4. mulai posesif

1080 Words
Austin pulang ternyata tidak seperti yang Krystal bayangkan. Dia kira Austin pulang kerja sekitar pukul tiga atau empat sore, ternyata pulangnya pukul delapan malam. "Kenapa kamu masih menggunakan pakaian itu?" tanya Austin yang terkejut menemukan Krystal masih menggunakan pakaian yang sama dengan sebelum dia berangkat kerja tadi. "Aku tidak memiliki pakaian ganti, dan aku juga tidak membawa ponsel untuk menghubungi ibu untuk mengantarkan pakaian ke sini," jawab Krystal. "Cih, mandilah! Aku akan membelikanmu pakaian." Austin kembali keluar dari penthouse-nya meninggalkan Krystal, dan Krystal pun juga tidak melakukan apa-apa karena dia sudah dari tadi selesai mandi. Tidak lama menunggu, akhirnya Austin kembali membawa dua totebag yang berisi pakaian dan memberikan kepada Krystal. Krystal menerima totebag itu dan berlari ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Isi totebag itu sangat lengkap, ada pakaian wanita beserta dalaman, dan juga alas kaki. Setelah mencobanya, ternyata pakaian yang dibelikan oleh Austin sangat pas di tubuhnya. "Sudah selesai?" tanya Austin dari luar kamar. Krystal yang sudah selesai mengganti pakaiannya segera menuju ke arah pintu, lalu membuka pintu kamar. "Aku akan mengantarkanmu mengambil barang-barangmu ke rumahmu," ujar Austin. "Tidak perlu, bolehkah aku meminjam uangmu? Aku akan pergi sendiri karena aku juga akan membawa mobilku ke sini, besok aku harus ke kampus karena masih banyak hal yang harus aku urus," tolak Krystal. Austin tidak menerima penolakan, dengan cepat dia menarik tangan Krystal dan membawa keluar dari penthouse menuju parkiran. Tanpa berbicara sepatah kata pun, dia melajukan mobilnya menuju rumah keluarga Krystal. Mobil Austin berhenti tepat di depan rumah keluarga Krystal. "Kakak tidak mampir?" tanya Krystal karena Austin masih diam di dalam mobil dan sepertinya tidak berniat turun dari mobil. "Tidak. Cepatlah! Aku tidak memiliki banyak waktu untuk menunggumu." Krystal tidak bertanya lagi setelah mendengar jawaban Austin, dia langsung turun dari mobil dan memasuki rumahnya. "Bagaimana keadaanmu, Nak? Apakah Austin melakukan hal di luar batas kepadamu?" tanya ibu dan ayah Krystal kepada Krystal. Mereka takut Austin akan melampiaskan marahnya kepada Krystal karena ditinggal oleh Cindy. "Tidak, Bu. Dia tidak melakukan hal yang macam-macam. Apakah sudah ada info tentang Cindy?" tanya Krystal sambil berjalan ke arah kamarnya dan kedua orang tuanya mengikutinya. "Tidak, kami sudah meminta polisi juga untuk mencari Cindy. Tapi sulit karena Cindy kabur bukan hilang." "Sebelum Cindy kabur apakah dia ada bercerita hal-hal aneh kepada ibu, atau gerak-geriknya yang mencurigakan?" tanya Krystal sambil memasukkan pakaiannya ke dalam koper besar. Tidak lupa juga dia menyiapkan bahan-bahan skripsinya dan yang berhubungan dengan kampusnya. "Tidak, Nak. Tidak ada yang mencurigakan darinya." Krystal menghela nafas kasar, dia sama sekali tidak tau kenapa kakaknya kabur. "Baiklah, Bu, aku pergi dulu. Austin sudah menunggu di mobil," ujar Krystal menarik kopernya keluar dengan membawa satu tas yang berisi laptop dan lain-lain yang berhubungan dengan kuliah dan skripsinya. "Sudah?" Krystal menganggukkan kepalanya kemudian melambaikan tangan kepada ayah dan ibunya, sebelum akhirnya mobil Austin keluar dari pekarangan rumahnya. "Kak ...." Austin mengalihkan pandangannya kepada Krystal sebentar, kemudian kembali fokus menyetir. "Bolehkah kita mampir di restoran sebentar?" tanya Krystal takut-takut. Austin tidak menjawab pertanyaan Krystal, tapi membawa mobilnya ke sebuah restoran terdekat. "Kakak ikut keluar?" tanya Krystal sebelum dia keluar dari mobil, tapi Austin menggelengkan kepalanya. Krystal pun tidak mempedulikannya, kemudian keluar dari mobil dan memasuki restoran. Langsung saja dia memesan makanan yang sekiranya akan membuat dia