4 Ada Aku

1015 Words
4 Ada Aku Ya haloo, ada apa Arka, sore-sore nelepon? Kamu sudah sampai kan? Iya, kamu jangan banyak pikiran, kalo ada apa-apa telepon aku, akan aku temani kalo misal kamu ke dokter kandungan Gampanglah, aku biasa sendiri, aku biasa susah Ka Nggak boleh kalo sekarang Li, kamu hamil Iya nggak papa lah Ka, nggak usah terlalu khawatir, aku baik-baik saja, ini pilihan hidup, siapa yang mau kayak gini? Ok nanti aku telepon lagi ya Li, jaga kesehatan ya Iya makasih Ka Arka meletakkan ponselnya saat Mayoka baru saja ke luar dari kamar mandi hanya menggunakan bathrobe dan rambut yang di bungkus handuk. Lalu duduk di dekat Arka di kasur yang masih bertelanjang d**a dan berselimut sampai sepinggangnya. Mayoka menyandarkan tubuhnya ke d**a Arka. "Nelepon siapa?" Mayoka menarik handuknya dan rambut basahnya terasa di d**a Arka. "Sahabat, udah kayak sodara." "Oh, makanya tadi sekilas dengar kayak kamu perhatian banget." "Yah kapan-kapan kita ketemuan ya, dia kayak adik yang harus aku lindungi, siapapun yang ganggu dia maka aku yang akan jadi musuh utamanya." Mayoka menoleh menatap mata Arka, ia mengerutkan kening. "Kamu gak ada rasa lain kan?" Dan Arka kaget, ia menatap wajah Mayoka lebih dekat lalu mengecup bibirnya sekilas. "Nggak, dia kan kayak adik." "Tapi apa yang tadi kamu ucapkan bukan kayak kakak ke adik ..." "Nggaaak lah, kamu cemburu?" "Aku hanya khawatir kamu suka tapi kamu nggak sadar, mana ada persahabatan murni antara laki-laki dan wanita." "Buktinya kami ini bisa, sejak dulu kami bersahabat, dia sudah nikah dan aku ada kamu meski nggak jelas kita nantinya gimana." "Akan aku buat jelas, Sayang." "Kau terlihat ragu, kau tak serius dengan hubungan kita." "Ini juga baru berjalan dua bulan nggak mungkin kan aku ..." "Aku tahu kau masih bimbang, karena kau masih sangat mencintai suamimu, meski dia tak peduli padamu." "Ada anak diantara kami, itu yang aku pikirkan, dan untukmu sudah aku persiapkan kejutan, aku tahu sebenarnya kau mikir yang lain juga, semacam kompensasi dari hubungan kita." "Nggak lah, memang kamu mau ngasih kejutan beneran?" "He em, apartemen ini milikmu dan jika kau ingin yang lain kau tinggal bilang." "Wah Makasih." Dan Mayoka menarik selimut yang menutupi tubuh Arka, menunduk lalu terdengar erangan Arka saat Mayoka memanjakannya lagi, kepala Mayoka naik turun di pangkal pahanya, Arka semakin merasakan jika wanita itu semakin rakus melahap miliknya yang dengan cepat merespon segala bentuk rangsangan. . "Salon dan spa milik Bu Lila tetap jalan Pak? Yang kapan katanya ada laki-laki hanya namanya belum jelas, dia ikut mengurus dua bisnis kepunyaan ibu Lila itu." Kening Ganen berkerut setahunya, selama Lila menjadi istrinya tak pernah ada laki-laki lain di lingkaran hidup Lila. "Coba kau selidiki siapa laki-laki itu, ada fotonya?" "Belum ada Pak, akan segera saya kirim jika ada, lalu dua wanita itu yang kapan hari juga terdengar menerima telepon entah dari siapa tapi sepertinya menerima instruksi sangat panjang sambil bolak-balik bilang iya Bu iya Bu, bisa jadi itu ibu Lila." "Kalau bisa agak cepat gerak orangmu Julian aku tak sabar, aku bimbang karena ia sedang hamil." Wajah Ganen terlihat benar-benar khawatir. "Oh iya iya, omong-omong selamat Pak ya, Alhamdulillah akhirnya Bapak punya anak sendiri." "Maksudmu?" "Kan putra Bapak lewat bayi tabung, kalau yang ini kan hamil karena memang lewat jalan yang benar." "Ah kamu ini, aku pikir apa, sudah kerjakan segera tugas selanjutnya, aku mau pulang." Tiba-tiba pintu terbuka dan masuk Hercules, laki-laki bertubuh tinggi besar, bodyguard setia yang selalu bersamanya. Julian segera ke luar dan Hercules berdiri agak dekat dengan Ganen yang masih duduk, ia tatap wajah laki-laki yang terlihat ingin menyampaikan sesuatu. "Bos ada yang ingin saya sampaikan, ini mungkin agak mengejutkan, tapi saya punya bukti yang nyata." "Ada apa? Tak biasanya kau terlihat sangat tegang." "Tidak apa-apa hanya saya harus segera menyampaikan ini karena bukti semakin nyata." Hercules, menyodorkan beberapa foto yang sepertinya diambil dari kamera yang tak terlalu canggih, hasilnya agak buram tapi Ganen tahu jika itu Mayoka hanya wajah laki-laki yang bersama istrinya yang wajahnya tidak jelas siapa. Terlihat di sebuah lorong rumah makan mewah istrinya memeluk pinggang laki-laki itu, lalu di foto yang lain mereka saling berciuman, juga ada sebuah foto saat mereka berdua masuk ke sebuah apartemen. Ganen hanya menghela napas kini dia punya alasan untuk lepas dari Mayoka, akan ia simpan foto-foto itu sebagai alat yang bisa menguatkan posisinya. "Gimana Bos? Saya bereskan? Rasanya saya tak rela Bos diremehkan." "Jangan dulu, cari bukti lebih jelas lagi, karena wajah laki-laki ini kurang jelas." "Asal Bos tahu laki-laki ini yang saat ini bekerja sama dengan Bos loh, dia sering meeting sama Bos dan nyonya." Wajah Ganen kaget bukan main. "Maksudmu Pak Arka?" "Iya!" "Nggak mungkin, dia laki-laki baik dan sopan." "Buktinya dia malah makan istri Bos, nggak sekali loh mereka ketemuan, berkali-kali, jika Bos ke luar kota mereka pasti berdua, saya tahu apartemennya, kalau kapan-kapan kita mau menjebak mereka akan saya atur." "Aku masih belum percaya, aku ingin melihat sendiri, rasanya tak mungkin juga Mayoka ... ah tapi bisa jadi karena selama denganku, dia memang tak pernah terpuaskan, tapi bagaimana mungkin keduanya ... ah rasanya tak masuk akal." "Suatu saat jika Bos ada meeting dengan orang itu, lihat gerak-gerik keduanya, Bos akan tahu apa yang terjadi, seperti itu pasti akan terbaca." Ganen menggeleng-gelengkan kepalanya rasanya rumah tangganya tak bisa diselamatkan lagi, tapi paling tidak ia punya bukti jika istrinya telah tidur dengan laki-laki lain, meski dirinyapun melakukan hal yang sama tapi paling tidak dia sudah menikah. . Lila menatap ponselnya, dalam galeri, dia melihat beberapa foto yang diambil saat berdua, air matanya menetes, rasanya tak mungkin suaminya membohonginya. Apapun alasannya tak dibenarkan ia menjadi pengganggu dalam sebuah rumah tangga. Meski ada rindu yang teramat sangat tapi ia tahan sebisa mungkin, Lila yakin dengan berjalannya waktu ia akan bisa melupakan Ganen dan mengubur cintanya dalam-dalam. "Hai." Tepukan halus di bahunya membuat Lila menoleh dan melihat Arka yang ada di belakangnya sambil tersenyum. "Tadi aku tanya pada ibumu, kamu ada di halaman samping, aku bawakan kamu oleh-oleh, aku letakkan di meja makan, ada macam-macam lauk dan kue juga, kamu harus makan Lila, kamu harus sehat dan kuat demi anakmu." Lila hanya mengangguk, ia usap perutnya yang masih belum terlihat apa-apa. "Nggak usah sedih, nggak usah semua dipikir, kasihan calon bayi kamu." "Nggak mikir ya datang sendiri, gimana nggak sedih pas hamil kok ya perjalanan nasib kayak gini." "Ada aku Lila, akan aku temani kau sampai bayi itu lahir, paling tidak kau tahu jika aku akan selalu di sampingmu dalam keadaan apapun, bahkan jika kau mau, aku siap jika suatu saat menjadi pengganti suamimu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD