HIILARY melambaikan tangannya pada Angkasa. Hari ini ia sangat lelah, semua ini karena ia harus menghabiskan waktu bersama Angkasa. Bukan salah Angkasa sebenarnya, ia sendiri yang memutuskan untuk ikut dengan Angkasa. Dan yang lebih membuatnya lelah adalah kenyataan bahwa Angkasa dan Jullio ternyata saudara kandung. Sepanjang jalan, ia terus memikirkan kenyataan bahwa kedua orang yang saat ini dekat dengannya adalah saudara kandung. Bahkan, saat ia sampai di rumah pun, ia masih juga memikirkan mereka berdua. Gerbang rumah dibuka oleh satpam yang berjaga di rumahnya. Begitu memasuki garasi mobilnya, mobil Jullio sudah tidak ada di sana. Hillary mendesah lega. Ia hanya takut kalau ayah atau kakaknya memergoki laki-laki di rumahnya. “Hay,” sebuah suara mengagetkan Hillary. Gadis itu terlon