kenyang, setelah itu dia mencari tempat duduk. "Krystal!" Merasa namanya dipanggil, Krystal pun mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara, dan betapa terkejutnya dia melihat siapa orang yang memanggilnya. "Robert!" Pria yang memanggil Krystal itu dengan cepat berdiri lalu menghampiri Krystal dan memeluk tubuh Krystal. "Kamu ke mana saja? Aku menghubungimu tapi ponselmu tidak pernah aktif, aku juga mencarimu ke rumahmu tapi kata orang tuamu kamu tidak di rumah." Krystal gelagapan tidak tahu akan menjawab apa. Robert adalah kekasihnya, mereka sudah berpacaran kurang lebih tiga bulan, dan saat ini dia tidak tau bagaimana caranya mengatakan kepada Robert. Hingga, tubuhnya tiba-tiba ditarik ke belakang dengan kasar oleh seseorang, membuat pelukannya dengan Robert terlepas. "Untuk saat ini status wanita ini adalah istriku, tunggulah sampai aku menceraikannya baru kamu boleh mendekatinya lagi," ujar Austin yang merupakan orang yang memisahkan mereka. "Apa maksudnya, Krystal? Bukannya ini suami kakakmu?" "Robert, dengarkan aku–" belum sempat Krystal menyelesaikan ucapannya tangannya sudah lebih dahulu ditarik oleh Austin, dan dia dibawa keluar dari restoran itu. "Kak, kamu apa-apaan?" tanya Krystal menarik kuat tangannya dari tangan Austin. Tapi bukannya menjawab, Austin malah memberikan tatapan tajam kepada Krystal, membuat nyali Krystal ciut seketika. "Saat ini kamu adalah istriku, aku tidak suka apa yang menjadi milikku disentuh oleh orang lain!" "Tapi pernikahan kita tidaklah sungguhan, pernikahan kita hanya untuk penutup malu. Kakak akan menceraikanku, jadi apa salahnya aku bersama pacarku?" Austin masih menatap Krystal dengan tatapan tajam, dia juga melangkahkan kakinya semakin mendekat kepada Krystal, membuat Krystal semakin mundur ke belakang hingga tubuhnya terpojok pada mobil yang ada di belakangnya. "Bagiku pernikahan adalah pernikahan, tidak ada yang main-main. Selama aku belum menceraikanmu, kamu adalah milikku. Jangan mencoba untuk bermain-main di belakangku, atau kamu akan tau sendiri akibatnya!” tegas Austin dengan suara dingin yang teramat dingin, sorot matanya masih menatap Krystal dengan tajam. Krystal dengan bersusah payah menelan ludahnya, kemudian membawa pandangannya ke arah lain karena takut melihat mata Austin, selain itu dia juga merasa gugup. "Masuklah! Aku akan membawamu ke restoran lain," Austin membukakan pintu mobil untuk Krystal, dan mau tidak mau Krystal harus masuk ke dalam mobil. Mobil mereka melaju ke sebuah restoran yang tidak begitu jauh dari restoran sebelumnya. Setelah berhenti, Austin pun memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobil, diikuti oleh Krystal di belakangnya. "Kamu ingin makan apa?" tanya Austin ketika mereka sudah duduk di dalam restoran itu. "Terserah saja, aku tidak memantang dengan makanan," jawab Krystal, sedari keluar dari restoran pertama tadi dia menjadi tidak banyak bicara. "Tadi siang kamu makan apa saja?" "Mie instan." "Ck!" Austin berdecak. Dia tidak bertanya lagi, kemudian memesan makanan untuk dirinya dan juga Krystal. Setelah makanan itu datang dia langsung memberikan kepada Krystal, tanpa mencicipinya sedikit pun. "Kakak tidak makan?" "Tidak, aku sudah kenyang." Krystal pun tidak bertanya lagi dan memakan makanan itu dengan lahap. *** Pada malam harinya Krystal kembali tidur di sofa. Dia terbangun di tengah malam dengan keadaan kamar yang sudah remang-remang, hanya menyisakan lampu tidur. Namun, dia tidak sengaja mendengar suara suaminya yang sepertinya sedang menelpon. "Aku tidak peduli, aku ingin kalian menemukannya secepatnya. Setelah itu aku akan menceraikan adiknya," ujar Austin kepada orang lawan bicaranya di telepon. " ... " "Pokoknya dalam waktu satu minggu kalian sudah harus menemukannya, aku tidak bisa menahan emosiku terlalu lama kepada adiknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD