Beberapa minggu berlalu tepatnya tiga bulan setelah kembalinya Andaru dari kota lamanya di mana ia dibesarkan, pria itu kembali dengan rutinitas hariannya di Ibukota. Menjadi warga Ibukota lebih dari satu tahun lamanya membuat Andaru jadi terbiasa dengan padatnya jadwal kerja yang harus dilalui setiap harinya. Seperti pagi ini misalnya. Andaru terlambat bangun karena semalam ia lembur dan harus begadang mengerjakan laporan untuk meeting dengan para pemegang saham. Dengan tergesa Andaru memakai kemejanya. Mengancingkannya pun buru-buru hingga suara ketukan di pintu kamarnya menginterupsi apa yang sedang dia lakukan. "Masuk, Bu!" Seru Andaru karena ia yakin sekali jika di luar kamarnya adalah Arimbi, sang ibu tercinta. Di rumah ini mereka hanya tinggal bertiga. Dia, ibu dan juga satu orang