Edwin kembali meneriaki nama Sara sembari menarik tangannya dari leher gadis itu. Pria itu tidak habis pikir dengan cara berpikir istri keduanya tersebut, terlalu keras kepala menurutnya. “Bukankah Tuan ingin menghukum saya. Ayo silakan cekik saya sampai mati sekarang! Hidup saya tidak berguna! Lebih baik saya mati!” pinta Sara mengulum senyumnya yang sangat cantik, senyuman yang jarang dilihat oleh Edwin, dan sudah tentu pria itu tertegun memandangnya. “Sara,” batin Edwin memanggil namanya. Tetapi dibalik terpesonanya, pria itu mengatup rahang kokohnya, gigi gerahamnya saling beradu menahan gejolak amarah yang semakin mendidih. Sedangkan Sara masih berusaha mencekal tangan Edwin untuk kembali menyentuh lehernya. “Ayo bunuh saya, Tuan Edwin Biar hutang perawatan ayah saya ... lunas! Jad