Bab 12

1018 Words
Adam sadar orang lain juga tau betul sifat tidak sopannya, tapi mereka hanya tidak berani berucap terang-terangan. "Iya, maaf banget. Aku bakalan nggak gitu lagi, lain kali aku bakalan minta maaf duluan," Adam berharap cemas, karena ia tidak pernah membujuk wanita sebelum ini. "Aku juga minta maaf ya, kalau aja kemarin aku lebih hati-hati pasti jas kamu nggak bakalan kotor," ujar Dellia dengan tulus, ia juga menyodorkan jas yang lembab. "Makasih ya udah cuciin." "Iya sama-sama." "Jadi kamu mau nerima aku kan?" tanya Adam lagi. "Kamu kok mau banget nikah sama aku? Alasannya kenapa?" tanya Dellia. Ia heran padahal mereja baru bertemu tapi Adam bertingkah seperti orang yang sudah lama menyukainya. "Karena aku mau berbakti kepada kedua orang tau. Aku yakin pilihan mereka nggak pernah salah dan saat mereka terlihat bahagia saat mengusulkan perjodohan ini membuat aku nggak tega harus membuat mereka kecewa," lagi dan lagi Adam hanya bisa berbohong sambil tersenyum semanis mungkin. Dellia tertegun, ia seperti ditampar oleh kenyataan. Ia salah, tidak saharusnya dia menilai orang dengan buruk padahal belum mengenal dekat. Rupanya Adam adalah pria yang sangat menyanyangi kedua orang tuanya. Bahkan Dellia lebih memikirkan dirinya sendiri dari pada kedua orang taunya. "Wah kamu sayang banget ya sama kedua orang kamu," puji Dellia berucap sambil terseyum kagum. "aku aja lebih mikirin diri aku sendiri tentang penikahan ini," lanjut Dellia. "Tapi nggak salah juga loh kamu mikirnya begitu, kan yang menjalani penikahan ini kamu bukan kedua orang tua kamu," entah ada cahaya apa yang merasuki Adam hingga ia bisa berucap sebijak ini. Dellia mengangguk kecil. "Aku akan mikirin ini dulu, aku masih bingung. Aku harap kamu mengerti." Adam mencoba menahan rasa kesalnya setelah pembicaraan mereka barusan, gadis itu masih ragu? Sumpah ingin rasanya Adam membanting meja di depannya ini. Lalu Dellia pamit dengan sopan dan langsung berjalan ke arah Ayahnya yang emang sejak tadi memperhatikan mereka. Jarah antar tempat Dellia dan Adam emang tidak bisa membuat Wisnu mendengar pembicataan mereka. Tapi masih bisa melihat interaksi antara Adam dan Dellia. *** Malam ini club sangat ramai berkunjung. Dan tentu saja hal itu malah membuat Adam lebih merasa senang apalagi saat melihat begitu banyak wanita yang berpakaian kurang bahan dengan badan mereka yang menari dengan cara lihai hingga membuat pria menatap lapar ke arah mereka. "Berhenti!" Adam berucap dengan nada datar, tepat sekali sekarang tubuhnya sedang disentuh sentuh oleh tangan lentik itu. Adam benar-benar tidak mood sekarang, apalagi setelah masalah perjodohan itu. Ia mabuk sambil memikirkan pemasalahannya dengan Dellia. Ia bingung bagaimana caranya agar Dellia berhenti ragu dengannya. "Apa ada yang kurang?" tanya wanita itu tampa malu dan tanpa tau malu wajah itu hendak mendekat ke arah wajahnya, dan Adam langsung mengalihkannya wajahnya ke arah lain. Hingga bibir merah merona itu gagal mendarat di atas bibir Adam. "Ni," Adam memberikan sejumlah uang yany berada di sakunya, dan Adam kira wanita itu akan pergi setelah Adam beri uang, ternyata perempuan itu kembali melakukan aksinya yang sekarang mengusap usap sekitaran pahanya. "Pergi!" bentak Adam. Wanita yang bernama Lita  itu terkejut dan dengan reflek mundur satu langkah ke belakang.langsung melangkah pergi. Lita tau Adam bukanlah pria sembarangan, dan dari gosip yang beredar jika ia berhasil mendapatkan pelepasan dengannya Adam akan membayar sangat mahal. "Pergi Lita," ujar Hito yang tiba-tiba datang membuat Lita mengangguk pelan. Sebelumnya ia emang sudah berniat pergi karena ia sadar Adam bukan pria sembarangan, Adam tidak akan segan-segan    menghabisi orang yang menganggunya. Lita masih berani mengoda Adam ya karena temannya bilang jika berhasil melakukan pelepasan dengan Adam, ia akan dibayar mahal. Lita pergi dari hadapan Adam dan Hito dengan wajah yang dongkol. Padahal Lita tidak pernah ditolak seperti ini.  "Apa lagi masalah lo kali ini?" tanya Hito yang mengambil botol wiski dari seorang pelayan dan menaruh minuman itu di gelas miliknya. Adam hanya menatap Hito malas. Adam ikut meminum wiski itu. Lalu menelannya hingga kandas tidak tersisa. "Hm, gadis itu ragu sama gue," balas Adam. Hito mengangguk ia paham apa maksud dari ucapan Adam barusan. Setelah perdebatan mereka yang menegangkan di cafe waktu itu,  Adam dan Hito bersifat seolah-olah mereka tidak mempunyai masalah sedikit pun. "Emang apa salah lo sih Dam, wajah lo tampan dan tentu duit lo juga banyak. Mana ada orang yang mau nolak lo," sarkas Hito, ia penasaran siapa wanita yang bisa menolak pria sesempurna Adam. Adam pun menceritakan hal yang membuat Dellia ragu dengannya. "Wow, emang wanita itu sebaik apa? Apa dia ustadzah?" Hito jadi membayangkan apa Adam akan bertobat setelah menikah dengan wanita itu. Hito mengeleng saat pemikiran tidak masuk akal hinggap dipikirannya, iya tidak masuk akal jika orang itu adalah Adam. "Nggak tau gue, dia pakai jelbab panjang," sahut Adam dengan kaki yang menendang kursi di sampingnya dengan kasar, "b*****t, gimana cara gue bisa dapatin tu cewek." "Gue tau." Adam memandang Hito dengan tingkat penasaran yang tinggi. "Gimana?" tanya Adam. "Lo harus ngelakuin hal romantis." "Lo kan tau gue bukan tipe cowok gitu dan lagipula gue nggak tau caranya To," balas Adam prustasi sambil meneguk wiskinya dengan kasar. "Tenang bakalan gue kasih tau," sahut Hito lagi, dan Adam menatap Hito dengan tatapan lega. Ia akan berusaha dengan sekuat tenaganya agar semua yang ia rencanakan berjalan dengan lancar. *** Suara mobil dari luar membuat Dellia penasaran dan langsung menyikap gorden jendela ruang tamunya, dan terlihat mobil fortuner hitam berada di depan rumah. Mobil siapa itu? Tidak biasanya ada tamu sepagi ini. Dan setelah melihat siapa yang keluar dari dalam mobil, membuat Dellia terpana beberapa saat. Di sana ada orang yang dijodohikan dengannya, pria itu menggunakan kaos hitam dipadukan dengan celana denim. Sungguh dengan penampilan seperti itu Adam terlihat lebih tampan, karena sebelumnya Dellia selalu melihat Adam dengan pakaian formalnya. Tiba-tiba Dellia merasa gugup, apa tujuan dia datang ke sini? Apalagi Adam juga membawa seikat bunga dengan boneka boba yang besar. Dari mana dia tau jika Dellia suka boba? Pikirannya langsung terhenti saat suara bel berbunyi. Sebelumnya Dellia menghela nafasnya terlebih dahulu untuk meredakan kegugupannya. "De buka pintu, kok berdiri aja," teriak Ibunya yang hendak membuka pintu, tapi ia tidak jadi saat melihat Dellia yang berdiri di depan pintu. Dellia hanya mengangguk dan langsung membuka pintu. Ibunya pun juga berjalan kembali memasuki kamarnya kembali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD