Semua pandangan tertuju pada Renata yang berdiri di anak tangga terakhir rumah itu. Mereka menatap Renata dengan arti yang berbeda-beda. Namun, Renata tidak gentar sedikit pun dan tidak peduli pada yang lain. Dia hanya ingin mendengar jawaban dari suami yang selama ini sangat dicintainya itu.
“Kok kamu ke sini sih? Merusak suasana aja!” gerutu Deby dengan nada dan tatapan kesal.
“Iya nih. Tadi katanya sakit dan pakai acara pura-pura pingsan segala. Untung aja mang Nurdin belum pulang dan kuat ngangkat kamu ke atas! Sekarang, malah turun dan merusak suasana di sini,” ungkap Mayang panjang lebar dengan nada kesal pula.
“Jadi, bukan mas Gemilang yang ngangkat aku ke atas tadi saat aku pingsan?” tanya Renata setengah tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar saat ini.
“Ngapain Gemilang capek-capek angkatin badan kamu yang berat itu ke atas. Nggak enak, dong sama Cherry yang datang khusus hari ini sama Gemilang,” ucap Mayang lagi menjawab pertanyaan menantunya itu.
“Mas! Kamu belum jawab pertanyaan aku tadi!” pekik Renata dan mendekat ke arah Gemilang.
“Jangan berteriak di depanku, Renata!” hardik Gemilang tanpa diduga oleh Renata sama sekali.
Tubuh wanita itu menjadi kaku dan lidahnya terasa kelu untuk berkata-kata. Tidak dia sangka jika Gemilang akan menghardiknya seperti itu di depan orang lain. Hatinya hancur dengan perubahan sikap Gemilang yang mendadak itu.
“Mas!” seru Renata tertahan sembari menahan air matanya untuk tidak luruh.
“Apa lagi yang mau kamu dengar? Bukannya tadi udah jelas kamu dengar semuanya? Kamu nggak tuli kan pas dengar kalau aku mau menikahi Cherry dan menceraikan kamu terlebih dahulu?” tanya Gemilang dengan santainya kepada Renata.
Untuk saat ini, yang lain hanya diam dan membiarkan Gemilang berbicara dengan Renata. Meskipun Mayang merasa sangat ingin sekali mengusir Renata saat ini, tapi dia tahu ada hal yang harus Renata dengar dari mulut Gemilang langsung.
“Jadi, kamu benar-benar mau menceraikan aku? Kenapa?” tanya Renata lagi dengan suara bergetar.
“Kenapa? Kamu nggak bisa mikir memangnya? Berapa lama lagi waktu yang harus aku habiskan untuk menjadikan kamu istri dan nggak bisa kasih aku keturunan? Aku nggak bisa selamanya menanggung biaya hidup wanita seperti kamu. Hanya jadi beban aku aja tau nggak!”
“Beban kamu bilang, Mas? Selama ini, aku juga ikut kerja bantuin kamu, Mas. Bedanya, kamu kerja di kantoran dan aku dari rumah untuk pemasaran produk yang kamu jual!”
“Halah! Yang kamu lakukan itu nggak ada apa-apanya dan nggak ada artinya sama sekali. Sekarang mau ambil muka setelah aku sukses begini? Taunya di rumah doang dan nggak mau usaha!”
“Aku dulu mau kerja, tapi kamu yang melarang. Sekarang, kamu jadikan itu sebagai alasan? Aku nggak pernah sedikit pun berhenti mendoakan dan membantu kamu agar sampai ke posisi yang sekarang ini, Mas!” ungkap Renata dengan emosi yang meluap dan air mata menggenang di bola matanya yang indah.
Gemilang berdiri dan memandang Renata dengan sangat hina juga meremehkan. Dia sama sekali tidak terlihat seperti Gemilang yang pernah dikenal oleh Renata selama lima tahun belakangan. Gemilang benar-benar berbeda, apalagi auranya sangat berkesan ketika menggunakan jas mahal seperti saat ini. Harga yang pantas untuk dia kenakan sebagai pemilik perusahaan bernama AROMA GROUP.
Sementara Renata merasa begitu dihina dan direndahkan dengan kalimat yang mengalir dari mulut Gemilang saat ini. Tidak pernah dia sangka sebelumnya jika Gemilang akan berubah ketika dia mencapai puncak kejayaannya seperti saat ini.
“Ternyata, manusia memang sangat mudah berubah, ya Mas. Saat susah dulu, kita berjuang bersama dan menikmati apapun dengan penuh cinta. Tapi, saat sekarang kamu diberikan segalanya, uang dan kedudukan, bahkan kamu lupa siapa yang menemani kamu dari bawah dulu, dari nol!” ungkap Renata meluapka emosinya pada Gemilang.
“Jangan berlagak seperti kamu yang paling banyak bekerja keras dalam hal ini, Renata. Kamu itu hanya beban dalam hidup aku dan seharusnya sejak lama aku udah ngebuang kamu!” ucap Gemilang lagi yang semakin membuat Renata lemah tak berdaya.
Lututnya terasa gemetar dan tak sanggup berdiri. Namun, demi sebuah harga diri tentu saja Renata tidak boleh terlihat lemah di depan semua orang yang menyaksikan dengan tatapan menghina itu.
“Ternyata, kamu adalah manusia serakah yang saat sukses nggak mau ingat asal usulmu, Mas!”
Setelah Renata mengatakan hal itu kepada Gemilang, sebuah suara tamparan nyaring terdengar di dalam ruangan itu. Pipi Renata langsung menimbulkan rona kemerahan berbentuk lima jari dan Gemilang menatapnya sangat tajam. Tangan lelaki itu masih menggantung di udara dan rahangnya mengeras menahan amarah kepada Renata.
“Kenapa berhenti? Hanya satu kali kamu berani menampar aku, Mas? Kamu bisa melakukannya sampai kamu merasa puas!” tantang Renata kepada Gemilang.
Gemilang sebenarnya menyesal karena sudah mendaratkan sebuah tamparan itu ke pipi Renata. Bagaimanapun, dia tahu selama ini Renata adalah istri yang penurut dan sangat mencintai dirinya. Namun, sepertinya Gemilang terpaksa melakukan hal itu karena ditonton oleh Cherry, Mayang, dan juga Deby tentunya.
“Aku nggak mau mengotori tanganku lagi dengan menyentuhmu. Lebih baik, sekarang kamu kemasi barangmu dan pergi dari rumah ini! Aku udah nggak mau lagi liat wajah kamu yang kampungan itu!” usir Gemilang dengan sangat kasar kepada Renata.
“Ya ... aku memang kampungan dan aku nggak pernah dandan seperti wanita yang kamu bawa pulang saat ini, Mas. Tapi, selama ini aku berusaha menjadi istri yang baik, kakak ipar yang baik, dan tentu menantu yang baik untuk keluargamu!”
“Nggak usah bicara soal kebaikan deh kamu, Ren! Gemilang juga udah baik selama ini mau membayar semua kebutuhan kamu, padahal kamu sendiri nggak bisa kasih dia anak!” sela Mayang pula yang sepertinya sudah tak bisa menahan diri lagi untuk ikut bicara.
“Begitukah menurut Mama? Jadi, aku di sini hanya akan dihargai dan dianggap sebagai menantu sebenarnya hanya jika aku punya anak?”
“Iya, dong! Kalau nggak punya anak, buat apa dipertahankan. Udah jelas-jelas kamu mandul dan nggak bisa punya anak lagi. Buat apa juga masih dipertahankan!”
“Gimana kalau sebenarnya bukan aku yang mandul?” tanya Renata menantang Mayang dengan geramnya.
Pertanyaan Renata itu tentu saja mengundang banyak reaksi. Salah satunya kemarahan Gemilang semakin memuncak padanya. “Jadi, kamu mau bilang kalau yang mandul itu aku, hah?” tanya Gemilang menghardik Renata dengan kepalan tinju yang begitu kuat di kedua tangannya.
“Kalau iya gimana? Apa kamu akan bersikap seperti ini juga sama aku, Mas? Atau ... apa kamu yakin wanita itu masih tetap akan mau menikah sama kamu?”