When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Ata mau sama Bunda," rengek Permata yang tidak mau lepas dari ibunya. Plester menurunepa as masih menempel di kening. "Bunda cuma mau ke kamar mandi sebentar, Sayang," sahut Binar. "Ata-nya diajak aja, Bunda." "Gak bisa dong, Sayang. Masa orang ke kamar mandi ngajak-ngajak," tolak Binar. Hari ini ia absen ke kantor karena putrinya. "Sama kakek aja, yuk!" bujuk Darwin. "Enggak!" Permata mengeratkan pelukannya pada sang ibu. Binar hanya bisa membuang napas kasar sambil duduk pasrah di sofa ruang tengah. "Masa aku harus megangin batu buat nahan kayak waktu kecil dulu," gumamnya yang hanya terdengar oleh sendiri. "Assalamualaikum." "Waalaikumussalam. Tuh ada ayah. Ata sama ayah dulu, ya?! Sebentar aja." Permata mengurai pelukan lalu menoleh ke arah suara. "Ata mau ke ayah." Merentang