When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Semua ini gara-gara kamu, Binar!" sentak Febi saat melihat Binar datang menyusul ke rumah sakit. "Saya?" Binar menunjuk diri sendiri. Bingung. "Iya. Gara-gara Andra pergi ke rumah kamu, dia kecelakaan. Kalau dia gak ke tempat kamu, semua ini gak akan terjadi!" tuding Febi, penuh emosi. Binar diam. Jadi benar pria itu sedang dalam perjalanan ke rumahnya? Beberapa saat yang lalu. "Ayo berangkat," ajak Binar pada sang putri. Sempat menunggu beberapa saat karena Andra mengatakan akan datang ke rumah. Tetapi tak kunjung datang. "Ayo!" Permata mengangguk. Diraihnya tangan sang ibu. "Nanti Ata bantuin Bunda kerja." Binar hanya terkekeh mendengar penuturan putri tercinta. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Binar melajukan kendaraan meninggalkan kediamannya. Sepanjang jalan men