Bab 13

1011 Words
Adam berdiri di depan pintu dengan tangannya yang menyodorkan bunga mawar beserta boneka imut itu. "Buat aku?" tanya Dellia dengan pipi yang memerah. Entahlah ketika Adam yang memberikan hadiah seperti ini membuat Dellia sangat malu dan gugup. "Iya buat kamu," balas Adam. Dengan agak sedikit malu Dellia mengambil pemberian itu. Ia emang sudah dari dulu menerima pemberian orang lain, karena ketika kita menolak tentu saja orang yang memberi akan merasa sedih dan malu. Dan Dellia tidak ingin seperti itu, ia akan berusaha untuk menjaga perasaan orang lain. "Mau nyari Ayah?" tanya Dellia lagi, dan sekarang Dellia sudah minggir mempersilahkan Adam masuk. Adam tidak masuk ke dalam rumah ia hanya tetap diam tidak melakukan pergerakan sambil terus menatap Dellia. "Nggak, aku nyari kamu," jawab Adam lagi. "mau kemana?" tanya Adam. Dapat Dellia lihat Adam yang memperhatiikan penampilannya dari bawah hingga ke atas. Emang sekarang Dellia sudah rapi dengan gamis pinknya yang dipadukan dengan kerudung berwarna putih. "Mau ke kampus." Gagal sudah rencana Adam, ia padahal sudah menyewa sebuah restoran mewah khusus untuknya dan Dellia hari ini. Tentu saja hal romantis ini adalah saran dari Hito, entah dari mana pria itu tau hal-hal romantis seperti ini padahal Adam tidak pernah melihat pria itu dekat dengan wanita. "Mau aku antar?" tawar Adam memecah keheningan. "Nggak papa, aku bakalan pergi naik motor nanti." "Kita searah jadi kamu tenang aja. Aku nggak ada maksud lain." "Nanti ngerepotin." "Nggak De, nggak ngerepotin." Adam langsung bersorak bahagia saat Dellia mengangguk. Tidak sia-sia ia berbohong, Adam tidak searah dengan Dellia. Tapi ya jika Adam ke kampus itu juga tidak ada masalah, karena Papanya menjadi orang penting di kampus itu. "Tunggu ya, aku mau ambil tas dulu," Adam mengangguk sambil tersenyum. Setelah Dellia berada di kamar ia langsung melompatkan dirinya ke atas tampat tidur sambil berguling-guling. Ya ampun Dellia sangat malu, untung saja Adam tidak mendengar detak jantungnya. Jika tidak, entah mau dibawa kemana wajahnya ini. *** Setelah perjalanan selama lima belas menit, akhirnya mobil Adam berhenti tepat di depan kampusnya. "Makasih," ucap Dellia. "Sama-sama," balas Adam tersenyum dengan lebar. Dellia langsung keluar dari mobil. Adam yang melihat Dellia keluar langsung membuat wajahnya menjadi datar kembali. s**l, jika saja Hito tidak mengatakan jika wanita suka dengan senyuman pria, ia tidak akan mau tersenyum seperti orang bodoh seperti tadi. "b*****t, pegel ni pipi," Adam mengusap kedua pipinya dengan kasar, dan kembali melajutkan mobilnya untuk kembali menuju kantor. Emang selain kantor, Adam jarang mengunjungi tempat lain. Dilain sisi Dellia melirik bingung dengan Adam yang berputar balik? Bukannya tadi bilang searah, entahlah Dellia tidak mau ambil pusing. Langkah Dellia yang mau masuk ke dalam kampus langsung terhenti. Saat melihat Intan dan Billa yang menatap tajam ke arah mereka berdua, tapi sepertinya bukan tatapan tajam tapi tatapan penasaran. Mampus Dellia pasti akan diberi banyak pertanyaan ini. Intan dan Billa berlari ke arah Dellia, dan sekarang Dellia hendak ikut berlari ke arah lain. Tapi kakinya terlalu malas berlari. Dan tepat setelah itu, Intan dan Billa langsung mengandeng tangannya. Dengan Intan disebelah kanan dan Billa yang berada di sebelah kiri. Mereka membawa Dellia untuk duduk dibangku taman yang syukurnya tidak terlalu panas hari ini. "De aku nggak pernah liat kamu sebelumnya naik itu mobil, itu mobil siapa?" tanya Billa. "Iya, itu siapa De?" tanya Intan lagi. "Itu mobil orang yang bakalan dijodohin sama aku," Intan dan Billa tampak terkejut. "Jadi lo nerima perjodohan itu? Gue harap lo bakalan bahagia De dengan perjodohan ini," Sarkas Billa yang tersenyum bahagia, begitu pun dengan Intan yang ikut mengangguk dan tersenyum. Mereka tidak menyangka jika Dellia akan menikah muda. "Belum, gue nggak yakin." "Apa yang bikin lo nggak yakin?" tanya Intan. Dellia pun menceritakan kejadian yang tidak mengenakan antara Adam dan Dellia saat di taman, ia juga menjelaskan alasan Adam kenapa berlaku seperti itu. "Gue juga bingung De, tapi perlakuan Adam itu agak sombong sih. Entahlah, aku takut salah bicara dan ngebuat kamu jadi semakin bingung. Aku sama Billa juga cuman bisa berdoa yang terbaik buat kamu De," jelas Intan. Intan juga bingung karena sebelum ini, Intan belum pernah berhubunga dekat dengan pria selain keluarganya. "Iya De, kamu udah minta pertunjuk sama Allah kan?" tanya Billa. Dellia mengangguk menyetui pertanyaan Billa. "Ya udah ayo kita ke kelas bentar lagi Dosennya masuk," Intan mengajak kedua temannya agar segera masuk ke kelas. Mereka bertiga pun jalan sambil berpegangan tangan. *** Dellia mematut dirinya di cermin setelah selesai mandi sore. Sekarang Dellia ingin bersantai-santai berhubung sore ini tidak ada jam kuliah. Dellia turun ke bawah menuju tv, dan tepat di sana ia menemukan Rio yang asik memainkan handphonenya padahal tv masih menyala. Dellia sengaja berjalan dengan langkah sekecil mungkin agar tidak mengeluarkan suara karena ia penasaran apa yang sedang di lihat oleh Rio hingga pria itu bisa seserius itu. Tepat sekali saat melihat isi ponsel itu, Dellia membulatkan matanya terkejut. "Kamu pacaran?" Rio yang mendengar suara Kakaknya dari belakang sangat terkejut, hingga ia terjatuh dari tempat sofa. "Dari kapan Kakak ada disitu?" "Rio, Kakak bakalan aduin kamu sama Ibu. Ini bahaya kamu itu cowok kamu seharusnya bisa menghargai wanita dengan tidak menjerumuskan mereka ke hal yang berdosa," omel Dellia. Ia melangkah ke kamar Ibunya atau ke mana pun. Dellia harus mengadu, ia tidak mau Adiknya melakukan dosa. "Kak berhenti," Rio menarik lengan Dellia dan mendudukan Kakaknya di atas sofa. "Iya ni aku langsung mutusin dia," dengan sangat terpaksa Rio memutuskan pacarnya dan langsung memblock nomor wanita itu. "Bagus, tapi setelah ini jangan harap Kakak bakalan nutupin kesalahanmu sama Ibu. Atau jika perlu Kakak juga bakalan ngadu jika kamu ngelakuin hal zina seperti ini sama Ayah," dengan sangat terpaksa Rio mengangguk dengan wajah dongkol. Setelahnya Dellia asik menonton berita di tv, berbeda dengan Rio yang duduk di depan tv sambil melamun. Matanya emang melihat ke arah tv, tapi Dellia tau jika pikiran Rio melayang-layang ke arah lain. Pasti Rio galau karena baru memutuskan pacarnya. "Oi kok ngelamun," Dellia menupuk dengan agak keras ke bahu tegap Rio. Dan pria itu hanya berdehem pelan. "jangan sedih, sekarang Adik ku ini hanya perlu belajar dengan rajin, setelah itu kamu kerja dan lamar deh cewek yang kamu suka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD