When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Andra duduk di kursi yang ada di taman, sore itu. Bibirnya tersenyum sambil menatap tingkah lucu anak-anak yang bermain di sana. Sesekali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Cukup lama ia menunggu hingga hari hampir gelap dan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Sengaja pulang sambil melewati sebuah rumah yang ia yakini sebagai tempat tinggal Permata dan Binar. "Pantas Permata gak ada di taman. rupanya di rumah lagi banyak orang," gumamnya saat melihat ada lebih banyak mobil terparkir di depan kediaman keluarga Darwin. Tidak terus melaju, mobil yang dikendarai oleh Andra justru berhenti. Sedangkan pengendaranya sibuk memperhatikan rumah seberang. Sementara di rumah depan, Damar keluar dari rumah. Ia harus segera pulang setelah menerima panggilan dari sang i