahyang nangis seperti ini. Dellia ikut menangis. Ia tidak tega, mau bagaimana pun Sarah sudah sangat baik kepadanya. "Kamu tau tujuan Mama dan Papa menjodohkan kalian?" Dellia mengangguk sambil menghapus air mata dipipinya. "Ini salah Mama De, Mama menjodohkan kamu dengan Adam dengan alasan perusahaan agar Adam mau menikah. Jika tidak seperti itu Mama tidak yakin jika Adam akan menikah. Anak itu hanya suka bermain-main dengan wanita. Mama dan Papa berhadap dengan hubungan kamu dan Adam bisa merubah Adam menjadi lebih baik dan agar bisa merasakan cinta," jelas Sarah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD