When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Binar sampai di rumah. Melangkah lesu memasuki ruang tamu. "Kusut banget itu muka," komentar Fani. "Ata mana, Ma?" tanya Binar tanpa menanggapi komentar ibunya. "Loh? Mama baru mau tanya. Katanya kamu mau jemput pas pulang karena dia gak mau waktu papa kamu ajak pulang." Binar menepuk keningnya sendiri. Ia lupa akan hal itu. Kejadian sore ini benar-benar menguras fokusnya ditambah ia harus pulang terlambat karena ada pekerjaan Mendesak. 'Tidak apa-apa, Mas. Saya salah kirim.' 'Salah kirim? Oh, Binar ada janji bertemu sama seseorang di tempat kemarin, ya?' 'Iya.' 'Siapa?' 'Bukan siapa-siapa.' 'Kalau dia gak datang juga, saya ke sana temani kamu sampai dia datang.' 'Gak usah, Mas. Saya udah mau pulang.' Begitu isi percakapan antara Andra dan Binar. Setelah membalas pesan, wanita