Kembali Kehilangan

3110 Words
Tanpa Syara sadari jika kini seorang Reynald, yakni seorang dokter yang menanganinya tadi tengah memandanginya dikaca pintu dengan tatapan yang nanar. Matanya pun mulai berkaca-kaca melihat seorang Syara yang tengah terisak frustrasi saat ini. Membuatnya begitu tak tega dan ingin segera menghampirinya hanya untuk sekedar menyemangatinya. Namun kini, ia rasa jika dirinya tak punya hak untuk melakukan itu. Karna baru saja mereka saling bertemu. Tak pernah saling mengenal, dan sudah pasti Syara akan merasa aneh dengan sikapnya itu. Dan kini, karena terlalu larut memandangi Syara. tanpa ia sadari airmata yang sedari tadi menggenang dikedua matanya pun mulai menitih begitu saja. Yang membuatnya mulai tak sanggup untuk berada disana. Dengan segera Reynald seka airmatanya itu dan mulai pergi meninggalkan Syara. Ia hempaskan tubuhnya dikursi kerjanya seraya ia pijit pangkal hidungnya yang terasa begitu sakit. Ia kembali teringat akan sosok wanita yang teramat ia cintai. Yang membuatnya semakin tak tega kepada Syara. Dan kembali ingin segera menghampirinya agar segera dapat mengenalnya, juga dapat menjadi yang spesial dihatinya. Walau kini ia belum tahu bagaimana caranya. Dengan cepat Reynald bangkit dari posisi duduknya. Dan kembali melangkah pasti untuk menghampiri Syara. Namun sayang, ketika ia kembali, sudah ada seorang lelaki yang kini tengah menjenguknya. Yang membuat Reynald menerka jika lelaki itu adalah kekasih Syara. walau sebenarnya saat ini yang ada disana adalah seorang Feri. Tanpa menunggu lama, dengan segera Reynald pun membalikan tubuhnya. Lalu ia kembali menuju ruangannya dengan perasaan yang hampa. Tak dapat ia terima jika memang benar lelaki itu adalah kekasih Syara. Sebab ia tak ingin jika ia harus kembali kehilangan orang yang ia cintai untuk yang kedua kalinya. Bagi Reynald, Syara adalah wanitanya. Seorang wanita yang harus ia cinta juga ia jaga. Yang tak bisa ia biarkan jika ada satu orang pun yang memiliki atau melukainya. Namun kini, ia mulai merasa jika tak mungkin ia pisahkan Syara dengan orang yang ia cintai. “No Rey, No! Lo gak boleh egois seperti ini! Kalau memang lo mencintai dia, gak seharusnya lo sakitin dia dengan misahin dia dari orang yang dia cinta. Baru sekali lo lihat dia. Baru sekali juga lo sentuh jemarinya. Tapi kenapa terlalu menyedihkan jika lo harus kehilangan dia! Jika lo harus merelakan kalau ternyata dia adalah milik seseorang! “Aaaaaaaargh! Lo gila, Rey! Lo bener-bener udah gila! Mungkin dia memang begitu mirip dengan, Amara. Tapi dia bukan, Amara! Mungkin memang awalnya lo mengira kalau saat ini memang sudah saatnya lo lupakan Amara dan membuka hati lo untuk, Syara. tapi nyatanya, lo memang gak boleh menghianati cinta lo sama, Amara! Hati lo memang tetap hanya untuk dia!” Umpat Reynald seraya ia pukuli meja kerjanya. Tujuan Feri mendatangi Syara ialah karena dirinya ingin segera memberikan semangat kepadanya. Sebab bagaimana pun juga, Syara adalah seorang wanita baik yang telah mampu merubah hidupnya juga telah ia anggap sebagai adik perempuannya. Setelah Ibu dan adiknya tahu jika Syara baru saja mengalami kecelakaan pun mereka segera memintanya untuk menjenguk Syara, juga membawakan Syara sekotak makan malam serta buah-buahan. Yang kini membuat Syara merasa teramat bahagia, karena dikala keluarganya kembali mengacuhkannya, masih banyak orang lain yang memedulikannya. Sehingga ia merasa teramat