Bab 6. Meluruskan kesalahpahaman

1101 Words
Happy Reading "What!" Kenan terkejut setengah mati mendengar apa yang diucapkan oleh Ferry. "Gila lu, jangan bikin berita bohong seperti ini, dong!" Kenan berkacak pinggang, dadanya bergemuruh karena mendengar kabar menjijikkan tersebut. Siapa juga yang tidur dengan wanita lain, maksudnya Stevi. Dalam hidup Kenan, dia baru tidur dengan Maudy saja. Catat, hanya dengan Maudy. Bahkan dengan Raya saja paling jauh cuma ciuman. Belum pernah buka-bukaan apalagi pegang-pegang. Lah, ini tiba-tiba saja ada kabar berita duka atau bisa disebut berita menjijikkan yang melibatkan Kenan. Sedangan yang dilibatkan tidak tahu apa-apa. "Ya, kita cuma dengar dari para pramugari. Katanya, Stevi sendiri yang cerita ke mereka kalau dia tidur sama lu di hotel waktu itu," jawab Ferry membela diri. Sebenarnya Ferry tidak diberitahu langsung oleh Stevi, tetapi salah satu pramugari menceritakan hal tersebut padanya. Maka dari itu, Ilham dan Ferry jadi kepo dan ingin dengar langsung dari Kenan, apa benar berita itu. "Sialan! Siapa yang tidur sama cewek itu?" Kenan kali ini benar-benar emosi. Rahangnya terlihat mengeras. Apa karena berita ini yang membuat Maudy menjauhinya. Kalau sampai 'Iya' Kenan benar-benar akan membuat Stevi meminta maaf padanya karena berhasil membuat namanya buruk di depan wanita yang dicintainya. "Ya, kita nggak tau. Stevi ceritanya gitu tuh sama teman-teman, katanya dia udah ngerasain keperkasaan lu. Iya, kan Ham?" Si Ilham manggut-manggut. Astaga! Kenan rasanya ingin gampar wajah sok cantik pramugari senior yang bahkan sampai sekarang nggak laku-laku itu. Sabar, Kenan masih berusaha menetralkan gemuruh emosi di dadanya. "Tapi, katanya emang ada yang liat Stevi datengin kamar, lu, Ken." Kali ini Kenan berdecak, dia jadi ingat malam di hotel waktu di Dubai itu, Stevi memang mendatanginya di kamar, tetapi tidak terjadi apa yang diberitakan. "Emang bener pas di Dubai dia sempat datangin kamar gue dan minta ditemenin pergi, tapi gue tolak mentah-mentah dan langsung gue usir. Setelah itu, gue nggak keluar sampai pagi. Terus ... tidur bareng dari mana coba kalau kita aja bersentuhan tangan enggak! Kok bisa-bisanya bikin berita heboh seperti itu?! minta dibikin perkedel tuh cewek gatel!" Kenan kali ini benar-benar emosi jiwa. Napasnya memburu karena marah. Kok, ya ada gitu yang berani menyebarkan berita fitnah mengenai dirinya dan hal itu bisa menjadi skandal jika diketahui oleh atasan. Hukumannya berat, bahkan kalau sudah sangat parah bisa langsung dipecat dari maskapai. "Eh, mau kemana lu!" Ilham menarik tangan Kenan yang sudah beranjak pergi. "Gue mau pergi samperin Stevi, gila aja dia sebarin berita fitnah, padahal jelas-jelas kita nggak pernah ngelakuin! Kalian tahu sendiri 'kan gimana gue? Kalian juga tahu gimana sepak terjang gue selama ini? Nggak mungkin kan gue tiba-tiba mau tidur sama sembarang cewek, apalagi ceweknya kayak Stevi! Cek, emosi banget, sumpah!" Ferry dan Ilham mencoba menahan Kenan, mereka tidak akan membiarkan Kenan membuat keributan. Nanti nama baiknya juga akan tercoreng. "Sabar dulu, bro! Yang penting lu nggak pernah ngelakuin hal itu, biar aja si Stevi umbar kabar bohongnya. Siapa tahu nanti dia dapat karma. Jangan dibalas dengan lu datengin dia lalu nampar pipi, misalnya?" "Nggak bakalan, gue cuma mau seret dia di depan teman-temannya. Buat dia ngaku kalau apa yang dia umbar itu sebuah kebohongan!" *** Maudy terkejut melihat Kenan menyeret Stevi dan mendorong wanita itu ke depannya, lebih tepatnya ke depan semua kru pesawat. Saat ini mereka tengah melakukan persiapan penerbangan yang akan dilakukan beberapa jam ke depan. Tetapi tiba-tiba Kenan melakukan kegaduhan dengan membawa paksa Stevi dengan kasar. "Auww, sakit!" Stevi mengusap lengannya yang tadi ditarik Kenan dan dilepaskan begitu saja. Pasti rasanya sakit, Kenan keliatan pakai tenaganya yang besar itu. Para pramugari lainnya terkejut dengan apa yang ada dihadapan mereka. Apalagi melihat wajah Kenan yang sudah merah padam dengan wajah garang. "Ada apa ini? Kenapa Kapten Kenan marah sama Stevi?" tanya salah satu pramugara. "Tanya aja sama dia, kenapa saya bisa marah? Saya nggak akan tersulut kalau dia nggak bermain api!" Kenan menunjuk ke arah Stevi yang masih mengusap lengannya, wajah wanita itu juga terlihat ketakutan. "Sekarang bilang sama semuanya, apa yang kamu katakan itu tidak ada alias bulshit. Kamu cuma mengarang cerita, menghayal, halu, dan bohong. Kamu membuat cerita fitnah tentang saya yang katanya sudah tidur sama kamu di Dubai. Kamu telah mencoreng nama baik saya dengan fitnah menjijikan itu!" seru Kenan menggelegar di depan beberapa kru pesawat Angkasa Airline. Semua kru yang ada di tempat itu terkejut mendengar hal yang diucapkan Kenan, begitu pun Stevi yang juga tidak kalah terkejut, kenapa Kenan bisa tahu tentang berita bohong yang dia sebarkan. Stevi merasa takut dengan sikap Kenan yang sepertinya benar-benar marah besar padanya. Begitu juga dengan Maudy yang sampai membelalakkan matanya, kenapa Kenan berkata seperti itu? Apakah dia berusaha membersihkan namanya dengan cara seperti ini? Merundung wanita yang telah menjadi teman tidurnya dan diharuskan mengatakan sebuah kebohongan dengan mengakui jika mereka tidak pernah tidur. Ataukah memang sebaliknya, justru Stevi lah yang berbohong dan Kenan tidak pernah tidur dengan wanita itu. Ah, entahlah. Itu bukan urusan Maudy. Mungkin bisa saja Kenan marah dengan Stevi karena Wanita itu mengumbar urusan ranjang mereka, sedangkan dengan dirinya Kenan malah mengejar karena mungkin dia tidak ingin membahas malam panas itu lagi. "Cepat katakan yang sejujurnya atau aku akan menuntutmu karena menyebarkan berita fitnah dan dengan sengaja merusak nama baik seseorang! Kamu pasti tahu 'kan hukum pidana di negara kita?" Stevi menggeleng, dia kebacut malu dan takut. Kalau sampai dia mengatakan yang sebenarnya, jika dia ketahuan berbohong, tentu dia tidak akan memiliki muka lagi di hadapan teman-temannya dan semua kru pesawat Angkasa Airline. Tetapi jika dia harus berbohong, tentunya Kenan tidak akan main-main dengan ucapannya, yang pasti memang dia sudah menyebarkan cerita fitnah dan itu bisa dipasalkan. Apakah Stevi lebih memilih di laporkan polisi atau dia menanggung malu seumur hidup. Stevi menelan salivanya dengan susah payah, sungguh dia tidak pernah menyangka jika gosip yang dia timbulkan sampai di telinga Kenan. Padahal, kan Stevi sudah wanti-wanti agar tidak pada bocor atau ember kepada Kenan. "Oke, kalau kamu lebih milih di penjara!" "Jangan! Aku akan bicara yang sebenarnya!" sela Stevi menahan malunya. Dia sudah koar-koar jika telah tidur dengan Kenan, tetapi ternyata hanya bulan saja. Bagaimana pandangan orang-orang terhadapnya nanti. Stevi menunduk, dia memainkan jemarinya yang sudah bergetar dan juga berkeringat dingin. "Se-sebelumnya aku mau minta maaf sama Kenan dan teman-teman semua. Aku tahu kalau aku salah besar karena beberapa hari ini sudah menyebar fitnah, yang me–mengatakan jika aku dan Kenan udah pernah tidur bersama. Padahal kami tidak pernah melakukan itu," ujar Stevi jujur. "Huhu, ternyata cuma bohong, to? kok berani banget sih!" "Mana udah bicara blak-blakan sama kita semua, eh ternyata cuma halu?" "Ck, ck, ck, dasar manusia si paling tidak tahu malu!" Maudy hanya menatap saja, dia malas jika harus terlibat drama seperti ini. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD