Saat makan malam, Dewa lebih banyak diam. Menunduk menekuri makanan di dalam piringnya. "Sayurnya mau lagi, Mas?" tawar Kinan melihat sayur di piring Dewa yang hanya tinggal sedikit, sementara porsi nasi masih lumayan. Dewa mendongak dan buru-buru menggelengkan kepalanya. 'Sial. Kenapa dia harus senyum lagi!' Tentu saja umpatann kasar itu hanya berani Dewa suarakan di dalam hatinya saja. Merutuki sikap manis Kinan yang justru membuatnya tak berkutik. Kembali Dewa memilih menunduk dan mengunyah cepat makannya berharap segera selesai agar tidak merasakan kecanggungan juga kegelisahan dikala berhadapan dengan Kinanti. Arimbi sempat dibuat heran dengan tingkah laku Dewa malam ini. Menerka-nerka apa gerangan yang terjadi pada putranya. Tidak ada Dewa yang arogan juga bermulut pedas sepert