1 Pergi dan Tak kembali

1060 Words
1 Pergi dan Tak kembali "Sejak awal ibu sudah bilang padamu kan nduk? Jangan karena usiamu sudah waktunya nikah kamu jadi membabi buta dan mengiyakan saja saat ada yang mengajakmu menikah, ibu tak masalah kamu nikah telat asal saat nikah dia jelas, bibit, bebet dan bobotnya, saat nikah saja dia hanya bersama dua orang laki-laki dan dua orang wanita, itu ibu sudah tanda tanya besar, meski bawaan dia banyak tapi mana orang tua dia, sanak saudaranya mana? Yang datang ke sini itu lebih mirip sopir atau orang suruhan dia, ibu Ndak ngenyek tapi semuanya serba rahasia lak yo aneh dan kamu bilang akan ada acara ngunduh mantu karena ibunda Nak Ganen sakit tapi masak iya dia tak punya sanak saudara hingga bersama orang-orang tak jelas, dan ternyata acara ngunduh mantu itu tak pernah ada hingga dia ketahuan belangnya." "Ibu bisa kan jadi penenang, saat aku sedang galau? Aku dikhianati Bu, aku dibohongiiii." Hartini menatap wajah cantik anaknya, ia hanya tak mengira jika jalan hidup Lila tak secantik wajahnya. Pernah berpacaran lama dan saat akan mempersiapkan pernikahan justru laki-laki yang ia cintai menikah dengan sahabatnya. Kini saat ia sudah menikah malah ketahuan jika suaminya memiliki keluarga. "Ibu hanya mengulang kejadian beberapa bulan lalu yang semuanya serba mendadak, jaman sekarang ini jangan mudah percaya hanya karena wajah sabar dan pendiam, sekarang terbukti to? Kalau kamu ternyata ditipu, dia sudah punya anak dan istri ya maklum orang kaya, biasa nyabang, bahkan ibu yakin istrinya tidak hanya kamu, kini kita di sini, di kota yang asing bagi kita, hanya berdua, jauh dari sanak keluarga, ibu biasa susah Nduk, ibu bisa jual nasi pecel atau apa saja yang bisa untuk sarapan, sedang kamu yang punya usaha salon dan spa iku piye? Sopo sing ngurus? Kan tambah kepikiran kamu?" "Ada Hilda dan Sheren Ibu, dia yang urus semuanya, dua orang itu yang akan menjaga dua salon dan spa milikku, ibu nggak usah mikir kalo masalah uang, aku juga akan menjalankan bisnis online shopku dari sini, selama aku masih sehat aku yang akan mencari nafkah buat kita berdua, setelah bapak dan kakak meninggal dalam kecelakaan, aku yang akan ambil alih tanggung jawab untuk Ibu." "Kau harus sehat Lila, kau sedang hamil, usia kandunganmu baru tiga bulan itu rentan juga jika kamu stres dan lelah." "Nggak papa Ibu, asal Ibu jangan nambah pikiranku saja, nggak ada niatan aku jadi istri kedua, aku juga wanita yang ngga mau diduakan, siapa yang nyangka jika laki-laki sesabar Mas Ganen tega membohongi aku, aku sabar dia datang dua minggu sekali karena perusahaannya ada di kota lain, tak ada tanda-tanda dia laki-laki b******k ibu lihat keseharian dia kan? Sabar, jarang bicara, hanya senyum saja tak banyak omong." "Iyah ibu tahu, tapi itu semua tak menjamin kan Nduk? Kau baru mengenal dia dan langsung iya saja saat diajak nikah, lalu dia datang dua minggu sekali lak yo piye yo kita buta asal usul dia, siapa dia? Kamu kok trus tahu kalo suamimu sudah punya istri itu dari siapa?" Lila diam saja, di ruang makan sederhana itu ia mengusap air mata yang tiba-tiba mengalir, perlahan dan pasti ia mulai mencintai Ganen, laki-laki tampan dan pendiam yang memperlakukan dirinya dengan baik, dan memanjakannya tiap kali datang. Lalu bencana itu datang saat tiba-tiba saja sahabatnya, Arka, yang memang sering dapat job di luar daerah melihat Ganen bersama seorang wanita paruh baya saat ia mendapat proyek mengerjakan fasilitas listrik di sebuah pusat pertokoan yang mengalami renovasi. Mungkin Ganen lupa pada Arka tapi Arka tak akan lupa pada wajah laki-laki yang telah mencuri wanita yang diam-diam dia cintai, Arka hadir saat akad nikah di rumah Lila, meski hanya akad nikah tapi semuanya serba mewah. Setelah Lila menikah Arka memang tak pernah bertemu Lila lagi, ia menjaga hubungan persahabatan mereka karena Lila sudah menikah. Arka kembali bertemu dengan Ganen dan wanita itu lagi, dari gerak-gerik keduanya Arka melihat ada hubungan lain dan ternyata benar, berdasarkan informasi dari para karyawan Ganen, mereka adalah suami istri. Arka jelas kaget bagaimana mungkin laki-laki berwajah sabar dan murah senyum itu mampu menyakiti dua hati wanita. Akhirnya dengan hati-hati Arka berkabar pada Lila, Lila jelas kaget dan tak percaya tapi ia butuh kepastian dan kebenaran akan cerita Arka. Ternyata benar, di rumah makan mewah pada malam itu telah membuka semua tabir bahwa laki-laki yang menikahinya telah memiliki keluarga. Pupus sudah semua harapan dan mimpi indah tentang rumah tangga bagi Lila, ia memilih mengalah dan menjauh dari Ganen tanpa berkabar apapun. Lila hanya berpikir bagaimana caranya menjauh dari segala masalah dengan membawa segala kesedihan dan janin yang sedang ia kandung. "Oalah Nduuuk, kalo bukan Arka yang ngabarin kamu lak sampai didatangin istrinya, bisa diamuk kamuuu, lak tambah malu kita, untung masih ada Arka yang peduli." "Mulai hari ini aku nggak mau lagi membicarakan Mas Ganen, Ibu, meski aku sangat mencintainya tapi aku tidak ingin ia hadir lagi dalam hidupku, penipu dan cukup sekali aku tertipu." Ganen menahan marah, ia memejamkan mata dan menunduk agak lama, di depannya dua orang suruhannya terlihat ketakutan. Pak Suro sopir yang selama ini mengantar Lila kemana saja sejak jadi istrinya dan Pak Mugi penjaga di rumah mewah yang ditempati Lila dan ibunya. "Maafkan saya Pak, hari itu ibu tiba-tiba saja mengajak saya ke kota tempat tinggal Bapak, dia masuk ke rumah makan mewah dan ke luar sambil menangis, malam itu juga kami kembali dan baru sampai di sini pas subuh, saya juga melihat mobil bapak di rumah makan mewah itu dan saya yakin Bu Lila melihat Bapak bersama Ibu Mayoka sedang makan malam, lalu sesampainya di sini Ibu Lila minta tunggu sebentar lalu minta antar sama saya ke terminal, naik bus bersama ibu, hanya membawa dua travel bag besar, barang yang lain katanya akan diambil anak buahnya agar ditaruk di salon, tapi saya belum sempat tahu Bu Lila menuju kota mana karena saya segera disuru kembali." Ganen masih tak bicara, ia tak menyalahkan Pak Suro tapi yang ia sesalkan tak ada sepatah katapun dari Lila sebelum ia menghilang. "Tapi saya dan Suro berusaha menahan Ibu, Pak, Bu Lila hanya bilang, saya tidak mau jadi duri, beliau juga bilang mengembalikan rumah ini pada Bapak, dia akan mengurus perceraian dengan Bapak, kasihan Ibu Lila tapi Pak, kan Ibu sedang hamil saya tahunya karena kalau pagi Ibu selalu muntah-muntah dan saya sering disuru Ibu Lila kalau beliau ingin sesuatu." Dan Ganen semakin merasa jika dirinya benar-benar b******k saat Pak Mugi mengakhiri pembicaraannya, bagaimana mungkin ia bisa tak terbuka dan membiarkan bola liar menggelinding cepat hingga semuanya jadi semakin rumit dan tak terselesaikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD