Daniel sebenarnya sangat lemah ketika dihadapkan dengan sorot mata tak berdaya yang Vania tunjukkan kepadanya. Di sisi lain, ia pun rentan goyah jika terngiang bagaimana cara ibunya menatap. Dua wanita yang sungguh tak bisa dipilih oleh Daniel, ingin dimilikinya sekaligus dan berharap keduanya bisa hidup akur. Daniel menghela nafas kasar, menatap ke dalam manik mata Vania yang sendu. “Va, apa terlalu berlebihan jika aku berharap kalian bisa akur? Kamu dan ibuku sama berartinya bagiku. Aku tidak bisa berat sebelah pada salah satu pihak. Kamu harusnya ngerti rumitnya posisiku.” Vania tersenyum miring, ingin rasanya ia melontarkan kata-kata kasar begitu mendengar penjelasan Daniel yang sangat tidak memuaskan baginya. “Tidak berat sebelah pihak? Ngertiin posisi kamu? Gimana sebaliknya dengan