Part 5

1256 Words
Kayra memijat pelipis nya pusing, sudah 1 minggu lebih ia harus lembur meski tidak sedang shift malam. Pasien di IGD akhir akhir ini menjadi semakin banyak di tambah lagi Dokter Bunga yang biasa satu team dengannya sedang dalam masa cuti hamil. Andai bukan karena tinggal menghitung hari lagi gajian Kayra pasti sudah protes kenapa tidak di gantikan partner team baru saja untuk sementara Tok..  Tok.. "Masuk." "Dokter Khanza di panggil Dokter Bunga di ruangan nya." Kayra memiringkan kepalanya dari laptop--menengok pada si empu suara "Dokter Bunga di ruangan?" Demi apapun dari tadi Kayra bolak balik ruangan pasien dan IGD sendirian tanpa ada partner team sekarang Dokter Bunga malah dengan santai menyuruhnya ke ruangan. Wahh asem emang ibu hamil ini "Iya lah dok masa di kamar jenazah." Qiran terkekeh "Lah saya kira malah di parkiran." "Ngapain di parkiran dok?" "Jualan dawet." "Wah kurang ajar dokter sama seniornya." Kayra terkekeh Bergegas, Kayra mengambil snelli putih yang tadi ia lepaskan sembarang lalu memasangnya kembali. Sudah lebih dari 3 jam waktu makan siangnya terlewat, rasanya tubuh Kayra benar benar sangat lemas. Bukan hanya karena belum makan melainkan juga karena energinya yang terkuras habis sangking sibuknya seharian itu Tangan Kayra mengetuk pintu bercat cream di depannya. Sang pemilik ruangan menyuruh Kayra masuk yang kemudian di bukanya pelan tidak ingin mengagetkan Dokter Bunga yang tengah mengandung. Kalau mau jahat Kayra masih mikir mikir. Ia takut anaknya tiba tiba nyemplung keluar duluan sebelum ngeden "Dokter manggil saya?" Dokter Bunga tersenyum, wanita itu hanya memakai pakaian santainya karena memang sekarang itu bukan jam kerjanya semenjak mengambil cuti 1 minggu yang lalu "Iya, silahkan duduk Dokter Khanza." "Ada apa ya dok? Dokter kangen sama saya? " "Iya sangking kangennya saya sampai ke ingat wajah kamu mulu." "Waduh kasian anaknya dong dok". "Waduh...nggak papa biar cantiknya ketular kamu." Ah!! Nggak jadi kesel gue kalau begini ceritanya "Ini limited edition dok." "Bisa aja kamu. Oh iya, Dokter Khanza saya sudah menemukan pengganti saya di team kamu untuk sementara saya cuti beberapa bulan kedepan." Kayra tersenyum lebar, akhirnya pekerjaan yang sangat melelahkan itu akan sedikit berkurang. Sekarang Kayra bisa kembali sedikit bersantai "Ah benarkah dok? Siapa orangnya?!" Semangat Kayra begitu menggebu gebu dengan mata berbinar binar senang Gajian!!! I'm waiting for you baby "Sebentar lagi dia datang." Tok.. Tok.. "Masuk," "Ini dia orangnya Dokter Khanza." Dengan semangat 45 juga dengan senyum merekah begitu lebar di bibirnya Kayra menoleh Deg Ya allah! Baru kali ini Kayra ingin lenyap dari bumi Seketika Kayra terdiam. Jantungnya berdetak dengan cepat. Itu benar benar musibah untuk Kayra. Ya tuhan.. "Dokter Arfan yang akan menggantikan saya di team kamu. Sebelumnya saya minta maaf ya Dokter Khanza sudah merepotkan kamu selama 1 minggu ini, saya sudah mencari dokter lain untuk menggantikan saya di team kamu tapi dokter dokter yang lain tidak ada yang bisa lalu saya mencoba bertanya pada Dokter Arfan dan beliau bersedia." s**l! Benar bukan, itu musibah untuk Kayra, untuk kelangsungan hidupnya lebih tepatnya. Membayangkan Kayra akan terus berduaan dengan Arfan bukanlah ide yang baik untuk penyakit hatinya. Jika seperti itu terus Kayra tidak akan bisa melupakan Arfan dengan cepat "Dok, saya pikir saya masih bisa menghandle team saya, jadi tidak perlu tambahan dokter baru. Lagi pula kalau Dokter Arfan kembali bertugas akan sangat menyusahkan beliau yang juga sebagai direktur." "Saya rasa Dokter Arfan juga tidak keberataan." Sahut Dokter Bunga yakin "Tapi dok--" "Kamu menolak saya?" Suara dingin itu membuat nyali Kayra seketika menciut di tempat Ya allah.. Tolong baim ya allah, setelah ini ayra janji akan sering menemui bunda, rajin sholat, rajin menabung, sedekah, jadi anak paling dermawan sekelurahan asal Dokter Bunga cepat cepat ngelahirin anaknya saat ini juga biar besoknya bisa kerja. Please ya allah kasihanilah ayra yang sebentar lagi silaturahmi ke ATM Kayra nyengir kuda "Mulai hari ini saya berada di team kamu dan jika kamu tidak suka, saya rasa lebih baik kamu yang keluar dari team!" Ya allah ayra rela nggak gajian kalau allah ngabulin doa ayra Ini namanya kiamat. Fix! **** "Ambilkan saya rontgennya." Sejak mulai bekerja 1 minggu yang lalu bersama Arfan pria itu lebih sering menyuruh nyuruh Kayra seenak jidat. Kayra lebih banyak di suruh suruh dari pada harus menangani pasien "Ini dok." Kayra menyerahkan hasil rontgen yang baru ia ambil dari ruangan di lantai 3 sebelum kembali ke ruangan Arfan yang terletak di lantai 5 tepat di saat Kayra baru saja ingin menyantap makan siangnya bersama Dika "Siapakan saya MRI." Kayra mendengus. Lihat kan, Arfan hanya menyuruhnya saja sejak tadi. Kayra benar benar lelah karena terus bolak balik ruangannya. Ya Kayra tahu naik kesitu menggunakan lift tapi tetap saja yang namanya bolak balik, turun naik, buka tutup, itu melelahkan. Contohnya saja seperti ia yang harus ke kamar mandi padahal baru saja menempatkan posisi tidur terenak saja bawaan lelahnya luar biasa, apalagi sekarang "Kenapa?" Arfan menatap Kayra dengan alis terangkat. Mungkin karena wajah Kayra saat itu nampak sekali kesalnya Kenapa dia bilang? Seandainya ngebuang orang dari lantai 5 tidak masuk penjara sudah Kayra lakukan sejak tadi "Tidak, memangnya saya kenapa?" Arfan mengangkat bahu acuh. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya Kayra hanya ingin mendengar pertanyaan 'kenapa' sebagai bentuk kekhawatiran pria itu padanya bukan ke tidak pedulian yang sekarang Arfan tunjukkan Kan! Baru juga seminggu jadi partner, setan baper dalam tubuh Kayra sudah menguasai. Apalagi kalau beberapa bulan. Ahelahhh Drtt.. Drtt.. Kayra melirik sekilas nama Alya di panggilan telepon milik Arfan, dalam dering kedua pria itu sudah mengangkat telepon Alya dengan cepat "Ya?" Rasanya ingin sekali Kayra menekan denyutan di d**a ketika melihat senyum tipis milik Arfan ketika mengangkat telepon kekasihnya itu "Yasudah tidak papa... Kamu hati hati." Duhh ngomongnya pakai apa sih kok bisa lembut banget. Selembut downy "Kenapa kamu masih disini?" Mulut Kayra terbuka dengan wajah sedikit bingung. Memangnya tadi Kayra disitu siapa yang menyuruh "Keluar." "Eh-- ah? saya boleh pergi?" s**l! hanya karena perasaan s****n yang ia punya Kayra jadi melupakan kewarasannya "Tentu saja!" Dasar pemarah! *** Kayra berjalan di koridor menuju ruangannya dengan lesu. Tenaganya benar benar terkuras habis hari ini. Kayra pikir dengan adanya bantuan Dokter baru di team akan sedikit meringankan bebannya. Tapi justru malah menambah musibah bagi hidupnya yang malang menjadi jatuh terperosok Mata Kayra melirik jam di pergelangan tangan. Tepat pukul 10 malam. Kebetulan sekali hari ini Kayra sedang shift malam, apalagi yang lebih melelahkan dari itu "Woii! kenapa lo?!" Seseorang menepuk punggung Kayra hingga membuat sang empu mengerjap kaget "Apaan sih Mas Dika!" "Eh eh lo manggil gue apa?" Menekuk wajah Kayra mengangkut bahu acuh menghiraukan senyuman Dika yang begitu lebar menatapnya "Kenapa tu muka di tekuk udah kayak jemuran yang belum di setrika?" Tiba tiba saja bak mendapat uang gajian Kayra memegang lengan Dika. Menggoyang goyangkannya dengan cepat "Mas dikaa....laperrrr." Coba tebak, ekspresinya saat itu sudah seperti apa. Memelas bak kucing anggora yang minta makan berharap hal itu bisa membuat Dika luluh Tuk.. "Awh.." Kayra meringis. Mengusap keningnya yang terkena sentilan Dika dengan tidak berprikemanusiaan "Muka lo menjijikan." Kayra menyipitkan matanya menatap Dika tajam sebelum menghentakkan tangan Dika kesal "Yaudah kalo nggak mau!" "Pantesan manggil Mas, ada maunya. Yaudah ayo gue traktir" Kemudian dengan senyum licik ia menoleh dengan mata berbinar senang "Ahh Mas Dika sayang deh..sini aku cium dulu." Ia malah merentangkan tangannya lebar lebar ingin memeluk Dika dengan mulut yang di monyong monyongkan "Iihh najiss..lepasin tangan kotor itu dari tubuh suci gue--Ay! Ntar gue nggak suci lagi." Bukannya kesal Kayra justru malah melompat kegirangan "Yeeee.." Menghiraukan ejekan Dika. Kayra menggandeng lengan Dika dan menariknya dengan semangat menuju kantin tidak tahu menahu dengan orang di belakang sana yang menatap mereka dengan tangan mengepal "Makan! makan! makan! yeeyyy" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD