Sebenarnya apa yang mau Edwin lakukan? Apakah dia ingin menjilat ludahnya sendiri jika tidak akan pernah menganggap Sara sebagai istrinya seperti Hana? Namun, sekarang begitu jelas jika netranya memandang bibir Sara, walau tampak memucat tetapi menggoda, bibir yang selalu lantang berkata pada dirinya. Hidung mancungnya mulai bersunggingan dengan hidung mancung milik Sara, bersamaan itu pula suara dering ponsel terdengar jelas dan langsung diterima oleh sang pemilik teleponnya. “Sebentar Nyonya.” Terdengar suara Irfan menjawab panggilan telepon tersebut, dia pun menolehkan wajahnya ke belakang. Dan agak tidak enak lihat posisi tuannya yang terlalu dekat dengan wajah Sara. “Maaf Tuan, Nyonya Hana menelepon ingin berbicara dengan Tuan,” ucap Irfan sangat pelan dan tidak bermaksud menggangg