“Syarif, tahu Ma. sejak dulu memang, Kak Syara, selalu saja lebih unggul dari, Syarif! Syarif, memang gak pernah bisa buat kalian semua bangga! Tapi apakah karena hal itu, Syarif, memang gak pantas bahagia? Apa, Syarif, tetap terabaikan demi seorang anak perempuan yang jelas-jelas telah menghancurkan keluarga ini? Yang telah membuat, Papa, meninggal dunia? Sehingga sekarang kita hidup susah. Kita gak pernah bisa bahagia, dan kita juga gak pernah bisa hidup penuh ketenangan seperti dulu! Apa pantas seorang anak seperti, Kak Syara, itu masih mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya? “ maki Syarif dengan penuh penekanan disetiap katanya juga kedua tatapan tajamnya yang seakan menusuk jantung hati sang Mama. Hingga kini airmatanya mulai mengalir begitu saja. Mama pegang kedua tangan Sya