Cherry Mulai Berkuasa

1276 Words
Mayang memicingkan mata saat mendengar pengakuan polos dari Deby itu. Deby memang sering membuat orang di sekitarnya kesal, walaupun tidak terlalu fatal keblo’on yang dideritanya. Mayang tentu saja sudah bisa menebak reaksi Gemilang saat ini. “Apa? Dia datang ke sini? Mau apa dia?” tanya Gemilang dan dengan cepat tangannya membuka amplop coklat di tangannya saat ini. “Mas, mungkin dia nggak mau bercerai dari kamu,” sela Cherry yang kini tampak gusar dan cemas. “Nggak gitu, Cherry sayang. Dia datang justru nganterin surat cerai untuk ditandatangani sama Gemilang,” sambar Mayang cepat. “Hah? Surat cerai? Setidaknya butuh waktu sebulan atau dua bulan untuk bisa memutuskan perceraian di pengadilan agama, Tante.” “Makanya itu tadi kami marah dan sempat membuat dia kesal. Lagaknya datang ke sini udah kayak wanita sosialita banget tau nggak.” “Sosialita? Perempuan dengan penampilan seperti dia itu jadi sosialita?” tanya Cherry dengan nada menghina. “Makanya itu, Mba. Aku sama mama tadi menduga kalau dia pasti udah jadi ani-ani. Baru aja keluar dari rumah ini dan diceraikan mas Gemilang, langsung keliatan aslinya gimana.” “Benar kata Deby. Dia udah memperlihatkan langsung belangnya. Dia mau menggertak Gemilang dengan surat cerai palsu.” Mayang membenarkan ucapan Deby. “Surat cerai ini asli, Ma!” seru Gemilang yang baru saja memperhatikan setiap detail kertas yang dipegangnya itu. Semua asli dan memang tidak ada tanda-tanda pemalsuan data satu pun di dalamnya. Gemilang adalah orang yang lihai memeriksa keaslian dokumen dan surat penting. Itu sebabnya dia bisa sampai di titik yang sekarang, selain dari bantuan dan sokongan Renata dari belakang layar. Semua orang tentu saja terkejut dengan ucapan Gemilang dan kemudian merapat ke arah pria itu untuk melihat secara jelas. Tadi, karena sibuk berdebat tentang Renata, membuat Mayang dan Deby bahkan belum memeriksa isi amplop itu dan memperhatikan semuanya seperti yang dilakukan oleh Gemilang saat ini. Mereka penasaran dengan ucapan Gemilang beberapa saat lalu. “Asli gimana, Mas? Kan nggak mungkin dia bisa ngurus surat cerai dalam hitungan hari doang. Apalagi, nggak ada mediasi atau panggilan dari pengadilan agama untuk kamu kan?” tanya Cherry dengan heran dan tak bisa mengerti semua yang terjadi. “Benar, Mas Gem. Andai bisa juga, dari mana dia dapat uang ngurus surat cerai? Bukannya kalau cerai itu, yang menggugat yang harus membayar semua biayanya?” tanya Deby pula pada Gemilang. “Kalau soal uang, mungkin dia bisa dapat dari melayani p****************g, By. Kamu gimana sih!” omel Mayang pada Deby dengan nada ketus. “Oh iya juga, ya Ma. Tapi, kok dia bisa keluarin akta cerai secepat itu, Ma? Mas Gem aja belum selesai mengurusnya ke pengadilan.” “Kalau soal itu, Mama juga nggak tau sih. Tanya aja sama mas kamu tuh.” Gemilang masih tetap diam di saat adik, ibu, dan pacarnya berdebat tentang hal itu. Di dalam hatinya, dia merasa ada yang disembunyikan oleh Renata dari dirinya selama ini. Gemilang tahu pasti bahwa Renata bukan wanita liar atau wanita yang gampang tergoda dengan pria lain, apalagi hanya karena uang. Gemilang tahu bahwa Renata bukanlah wanita yang gila uang dan kekuasan. “Mas, kenapa kamu jadi diam aja? Kalau itu memang asli, nggak usah diributkan kenapa bisa dia mengurusnya. Yang penting sekarang kamu udah nggak ada hubungan dan urusan lagi sama dia, Mas!” ungkap Cherry yang melihat gelagat tak baik pada wajah Gemilang. “Aku nggak jadi makan di rumah. Aku ada urusan mendadak.” Gemilang berkata cepat dan tidak menggubris semua ucapan Cherry tadi. “Mas! Aku gimana?” tanya Cherry tak terima dan mencegah kepergian Gemilang. “Sayang, kamu makan aja di sini sama mama dan Deby. Nanti, kalau urusan aku udah selesai, aku akan langsung jemput kamu dan anterin kamu pulang kok,” ucap Gemilang berusaha menghibur Cherry dan membujuknya. “Kenapa kamu tiba-tiba ada urusan penting, Mas? Jangan bilang kalau kamu mau ketemuan sama mantan istri kamu yang nggak guna itu! Kamu nggak terima kalau akhirnya dia duluan yang menggugat cerai kamu ke pengadilan?” “Bukan gitu, Sayang. Aku hanya ingin pergi ke pengacaraku, karena ada hal yang ingin aku pastikan sama dia.” “Apa, Mas? Aku memangnya nggak boleh tau, ya? Aku kan bentar lagi jadi istri kamu, dan kamu masih mau nyimpan rahasia dari aku?” Gemilang sungguh tidak bisa lagi menghadapi kenyinyiran Cherry saat ini. Dia menyadari bahwa Cherry dan Renata adalah dua wanita yang berbeda. Begitu pula dengan reaksi Deby dan Mayang yang kini saling berpandangan dengan heran. Mereka tentunya tidak menyangka kalau ternyata Cherry seprotektif itu pada Gemilang. Tidak ingin niat aslinya ketahuan oleh Cherry, Gemilang memutar otak mencari alasan agar bisa pergi dengan cepat dan tidak membuat gadis itu curiga kepadanya. “Gini, Sayang. Aku menyimpan semua dokumen penting mengenai harta atau asetku di pengacara yang selama ini dikenal baik sama Renata. Aku takut kalau Renata mengambil alih semua aset dan hartaku atas nama dia,” terang Gemilang yang akhirnya menemukan alasan untuk membohongi Cherry. “What? Kalau gitu, buruan kamu temui dia, Mas. Aku nggak mau kamu jatuh miskin karena semuanya diambil sama perempuan itu, Mas!” desak Cherry tiba-tiba saja mendorong pelan tubuh Gemilang untuk pergi. “Ma ... kayaknya dia nggak secinta itu sama mas Gem. Keliatan kan, kalau waktu mas Gem bilang soal harta dan aset, dia langsung gercep suruh mas Gem mengurusnya. Dia bilang nggak mau kalau mas Gem jatuh miskin,” bisik Deby pada Mayang dengan suara nyaris tak dapat didengar. “Iya, By. Kayaknya nih cewek gila harta juga, By. Kalau gini caranya, kita nggak bisa biarkan Gemilang terlalu nurut sama dia kalau beneran nikah nanti,” balas Mayang yang juga berbisik halus di telinga Deby. “Benar, Ma. Aku nggak mau kalau semuanya nanti justru diambil alih sama dia. Bisa-bisa, kita jadi gembel nanti, Ma.” “Kalau gitu, berarti Renata memang lebih baik dari dia, By. Setidaknya, Renata bisa kita atur dan kita suruh-suruh buat kerja di rumah ini. Dia kayaknya agak sulit nih kita kendalikan,” ucap Mayang lagi dan memandang sinis pada Cherry yang kini menghantarkan Gemilang sampai ke depan pintu. “Mama benar banget, Ma. Kita harus hati-hati aja sama dia.” “Hati-hati sama siapa, By?” tanya Cherry dengan nada heran karena mendengar ucapan Deby pada Mayang saat ini. Deby dan Mayang saling bertatapan dengan wajah cemas karena pertanyaan Cherry. “Sama Renata, dong Sayang. Kita nggak tau kan apa yang mungkin dia lakukan sama keluarga kita nanti? Jadi, mulai sekarang kita harus hati-hati sama dia,” jelas Mayang mendahului Deby yang mungkin saja akan keceploan seperti tadi. “Oh iya. Tante benar banget tuh. Tapi, nggak perlu terlalu takut, Tan. Aku yakin dia nggak sehebat itu sampai bisa membuat kita berada dalam masalah,” ucap Cherry dengan nada merendahkan Renata. “Kalau gitu, sekarang kita makan aja dulu, Mba. Mba Cherry pasti udah lapar banget kan?” tanya Deby mengalihkan pembicaraan mereka saat ini. “Hmm ... aku mendadak jadi nggak lapar nih. Aku mau istirahat aja di kamar mas Gemilang boleh nggak? Aku tungguin mas Gemilang aja baru nanti makan bareng dia.” “Tapi, Mba ... kamar mas Gemilang masih banyak barang-barang mba Renata.” “Jadi, dia beneran nggak bawa apa-apa dari rumah ini?” “Nggak, Mba. Lagi pula kan semuanya dibeliin sama mas Gemilang.” “Kalau gitu, kamu buang aja semua barang dia yang ada di kamar mas Gemilang. Aku nggak mau liat ada satu pun barang dia tersisa di sana. Soalnya, nanti aku kan yang akan menempati kamar itu sama mas Gemilang,” titah Cherry dengan gayanya yang arogan dan membuat ibu sama anak itu saling menatap tak percaya dengan yang baru saja mereka dengar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD