"Teknik belati yin dan yang."
Chu Xiang mengibaskan belati dan seketika dua bola sekepalan tangan muncul di samping kepalanya.
Zhou Fan juga tidak tinggal diam, pedang darah malam memancarkan sinar merah darah yang semakin pekat. "Selesaikan dengan cepat, mungkin di tempat lain juga ada pasukan besar yang memporak-porandakan wilayah Benua Tian Zou."
"Aku juga berpikir begitu, ayah mertua." Chu Xiang mengangguk samar, kemudian bergerak beriringan dengan dua bola hitam putih di masing-masing sisi kepalanya.
Wosh...
Dua bola melesat sangat cepat, tidak menghiraukan apa yang ada di depan menerjang tanpa keraguan.
Blam!
Ukuran sama sekali tidak menggambarkan kekuatan. Hanya dua bola berukuran sekepalan tangan tapi sanggup menciptakan ledakan yang dahsyat.
Puluhan prajurit iblis tiada. Tubuh mereka hancur bagai bubur yang dibalik dari mangkuknya. Benar-benar tak bersisa.
Raut wajah Bei Ya sangat suram, mata menatap Chu Xiang tajam. "Sialan! Aku akan menghabisimu." Pria bertubuh gempal itu bergerak lebih cepat dari pada kuda. Tubuhnya yang bulat memantul karena terlalu banyak lemak.
Zhou Fan tidak membiarkan Bei Ya menyerang Chu Xiang. Dia masuk ke dalam pertarungan dan menghentikan Bei Ya tepat pada waktunya.
Trank!
Pedang menahan tongkat. Kerutan tercipta di antara kening Bei Ya, perlahan memutar wajahnya memandang Zhou Fan. "Jangan pikir aku takut denganmu. Jika kau menginginkan kematian. Akan ku kabulkan."
Whut...
Tongkat menyasar mengincar tubuh yang diam, tapi Zhou Fan mengangkat sedikit pedang darah malam menahan serangan secara langsung.
Ledakan dua kekuatan bertemu dan menciptakan tolakan yang kuat. Tapi keduanya bergeming seolah tidak terjadi sesuatu.
"Sial, dia memang kuat." Wajah Bei Ya berangsur cemas. Meski telah menebak kekuatannya akan kalah, tidak berpikir akan ada jarak yang sangat lebar.
"Jendral, kami akan membantu." Dua komandan iblis tingkat petarung dewa langit datang dengan serangannya.
Bei Ya hendak mencegah mereka, tapi belum sempat suara terlontar dari mulutnya satu hempasan tangan melempar kedua komandannya hingga jatuh terjerembab.
"Dasar bodoh! Apa aku meminta kalian untuk maju?!" umpat Bei Ya kepada dua komandannya.
Sementara dua komandan itu terkejut hingga kehilangan akal.
Mereka berpikir dapat setidaknya menahan Zhou Fan dalam beberapa serangan. Namun nyatanya, hanya butuh satu kali ayunan tangan untuk menghempas tubuh puluhan langkah.
"Je-jendral, ...." Keduanya telah sadar jika lawan kali ini tidak lemah. Mereka menyesal karena telah berniat menyerang diam-diam.
Zhou Fan memutar pedang darah malam seraya menatap dua komandan yang masih bersimpuh di tanah. Mungkin mereka enggan bangkit khawatir akan menerima serangan untuk kedua kalinya.
Di sisi lain Chu Xiang membunuh semua prajurit iblis dengan bantuan teknik belati yin dan yang. Namun, jumlah mereka yang sangat banyak tentu membutuhkan waktu untuk mengakhirinya.
Slap...
Slap...
Chu Xiang menyipitkan mata melihat puluhan prajurit iblis satu demi satu terjatuh. Ia yakin itu bukan karena serangannya. Lantas siapa yang melakukannya?
"Xiang gege, kami datang." Sebuah suara yang seketika menarik perhatian Chu Xiang.
"Xia'er, kenapa kau datang kemari?" Chu Xiang menebas sambil bertanya. Dia sama sekali tidak kesulitan memenggal kepala prajurit iblis.
Zhou Xia diam sejenak, lalu berkata. "Bagaimana mungkin aku hanya diam sedang Kekaisaran Sun dalam ancaman kehancuran?"
Chu Xiang tidak bisa menjawab. Ia selalu kalah jika berdebat dengan istrinya ini. Selalu saja ada jawaban dari setiap kalimatnya.
"Xiao Xiang, di mana ayah mertuamu?" Jumlah prajurit iblis terlalu banyak. Tidak bisa mengamati dengan seksama.
Secara spontan Chu Xiang mengangkat telunjuknya. Zhou Xia dan Qing Yuwei--mengalihkan pandangan mengikuti arah telunjuk. Pandangan sedikit menyipit kala menyaksikan pertarungan hebat yang tengah berlangsung.
Bahkan Chu Xiang sendiri sedikit tidak menyangka kekuatan ayah mertuanya begitu menakjubkan.
Kembali ke tempat Zhou Fan.
Pertarungan yang tampak seimbang sebenarnya berat sebelah. Bei Ya terdesak, dia sama sekali tidak bisa bertahan dari ayunan pedang darah malam.
"Aku tidak tahu apa alasan kalian sebenarnya datang ke dunia manusia. Katakan, ada berapa banyak pasukan yang datang dan di mana saja?!" Ini bukan pertanyaan. Ini adalah kalimat perintah yang harus dijawab.
Dua komandan memandang Bei Ya, sedang pria gemuk itu malah tersenyum sinis. "Kau tidak perlu tahu. Yang penting, cepat atau lambat semua wilayah akan jatuh ke tangan kami--bangsa iblis--dan kalian para manusia akan menjadi b***k yang harus mengikuti perintah."
Zhou Fan berdecak pelan, "Ambisi yang sangat besar. Namun selama masih ada aku, rencana kalian tidak akan pernah berakhir mulus."
"Hanya dengan kau?" Bei Ya tertawa mencibir. Dia lalu meludah secara asal dan kembali berkata. "Kau terlalu meninggikan kemampuanmu."
Setelah itu pria Bei Ya mengeluarkan sebuah token. Mata Zhou Fan terbelalak mengenali token itu adalah token teleportasi. Dengan secepat kilat ia mengayunkan pedang, berusaha menghancurkan token itu sebelum dapat diaktifkan.
Namun terlambat, token sudah terlebih dahulu aktif dan membawa Bei Ya melarikan diri.
Zhou Fan merapatkan gigi dengan kesal, pandangan beralih pada dua komandan yang berusaha bangkit. "Ingin pergi juga? Jangan harap!" Dua siluet tebasan muncul di depan tubuhnya, melesat memburu dua komandan iblis yang berusaha melarikan diri.
Mereka seolah tahu tidak akan bisa pergi dengan mudah, berniat menghadapi serangan dengan serangan. Namun yang tidak mereka ketahui, jurus tebasan ganda bukan jurus yang dapat dipatahkan begitu saja.
Shing... Blar!
Setelah desingan singkat, dua serangan hancur di hadapan jurus tebasan ganda. Tidak berhenti di sana, masing-masing tebasan melesat menghunjam tubuh dua komandan hingga tubuh mereka terlempar.
Bruak!
Lima bangunan hancur menahan tubuh yang melayang. Sampai pada bangunan yang keenam tubuh mereka menempel dan menciptakan retakan.
Zhou Fan mendengus, kemudian memutar kepala memperhatikan sekitar.
"Ayah,"
Suara yang akrab membuat keningnya bertahap mengerut. Dia menatap dua wanita berbeda usia yang mendekat kepadanya. "Kenapa kalian di sini?" tanyanya dengan wajah rumit.
"Lantas, apa kami hanya akan diam membiarkan kalian bertarung berdua?" Bukan Zhou Xia yang menjawab, melainkan Qing Yuwei yang sedikit tidak suka dengan pertanyaan suaminya.
"A-aku, ...."
"Engkau jangan memandang remeh wanita. Kami juga tidak kalah dibandingkan dengan pria," ucap sekali lagi Qing Yuwei membuat Zhou Fan menghela nafas.
"Ayah mertua, kita harus memeriksa ke kota lain. Ada baiknya kita berpencar. Agar tidak terlalu menyita waktu." Chu Xiang baru datang dan Qing Yuwei serta Zhou Xia menatapnya dalam-dalam. Dia tidak tahu apa yang terjadi. Tapi dapat merasakan situasi yang saat ini tengah tegang dan tidak nyaman.
"Yah, kau benar. Mari kita memeriksa ke tempat lain." Zhou Fan akhirnya dapat lepas dari situasi yang pelik. Tapi tidak bertahan lama karena tepat setelah itu Qing Yuwei kembali berkata.
"Biarkan kami ikut,"
Zhou Fan memaksa untuk tersenyum, perlahan mulai menganggukkan kepala. "Tentu saja, kami tidak akan melarang."