Selamat membaca
Jam menunjukkan pukul 12.20.
Ganesa masuk ke dalam ruangan Valder berniat untuk memberitahu pria itu jika sepuluh menit lagi dia harus berangkat menuju ke sebuah tempat yang sebelumnya telah disepakati untuk bertemu dengan klien penting. "Hari ini Anda ada pertemuan dengan Mr. Travis, jam satu siang," ungkap Ganesa memberitahu.
"Persiapkan berkas-berkas yang harus dibawa," tukas Valder membereskan dokumen di meja kerja sembari bersiap untuk pergi, karena perjalanan menuju ke tempat tersebut membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam.
"Saya sudah mempersiapkan semuanya, Presdir," jawab Ganesa lugas.
"Ternyata kau cukup tanggap juga," pungkas Valder datar sembari memakai jas.
"Kalau begitu, kita berangkat sekarang," sambungnya berjalan keluar dari ruang kerja. Dan diikuti oleh Ganesa yang berada di belakangnya.
Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama di perjalanan, akhirnya Valder dan Ganesa tiba di sebuah restoran. Mereka berdua turun dari mobil, dan tak disangka berpapasan dengan Travis yang saat itu juga baru tiba di restoran bersama dengan managernya.
"Senang bertemu dengan Anda, Mr. Travis," sapa Valder tersenyum formal dan menjabat tangan Travis.
Travis menerima jabatan tangan Valder. "Saya juga, suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Mr. Valder," sahutnya tersenyum ramah.
Travis juga tersenyum ke arah Ganesa. Dan Ganesa membalas senyuman Travis sembari mengangguk kecil.
Setelah saling bertegur sapa, mereka berempat pun akhirnya duduk di sebuah meja yang sebelumnya sudah dipesan oleh Owen. Sebelum memulai pembicaraan dan membahas hal tentang pekerjaan, mereka memilih untuk makan siang bersama lebih dulu sebagai bentuk formalitas kerja.
Menu makanan untuk makan siang itu pun sebelumnya juga sudah dipesan oleh Owen agar makanan segera disiapkan setelah waktunya pertemuan dimulai.
Tidak lama kemudian, makanan yang telah dipesan sudah tiba. Valder menatap makanan yang berada di hadapannya dengan tatapan jijik seperti tidak berselera. Ganesa melirik ke arah piring Valder dan seketika mengerti apa yang membuat ekspresi Valder berubah menjadi seperti itu. Dia kemudian menukar piring Valder dengan piringnya ketika mendapati ada potongan bawang bombay di menu makanan Valder. "Anda bisa makan punya saya."
Ganesa bisa mengetahui tentang hal itu karena sebelumnya dia sudah bertanya kepada chef yang bekerja di mansion tentang makanan apa saja yang tidak disukai oleh Valder. Karena sebagai asisten pribadi, dia juga perlu tau tentang hal itu. Karena bisa jadi pengetahuannya akan sangat berguna di saat-saat tertentu.
Seperti sekarang ini ketika Valder tidak bisa menolak, atau pun mengganti menu makanan yang telah dipesankan oleh klien. Karena itu akan terlihat seperti Valder tidak menghargai kliennya, dan tidak memiliki sopan santun. Dan di situlah tugas Ganesa untuk menjelaskan alasan Valder agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Karena itu, sangat penting untuk mengetahui hal-hal mendasar seperti itu.
"Presdir tidak suka dengan bawang bombay, Mr. Karena itu, saya menukarnya dengan makanan milik saya," ungkap Ganesa menjelaskan agar tidak membuat Travis salah paham dengan tindakannya.
"Ah, maafkan atas kecerobohan saya. Seharusnya saya mencari tau lebih dulu makanan yang tidak Anda sukai. Jadi kesalahan seperti ini tidak akan terjadi lagi," tutur Owen merasa tidak enak dengan Valder.
"Tidak apa-apa, itu bukan masalah besar," pungkas Valder ringan.
"Anda beruntung karena memiliki asisten yang berkompeten dan sangat detail seperti Nona Ganesa. Jarang sekali ada asisten yang bahkan sampai mengetahui makanan yang tidak sukai oleh bosnya," puji Travis menatap ke arah Ganesa dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
Valder hanya diam tanpa ekspresi dan tidak mengatakan apa pun ketika menyadari arah pandangan Travis.
Makan siang pun berjalan dengan lancar. Dan Ganesa berpikir jika negosiasi kerjasama bersama dengan Travis akan berjalan dengan lancar dan tidak akan terjadi masalah apa pun, karena Travis terlihat seperti seseorang yang mudah untuk diajak kerjasama. Namun, ternyata Travis jauh lebih sulit dari dugaannya.
Karena memiliki perangai yang ramah dan supel, orang-orang tidak akan percaya jika Travis sebenarnya bukanlah orang yang baik. Penampilan luarnya berhasil menipu semua orang, termasuk Ganesa yang sama sekali tidak berpikir macam-macam tentang Travis.
Awalnya Travis memang sudah bersedia melakukan kerjasama untuk pembangunan proyek baru bersama dengan perusahaan milik Valder, namun dia mengajukan sebuah permintaan sebelum menandatangani kontrak kerjasama tersebut.
Travis menyentuh tangan Ganesa dengan sentuhan lembut. "Saya ingin Nona Ganesa menemani saya minum malam ini. Jika Nona bersedia, saya setuju untuk bekerjasama dengan perusahaan Mr.Valder. Bagaimana, Nona?" tanya Travis tersenyum simpul sembari mencium punggung tangan Ganesa.
Ganesa yang belum menyadari maksud Travis yang sebenarnya justru berniat menerima tawaran pria itu dengan raut wajah polos. Tetapi saat Ganesa belum sempat menjawab, Valder tiba-tiba menyela dengan raut wajah tanpa ekspresi.
"Saya sudah menyiapkan wanita lain untuk Anda," pungkasnya dingin dengan bahasa Spanyol sembari menarik tangan Ganesa kasar dari genggaman Travis.
"Ah, apa saya tidak boleh mencicipi asisten pribadi Anda? Atau Anda sudah menandainya lebih dulu dan ingin menyimpannya untuk diri Anda sendiri?" tukas Travis yang juga membalas dengan bahasa Spanyol agar Ganesa tidak mengerti tentang pembahasan tersebut.
"Dia tidak ada hubungannya sama sekali dengan kesepakatan ini," desis Valder tegas dan menukik tajam.
"Tapi saya menginginkan dia sebagai syarat untuk kerjasama dengan perusahaan Anda," pungkas Travis tenang.
Rahang Valder mengeras. Dia mengepalkan tangan erat hingga buku-buku jarinya memutih. Kemudian dia beranjak dari kursi sembari berusaha menahan diri agar tidak terbawa emosi dan membuat kerusuhan di depan umum. "Sepertinya pembicaraan kita cukup sampai di sini saja. Saya harus kembali ke kantor karena masih banyak pekerjaan," pungkas Valder sinis dan berlalu pergi meninggalkan Travis sembari menyeret tangan Ganesa.
Sedangkan Ganesa tampak kebingungan karena tidak mengerti dengan apa yang baru saja dibicarakan oleh Valder dan Travis hingga membuat Valder terlihat sangat marah. "Presdir, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kita pergi?" tanyanya heran saat Valder tiba-tiba mengajak pergi di tengah-tengah negosiasi.
"Kau tidak perlu tau!" desis Valder tajam sembari menyeret tangan Ganesa menuju mobil.
Setelah masuk ke dalam mobil, Valder melepas dasi yang terasa mencekik di leher dengan kasar. Kemudian dia melajukan mobil dengan kecepatan penuh untuk melampiaskan amarah di dalam dirinya yang meledak-ledak.
Sebenarnya kenapa ia harus marah? Kenapa ia tidak suka ketika Travis menginginkan Ganesa menjadi pasangan tidurnya? Apa karena Ganesa adalah asisten pribadinya? Karena itu, ia merasa bertanggung jawab untuk melindungi Ganesa. Tapi kenapa ia harus melakukan hal itu? Kenapa ia peduli?
Padahal tidak ada yang istimewa dari wanita itu. Tapi kenapa Travis begitu tertarik dengan Ganesa?
"Lain kali jika ada pertemuan begini, pakai baju yang lebih tertutup. Apa kau tidak melihat arah pandangan Travis yang terus melihat ke arahmu?" tukas Valder dingin.
"Bukankah pagi tadi Anda bilang jika selera pakaian saya buruk? Karena itu, saya berniat memperbaikinya," sahut Ganesa ringan.
"Tidak perlu. Kau bisa terus memakai pakaian seperti itu," pungkas Valder lugas.
Ganesa mengernyitkan dahi heran dengan sikap plin-plan Valder yang mudah berubah-ubah.
TBC.