beruntung karena Tuhan selalu saja mengirimkan orang-orang yang baik kepadanya. “Fer, terima kasih banyak ya karena kamu sudah bersedia untuk menjadi sosok seorang, Kakak untuk saya. Kamu dan keluarga kamu juga sudah teramat baik dan perhatian sama saya. Ones again, thank you so much,” ucap Syara penuh dengan rasa Syukur. “Sama-sama, Syar. Kamu kan juga sudah sangat baik sama saya. Kamu yang sudah mendorong saya, untuk menjadi seorang lelaki yang laebih baik. Okkay, kalau gitu saya pamit pulang ya, pokoknya kamu ingat selalu ya pesan saya tadi. You are a special girl, with so much talented yang Tuhan kita berikan. So please, don’t you ever try to give up, okkay,” jawab Fer seraya ia tersenyum manis kepada Syara. “Iya, Kak Feri, iya saya janji, yaudah Kakak hati-hati dijalan ya, thanks for always proud all of me,” ucap Syara lagi dan Feri pun mengangguk pasti. “That’s sure, my litter sister. Assalamu’alaikum, Syar, take care ya..” pamit Feri seraya ia melambaikan tangannya. Dan syara pun membalasnya seraya ia tersenyum. “Okkay, Big Bro. Wa’alaikumussalam... take care too...” jawabnya bahagia. Setelah mendapatkan dukungan dari Feri membuat Syara lebih merasa yakin jika pasti ia akan bisa melewati segalanya dengan baik. Ia juga lebih merasa jika kini memang masih banyak orang yang memedulikannya. Sebab kini, ia merasa teramat senang ketika banyak pesan dukungan yang masuk keponselnya. Yang berasal dari para sahabat dikampusnya. Sehingga senyuman itu pun semakin berkembang sempurna. Kembali tanpa Syara sadari jika kini Reynald kembali menghampirinya dan memerhatikannya dari kejauhan. Melihatnya kembali bahagia memang membuatnya menjadi turut bahagia, namun jika memang bahagianya dikarenakan seorang lelaki yang baru saja usai menjenguknya. Hal itu cukup membuatnya sakit hati. ‘Kenapa rasanya sakit sekali, jika aku harus merelakan kamu, Syar. Kenapa rasanya aku gak akan bisa membiarkan kamu harus berbahagia dengan yang lain. Ya Allah ya Rabb... aku ini kenapa? Dan mengapa juga aku harus bertemu dengan seorang wanita yang begitu mirip dengan Amara!’ umpat Reynald dalam hati. Sedangkan Syara, kini ia tengah tersenyum seraya menyantap makan malam yang Feri bawakan. Yang ternyata berisikan nasi goreng seafood kesukaannya. Sehingga dengan lahap Syara memakannya. Merasa senang karena Feri yang selalu saja mengingat setiap yang ia suka. “Alhamdulillah, Kak Feri tahu saja kalau aku lagi gak ada nafsu makan,” gumam Syara seraya ia lanjutkan makan malamnya. Yang membuat Reynald semakin yakin jika memang seorang lelaki yang baru saja datang adalah seorang lelaki yang spesial bagi Syara. Dan kini, Reynald pun kembali menuju ruangannya dengan perasaan yang hampa. *** Adzan subuh kembali membangunkan Syara. Kondisinya yang memang sulit untuk terbangun sendiri membuatnya tak dapat menjalankan ibadahnya. Kembali airmata itu mengalir dari kedua sudut matanya. Masih tetap tak ada satu pun anggota keluarganya yang datang. Meski kini Syara tengah berusaha tegar, namun tetap, kepedulian keluarga adalah yang terpenting baginya. Namun ia sadar, jika mungkin dirinya sudah terlalu sering menyusahkan keluarganya dengan kesalahan yang fatal. Sehingga mereka tak akan lagi memedulikannya seperti dahulu. Dikala sang Papa masih ada diantara mereka. “Ya Allah ya Rabb... aku mohon ampuni aku. Hari ini aku akan melewati ibadah-Mu. Tapi aku berjanji jika aku akan segera menggantinya dilain waktu. Aaaaamiiiin..” do’a Syara dalam hati. Seraya ia coba untuk bangkit dari posisi tidurnya agar dapat meraih ponselnya yang berada diatas nakas. Berharap jika ada sebuah pesan atau panggilan dari rumah. Namun nihil, ketika Syara melihatnya. Mama dan Syarif memang tak sekali pun menghubunginya. Karena memang Syarif yang sudah berusaha membuat Mama melupakan Syara. Juga membuatnya merasa seakan Syara memang tak membutuhkan bantuan mereka. sehingga hal itu kembali membuat Syara takut jika memang ia akan terlupakan. Dengan kasar Syara letakan kembali ponselnya diatas nakas. Ia tutup wajahnya dengan kedua tangannya dan kedua bahunya kembali bergetar saat ini. Sebab pagi ini Syara teringat mengenai biaya rumah sakit yang ia tak tahu siapa yang akan menanggungnya. Meningat uang simpanannya itu akan ia pergunakan untuk menyicil biaya study tour Syarif. “Apa mungkin perusahaan yang akan membiayai aku? Tapi aku ini kan karyawan baru disana. Mana mungkin mereka mau mengeluarkan banyak biaya karena kecerobohanku ini,” gumam Syara yang kembali merasa frustrasi dengan keadaannya. *** Claudy dan Tsani cukup merasa sedih dikala pagi ini mereka bekerja tak ada seorang Syara yang selalu saja menyapa pagi mereka dengan penuh semangat. Saling bercerita satu sama lain mengenai hari mereka, juga saling berbagi ilmu yang mereka punya. Dan kini mereka memilih untuk melakukan panggilan Video kepada Syara. Untuk kembali menyemangati juga kembali saling becanda agar Syara tak lagi merasa kesepian. Hingga kini jam kerja akan segera dimulai lalu mereka segera memutuskan sambungan telpon mereka. “Okkay Syara, stay safe, stay care ya. Nanti sepulang kerja, kita janji akan kesana lagi,” ucap Claudy dengan yakin. “Iya, Syar. Keep fighting juga jangan lupa ya, get well soon bestie...” imbuh Tsani seraya ia tersenyum lebar. “Aaaamiiiin Yarabal Alamiiin.. thanks for attention guys... aku tunggu ya kedatangan kalian,” jawab Syara bahagia. “Siap, Syara. Assaalamu’alaikum..” salam keduanya seraya mereka melambaikan tangannya. “Wa’alaikumussalam... have a nice day ma, Gurls...” jawab Syara seraya ia balas lambaian tangan mereka dengan senyuman manisnya. Setelah menghubungi Syara, membuat kedua sahabatnya kembali merasa lega sebab sudah mengetahui keadaan Syara yang kali ini sudah lebih membaik. Karenanya mereka akan menjalani hari mereka dengan baik. Namun ada hal yang aneh kali ini, sebab dikala mereka baru saja hendak memulai pekerjaan mereka, mereka berdua dipanggil keruangan HRD. Yang ternyata mereka diminta untuk menjelaskan mengenai kondisi Syara saat ini. Keduanya pun menjelaskannya secara detil dan hal itu membuat perusahaan memilih untuk mengambil sebuah keputusan yang besar. Sebuah keuputusan yang bagi mereka akan teramat menyakiti hati Syara. Sebab Syara akan kehilangan pekerjaannya. Ya, mereka memilih untuk memecat Syara. Karena keadaan Syara yang kini patah tulang. Sudah pasti akan memakan waktu lama untuk menunggu kesembuhannya. Sedangkan disana memang membutuhkan tenaga kerja baru. Kecelakaan yang kini menimpa Syara pun mereka anggap karena kecerobohan Syara sendiri. Hingga dengan memecatnya adalah sebuah jalan yang terbaik. Karenanya, Tsani dan Claudy tak dapat terima. Kini mereka teramat kesal juga tak terima jika memang Syara benar dipecat. Mereka pun berusaha untuk memberikan pengertian kepada mereka semua jika memang Syara adalah seorang karyawan yang ulet juga memiliki disiplin tinggi selama ia bekerja. Namun setiap pembelaan yang mereka lakukan tak sedikit pun mendapatkan respon yang positif. Karena memang perusahaan yang sudah mengambil keputusan dan tak bisa diganggu gugat. Hingga kini keduanya hanya pasrah dan tak tahu harus mengatakan apa kepada Syara nanti ketika mereka saling bertemu. Sebab memang merekalah yang diminta untuk menemui Syara, juga memberikan uang saku serta uang pembiayaan rumah sakit yang sepertinya akan tak memadai. Tsani dan Claudy kembali keluar dari ruangan itu dengan kesedihan yang teramat menyakiti hati mereka. Feri yang kini melihat kesedihan diwajah Tsani Juga Claudy pun mulai merasa khawatir jika kini ada sebuah hal buruk yang sedang menimpa Syara. Karena Feri tahu betul jika mereka adalah sahabat Syara. Dengan langkah cepat pun Feri segera menghampiri keduanya. “Cla, Tsan, kalian kenapa? Kenapa tiba-tiba melow begini habis dari ruang HRD apa ada hal buruk yang menimpa Syara? Syara baik-baik aja kan?” tanya Feri cemas. Namun keduanya masih saja terdiam dan hanya menggeleng. “Terus sekarang kalian kenapa? Kenapa kalian nangis? Please cerita ke gue!” pinta Feri lagi. “Keadaan Syara memang sedang gak baik-baik saja, Fer. Tapi sayangnya, sekarang perusahaan milih untuk pecat, Syara. Karena keadaan Syara yang gak memungkinkan kalau harus kembali bekerja disini. Jadi nanti sore, gue sama Claudy, diminta untuk ngejelasin ke dia kalau memang dia udah dipecat,” jelas Tsani yang seketika membuat Feri naik pitam. Dan kini tanpa banyak berkata Feri pun segera memasuki ruangan HRD itu. Berusaha Feri membela Syara agar tetap dipekerjakan disana. Dngan jaminan dirinya yang akan memastikan jika Syara akan segera mendapatkan kesembuhan dan dapat kembali bekerja. Namun sayang setiap usahanya itu tetap tak membuahkan hasil. Karena memang setiap keputusan yang telah dibuat. Itu tidak akan dapat diganggu gugat. Yang karenanya Feri turut merasa kecewa dengan keputusan perusahaan yang baginya teramat egois. Sebab kini Feri pun terancam akan dipecat jika terus memaksakan kehendaknya. Sehingga Feri sudah tak lagi memiliki daya untuk melawan. Karena ia pun teramat membutuhkan pekerjaan itu. Dengan lemas Feri mulai keluar ruangan menghampiri Tsani dan Claudy yang ternyata masih menunggunya disana. Dan ketika Claudy bertanya untuk memastikan, kini Feri menggelengkan kepalanya sebagai jawaban sebab ia pun sudah tak ingin lagi banyak bicara. Karenanya, Tsani dan Claudy pun semakin merasa kehilangan harapan untuk membatu Syara. juga kembali merasa bingung harus memulai darimana untuk menjelaskannya nanti. tanpa mereka sadari jika saat ini ada Voni yang tengah tersenyum penuh kemenangan memandangi kesedihan mereka. Karena seorang Voni yang memang sejak awal sudah tak menyukai keberadaan Syara yang selalu saja mendapatkan pujian, membuatnya merasa tersaingi juga ingin segera menyingkirkan Syara dari sana. Dan akal bulusnya mulai bekerja. Ya, Voni lah yang meminta kepada atasan mereka untuk memerintahkan Syara membersihkan kaca dilantai atas. Dengan alasan jika dirinya yang phobia akan ketinggian. Sehingga Syara yang diminta untuk melakukannya. Dan terjadilah insiden itu. Karenannaya kini, Voni merasa bahwa dirinya telah menang. Ia telah berhasil menyingkirkan seorang big rival baginya itu. “Akhirnya, yang gue tunggu-tunggu beneran kejadian. Gak akan gue lihat lagi tuh cewek sok alim yang bikin gue eneg everyday,” ucap Voni seraya tersenyum miring. *** Tepat pada pukul 08.00 WIB Reynald mulai menghampiri Syara. Mulai memeriksa keadaannya dan hal itu cukup membuat Reynald senang sebab ia dapat kembali dekat dengannya. Setelah Reynald beserta perawatnya mengucapkan salamnya, seketika Syara pun turut terpana pada pandangan pertamanya ketika ia dapati wajah rupawan Reynald yang sungguh memesona ketika tersenyum kepadanya. Walau pandangan Syara saat ini tak sepenuhnya jelas. Dan entah mengapa tatapan mata Syara yang seperti itu kepadanya membuatnya merasa senang dan semakin mengingatkannya kepada sosok Amara. “Bagaimana keadaannya sekarang? apa sudah merasa lebih baik?” tanya Reynald dengan sopan. Seraya ia pasangkan stetoskop ditelinganya. “Alhamdulillah sudah membaik, dok. Tapi, kaki saya rasanya masih sama, dan mata saya juga begitu buram untuk melihat. Saya gak bisa lagi melihat dengan jelas. Apakah penglihatan saya bisa kembali normal?” jelas Syara dengan ekspressi wajah yang begitu cemas. Yang cukup membuat Reynald merasa iba padanya. “Insya Allah, kami akan melakukan yang terbaik untuk setiap kesembuhan pasien. Akan ada ada penanganan khusus untuk menyembuhkan pergelangan kakinya. Dan memang akan memakan waktu cukup lama, karena keretakan tulangnya cukup serius. Jadi kami minta untuk tetap sabar juga bersemangat agar penyembuhannya semakin maksimal,” jelas Reynald dan Syara pun hanya menanggapinya dengan anggukan patuh. Namun ia masih saja menatap kosong kesembarang arah. Sebab kini ia mulai merasa semakin khawatir, jika terlalu lama tak bekerja maka akan membuatnya beresiko tinggi untuk dipecat. “Baik, jika begitu saya mulai pemeriksaannya dulu ya,” ucap Reynald lagi seraya ia tersenyum dan Syara pun menjawabnya dengan anggukan juga senyuman. Kembali Reynald merasa begitu senang dapat mendengarkan degup jantung Syara yang cukup berdebar hebat ketika kini mereka saling dekat. Karena memang benar saat ini Syara tengah merasa begitu gugup berdekatan dengan seorang Reynald yang sejak awal berhasil mencuri perhatiannya. Tak seperti banyak laki-laki yang selama ini ia jumpai. Karenannya, kini Reynald pun cukup yakin jika memang Syara juga memiliki ketertarikan kepadanya. Setelah pemeriksaan usai, Reynald segera memberikan obat untuknya juga memberikan semangat. Yang karenanya kini Syara semakin bahagia sebab mendapatkan pelayanan dari seorang dokter yang begitu baik. “Baik, dok. Akan saya lakukan dengan sebaik mungkin, terima kasih banyak ya, dok,” ucap Syara seraya ia tersenyum manis. Dan lagi-lagi senyuman itu selalu saja berhasil membuat Reynald semakin terpesona padanya. “Sama-sama. Saya permisi,” pamitnya lagi seraya ia tersenyum. Dan Syara pun mengangguk santun masih dengan senyuman manisnya. Kini Reynald memang sudah tak lagi berada disana. Namun entah mengapa saat ini degup jantung Syara masih saja berdebar hebat. Masih terus terbayang akan wajah tampan Reynald. Yang baru kali ini ia merasakan hal itu. Hingga kini ia tersenyum-senyum sendiri seraya ia pandangi obat-obatan yang baru saja Reynald berikan padanya. “Aku ini lagi kenapa sih? Kayaknya baru kali ini deh aku ngerasa aneh begini. Perasaan apa ini? Apa ini namanya jatuh hati? Ah gak mungkin. Baru juga aku ketemu sama, dokter, ganteng itu. Ah iya, mungkin memang ini hanya sekedar rasa kagum. Rasa kagum karena memang, dokter, itu telalu tampan,” gumam Syara yang kini ia sedang teramat bahagia dengan sebuah rasa baru yang kini tengah ia rasakan. Rasa yang aneh namun membahagiakan. *** Waktu terus bergulir hingga kini sudah menunjukan pukul empat sore. Rasa ragu juga bimbang mulai mendera Claudy juga Tsani yang kini hendak kembali menemui Syara. Kini mereka rengah mondar mandir diruang ganti dengan perasaan yang tak karuan. Keduanya sama-sama merasa tak punya pilihan juga tak punya kata-kata yang baik untuk menjelaskan. Bahkan keduanya juga sempat berpikiran jika mereka harus menunda pertemuan ini agar kondisi Syara lebih membaik nantinya. Namun mereka pun saling mengingat jika yang harus mereka sampaikan hari ini adalah sesuatu yang tak dapat ditunda. Sehingga hal itu semakin membuat mereka merasa dilema atas apa yang seharusnya mereka lakukan. Hingga dikala keduanya hanya bisa termenung tanpa sebua keputusan. Terdengar suara ketukan pintu disana. Yang ternyata saat Tsani ,embukanya seorang Feri lah yang sedang berada dibalik pintu. Feri pun menatap nanar kearah kedua temannya yang kini tengah terlihat begitu bingung sebab ia pun tahu apa penyebab hal itu terjadi. "Kalian pasti lagi bingung kan mau ngomong apa ke Syara? Atau akan mulai dari mana menjelaskan ke dia mengenai kabar buruk yang akan kalian sampaikan?" tanya Feri yang memang sebuah kenyataan yang kini tengah termat Tsani juga Claudy rasakan. Sehingga kini keduanya hanya menjawabnya dengan anggukan setuju. "Kita harus tetap kesana sekarang Cla, Tsan. Kita gak bisa menunda lagi hal seperti ini. Dan bersyukurnya gue juga udah punya ide brilian sekarang. Yang mudah-mudahan aja gak akan buat, Syara, jadi down. So, apa kalian mau ijinin gue untuk ikut kesana sama kalian? Gue janji gak akan buat masalah kok," jelas Feri berusaha meyakinkan. Tsani pun mengangguk setuju, karena memang sejauh ini sosok Feri sudah dapat menjadi panutan mereka dengan sikap tegas juga bijaksananya. "Okkay, Feri. Kalau gitu lo boleh ikut kita. Karena jujur kita gak pernah tahu gimana cara kita harus menjelaskan semuanya ke dia nanti. Please Fer, gue mohon sama lo untuk bantu kita menjelaskan sebaik mungkin ke Syara. Biar nantinya Syara gak akan terluka,” pinta Tsani penuh harap. “Okkay akan gue usahakan. Yaudah, gue tunggu kalian didepan ya, jangan lama-lama, karena setelah ini gue juga ada janji sama nyokap dan adik gue,” jawab Feri seraya ia hendak berlalu. “Okkay. Thanks benget ya, Fer. Kamu sudah selalu peduli sama, Syara,” ucap Claudy seraya ia tersenyum manis. Dan Feri pun mengangguk seraya ia tersenyum. “Ya pasti dong, Cla. Syara, itu kan adik gue juga,” jawab Feri dengan yakin seraya ia berlalu begitu saja. Yang seketika membuat Tsani dan Claudy saling tersenyum satu sama lain. Feri pergi menuju rumah sakit menaiki motornya. Sedangkan Claudy dan Tsani menaiki angkutan umum. Selama diperjalanan keduanya terus saja melamunkan Syara tanpa sedikit pun mereka saling mengobrol juga becanda untuk melepas penat dan lelah mereka. Sebab memang saat ini keduanya masih bingung harus mememulai dari mana obrolan mereka dengan Syara nanti. Karenanya tanpa keduanya sadari jika kini mereka sudah tiba didepan rumah sakit itu. Sehingga sopir angkot yang mereka tumpangi lah yang memberitahu mereka. Hingga kini setelah mereka sudah menuruni angkot, sudah terlihat Feri yang tengah menunggu mereka diparkiran rumah sakit. Dan tanpa banyak bicara lagi, Feri pun segera mengajak mereka untuk segera menuju ruangan tempat Syara dirawat. *** To be continue 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD