Chapter... 12 : Xue Ye

1031 Words
Kekaisaran Wen. Satu-satunya kekaisaran yang ada di benua Tian Wu itu kini menjadi tumpuan penduduknya untuk bertahan dari serangan pasukan iblis. Tentu saja mereka tidak diam saja dan bersembunyi. Kultivator dari seluruh kota bergerak bersama mencoba mengusir ras iblis. Akan tetapi jumlah ras iblis yang sangat banyak memaksa mereka ke dalam kondisi pasif. Zhou Fan baru saja memasuki Kota Tong. Itu adalah Ibukota Kekaisaran Wen, merupakan kota terbesar dari sembilan kota yang ada. Hem... "Kota Tong sepertinya dijaga sangat ketat. Tidak ada aura iblis yang tersebar." "Benar, tuan. Kota ini sepertinya menjadi tempat pengungsian. Banyak sekali kultivator yang berpatroli." Tampak jelas semua orang melakukan aktivitas seperti biasa, seperti tidak berada dalam situasi bahaya. Mungkin ini adalah salah upaya yang dilakukan oleh kekaisaran mencegah rasa panik yang berlebihan. "Tuan, kemana kita akan pergi?" tanya Zhou Jim. "Mengunjungi seorang kenalan. Dia adalah orang terkuat yang ada di Benua Tian Wu." Mendengar jawaban Zhou Fan, Zhou Jim mengangguk paham. Sementara mereka terus melangkah tanpa sadar sampai di sebuah tempat yang terlihat kumuh. "Kita sampai," Zhou Jim mengedarkan pandangannya, mata menelisik tempat yang bercecer sampah di mana-mana. Sangat kotor ... Dua kata yang dapat menggambarkan tempat di depan matanya. "Seharusnya dia berada di sini, tapi aku tidak melihatnya." Zhou Fan memperhatikan sekitar. Mata terus bergerak seolah mencari keberadaan seseorang. Wajahnya yang berkerut berubah melihat seorang pria tua yang tengah duduk bersila membawa mangkok dan tongkat. "Ah ... Tuan?" Zhou Jim dengan segera mengikuti langkah Zhou Fan. Mereka mendekati pria gemuk yang berpakaian laksana seorang pengemis. "Mohon bantuannya tuan, pria tua ini belum makan tiga bulan." Sambil menunjukkan mangkoknya yang kosong pria tua itu perlahan mengangkat wajahnya. Dan mata langsung terbelalak mengenali siapa yang berdiri di hadapannya. "Tuan Zhou, ...." Ia sungguh terkejut. Bahkan seolah lupa bagaimana cara untuk mengedipkan mata. "Senior Xue, engkau masih saja sama seperti dulu." Zhou Fan menggelengkan kepala, menatap pria tua bertubuh gemuk dengan sedikit canda. Xue Ye meletakkan mangkoknya di samping, memegang tongkat dan bangkit. "Pria tua ini memang masih sama. Tidak ada yang berubah." Zhou Fan hendak berkata, tapi perhatiannya terpecah oleh suara-suara dari sekitar. "Lihat! Ada lagi yang tertipu oleh pengemis tua itu." "Dasar bodoh, apa tidak bisa membedakan mana yang benar-benar tidak makan?" "Dia membual belum makan sejak tiga bulan. Siapa yang akan percaya? Tubuhnya lebih gemuk dari pada anak babi." "Senior Xue, sepertinya reputasimu tidak begitu bagus di mata mereka. Aku panasaran bagaimana kau tahan dengan semua caci maki mereka." Zhou Fan dulu pernah merasakan bagaimana rasanya dihina, dipandang rendah dan diremehkan. Telinganya terasa sangat panas dan muncul keinginan untuk membalas mereka semua. Pada waktu itu ia tidak memiliki kemampuan. Jadi tidak bisa membelas secara langsung. Namun Xue Ye berbeda, dia adalah orang terkuat di Benua Tian Wu. "Pria tua ini tidak suka dengan kehebohan. Itu sangat merepotkan. Hidup sederhana lebih menyenangkan. Tidak banyak tekanan." Sejenak Zhou Fan merenungkan kalimat Xue Ye, pria tua itu memiliki pandangannya sendiri tentang kekuatan. "Senior, sekarang keadaan sudah sangat kacau. Di luar kota ini, hampir tidak ada tempat bagi manusia. Semua dikuasai oleh ras iblis. Apa engkau akan diam saja dan membiarkan mereka bertindak semena?" "Tuan Zhou, sejak engkau memanggil pria tua ini sudah siap untuk bertarung. Hanya saja ...." Hanya saja? Zhou Fan mengedutkan mata, menatap Xue Ye dengan heran. "Hanya saja perut ini perlu diisi. Sungguh, pria tua ini belum makan sejak tiga bulan." Dia mengatakannya tanpa rasa bersalah. Mengubah raut muka Zhou Fan menjadi datar. "Senior, ...." Zhou Fan menghela nafas. Ia mengingat ada sebuah rumah makan sebelum masuk ke wilayah kumuh. Seharusnya itu bisa menjadi tempat makan yang tepat untuk mereka. ... "Senior, engkau memesan banyak sekali menu makanan. Aku tidak yakin itu akan habis dalam satu kali makan." Bukan langsung menjawab, Xue Ye tersenyum. Dia menepuk perutnya yang berbentuk seperti gentong. "Tuan Zhou, engkau jangan berkata seperti itu. Pria tua ini sudah semaksimal mungkin menahannya." Zhou Fan tersenyum kecut. Jika menahan saja memesan makanan sepuluh jenis menu makanan, bagaimana jika tidak menahan. Mungkin pengunjung yang datang setelahnya akan kembali dengan tangan kosong. "Dua pria itu pasti tertipu dengan bualan pengemis tua. Mereka bahkan membawanya ke rumah makan untuk memesan makanan." Tanggapan pengunjung lain sedikit tidak mengenakan. Mereka sama sekali tidak tahu jika pria yang yang selalu dipanggil pengemis tua merupakan orang terkuat yang ada di Benua Tian Wu. "Hidup akan lebih tenang tanpa memikirkan omongan orang lain. Terlalu berharga waktu jika digunakan untuk mengurus mereka." Sekali lagi Zhou Fan mengambil kalimat Xue Ye yang menurutnya sangat bijak. Jika dipikirkan secara cermat, itu memang benar. "..." "Tuan Zhou, kemana kita akan pergi sekarang?" Zhou Fan merajut kedua alisnya, "Senior Xue, engkau dapat menghabiskan makananmu terlebih dahulu. Setelah itu kita ke istana Kekaisaran Wen" Ehem... "Tidak perlu menunggu, pria tua ini telah menyelesaikannya." Zhou Fan seketika mengalihkan pandangannya pada meja tempat duduknya. Bertahap mata menyipit melihat sepuluh piring kosong melompong. "Dia benar-benar menghabiskan semua makanan itu dalam waktu singkat. Apa ada sesuatu di dalam perutnya?" gumam Zhou Fan sembari mengatur ekspresinya. Bahkan ia saat keadaan lapar sekalipun tidak akan sanggup menghabiskan lima porsi makanan. Pria tua itu tidak salah lagi adalah definisi rakus yang sebenarnya. "Senior Xue, karena engkau telah selesai. Mari kita pergi ke istana." Que Ye meraih kendi arak yang ada di atas meja, menghabiskannya tanpa jeda. Zhou Fan tidak bisa lagi berkata, mulai berjalan keluar setelah menaruh puluhan koin emas di atas meja. Di istana... "Kenapa aku merasa akan ada seseorang yang datang? Tapi siapa?" Pria setengah baya itu mengenakan pakaian mewah. Mahkota emas dipenuhi perkataan menjadi identitasnya. "Yang Mulia, ada tamu yang ingin bertemu." Kalimat kasim seketika menyadarkan pria setengah baya itu. "Apa dia mengatakan siapa namanya? Atau dari mana asalnya?" "Bu-bukan dia Yang Mulia, tapi mereka." Wen Qi menyatukan kedua alisnya, memperhatikan lekat wajah kasim tua di depannya. "Ada berapa?" "Tiga, Yang Mulia. Mereka tidak mengatakan apapun, tapi memberi sebuah token." Token? Kasim tua mengeluarkan token dari saku pakaiannya, lalu menyerahkannya kepada Wen Qi. Beberapa saat Wen Qi memperhatikan token di tangannya, dalam sekejap ekspresinya berubah mengenali token tersebut. "I-ini ...." Tanpa banyak berkata Wen Qi beranjak dari tempat kebesarannya. Masih menggenggam token tersebut ia melanggang keluar. Sementara menyaksikan kepergian sang kaisar, kasim tua itu hanya bisa diam dan bertanya-tanya dalam benaknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD