PART. 11 MAAFKAN MOMMY

1026 Words
Ajeng membawa Yudha duduk di kursi taman yang ada di samping bengkel. Taman masih berada di dalam pagar yang mengelilingi bangunan bengkel. "Apa ada yang terjadi antara Yudhis dan Mitha, Mas. Anak itu seperti orang yang terserang malarindu saja" "Tadinya aku pikir ini tidak terlalu penting untuk aku ceritakan padamu, Dek. Selain itu aku juga takut nanti malah jadi beban pikiranmu" "Ceritakan saja Mas, aku tidak akan apa-apa" pinta Ajeng. Yudha menatap istri pertamanya, istri yang menemaninya sejak mereka hidup susah. Istri yang mengikhlaskannya untuk menikahi Yuki, dengan perjanjian yang akhirnya perjanjian itu harus diabaikan. Karena cinta Yudha yang akhirnya terbelah menjadi dua. Untuk Ajeng dan untuk Yuki (tidak perlu dijelaskan panjang lebar ya, sudah pada baca CINTA YANG TERBELAH kan?) "Beberapa hari lalu, seperti kami ceritakan, Mitha menginap di rumah. Malam itu aku dan Yuki ada urusan di luar rumah, mereka tinggal di rumah bersama asisten rumah tangga. Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka, saat kami pulang, kami menemukan mereka sedang berciuman di sofa ruang tengah" "Astaghfirullah hal adzim" Ajeng menutup mulut dengan telapak tangannya. "Yuki murka, Yudhis ditampar mommynya. Mitha berusaha membela Yudhis, dia mengatakan kalau dirinyalah yang meminta Yudhis mengajarinya berciuman" "Ya Allah" Ajeng menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mitha kembali ke rumahnya malam itu juga. Sampai sekarang Yuki masih marah pada Yudhis." "Lalu bagaimana dengan Mitha?" "Pagi tadi orang tuanya datang ke rumah, meminta maaf atas sikap putri mereka yang menimbulkan keributan di rumah kami. Mereka bilang, Mitha akan segera pindah ke Bandung, dia akan meneruskan kuliah di sana. Dan itu atas keinginan Mitha sendiri. Orang tuanya sudah berusaha membujuknya, tapi anak itu masih pada pendiriannya" "Kenapa Mitha ingin pergi?" "Dia merasa sangat bersalah, dia bilang kalau dia masih di sini dia takut membuat kekacauan lagi" "Apa Yudhis sudah tahu soal ini?" "Yudhis belum tahu" Yudha menggelengkan kepalanya. Ajeng menarik napas dalam, ditatap wajah suaminya. "Aku yakin, Yudhis akan semakin kacau kalau Mitha benar-benar pergi. Saat ini saja dia sudah terlihat kacau, Mas" "Aku tidak tahu kenapa dia bisa seperti ini, Dek. Putus dari Alea yang tiga tahun dipacarinya, dia terlihat biasa saja. Seakan tidak menjadi beban di dalam hatinya. Tapi baru sebentar tidak melihat Mitha, dia sudah kehilangan fokusnya" "Mungkin dia memang sudah lama merasa hambar dengan Alea. Mas bisa bayangkan, apa enaknya berpacaran sembunyi-sembunyi, bukan karena tidak direstui, tapi karena menjaga privasi Alea. Mungkin sudah lama Yudhis merasa tidak dianggap, tidak dihargai oleh Alea. Jadi saat ada alasan untuk putus, dia langsung mempergunakan kesempatan dengan sebaiknya" tutur Ajeng menguraikan apa yang dipikirkannya. Yudha menghempaskan napasnya "Bisa jadi begitu, Dek. Dan aku tidak tahu, sejak kapan Yudhis menyukai Mitha, dalam artian bukan sebagai abang pada adiknya, seperti yang selama ini kita ketahui" "Perasaan berbeda itu mungkin sudah lama ada, hanya saja Yudhis mungkin baru menyadarinya. Mungkin ada satu hal yang terjadi, sehingga membuat hati Yudhis terbuka  kalau sebenarnya dia mencintai Mitha" "Menurutmu, apa yang harus kita lakukan, Dek. Yudhis sudah cukup dewasa untuk menikah, usianya sudah 27 tahun, sedang Mitha masih terlalu muda, 18 tahun saja belum. Apa Yudhis harus menunggu Mitha dewasa?" "18 tahun memang masih terlalu muda, tapi Yuki waktu Mas nikahi usianya baru 17 tahun." "Itu hal berbeda, Dek. Kami menikah atas keinginan keluarga Yuki. Sedang Mitha, apa iya Pram dan Hanum mengijinkan putri kesayangan mereka menikah cepat" "Sebaiknya kita bicarakan ini dengan Yuki dulu, jika Yuki tidak keberatan, baru kita bicara dengan Yudhis, kita tanya apa yang diinginkannya. Kalau dia memang ingin Mitha jadi istrinya, baru kita temui orang tua Mitha. Kalau tidak kita bicarakan masalah ini tidak akan selesai. Kalau tidak kita coba bertanya pada orang tua Mitha, kita tidak akan tahu bagaimana jawaban mereka." "Kamu benar, Dek" Yudha menggenggam lembut jemari istrinya. "Aku kasihan melihat Yudhis seperti ini, kita harus membantunya sebisa kita, Mas" "Aku setuju, Dek" Yudha menganggukan kepalanya. **** Yuki dan Yudha datang ke rumah Pram sore ini. Yuki sengaja menunggu Yudha pulang dari bengkel dulu. Yuki akan mencoba membujuk Mitha agar tidak pergi. Sesungguhnya Yuki merasa bersalah karena sudah membuat Mitha ketakutan akan reaksinya yang terlalu keras. Hanum mempersilahkan Yuki untuk menemui Mitha di kamarnya. Yuki berdiri di depan pintu kamar Mitha, dilepas cadar yang menutupi wajahnya, lalu diketuknya pintu kamar dengan perlahan. "Masuk" sahut suara dari dalam. Perlahan Yuki membuka daun pintu, kepalanya melongok ke dalam. "Saha?" Mitha yang sedang berbaring di ranjangnya, segera turun dari ranjang. "Mommy, Sayang. Boleh Mommy masuk?" Tanya Yuki yang sudah berdiri di ambang pintu yang sudah dibukanya. Mata Mitha membola, ingin sekali ia berlari memeluk Yuki, untuk menumpahkan rasa rindunya. Tapi ia hanya terpaku di tempatnya, dengan pipi berlinang air mata. Yuki yang bergerak mendekati Mitha, tanpa berkata-kata, Yuki meraih tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. Pecah tangis mereka berdua, untuk meluapkan kerinduan yang seakan sudah terpendam berpuluh tahun lamanya. Sedang kenyataannya mereka tidak bertemu baru satu hari saja. Yuki tidak bisa membayangkan, andai gadis yang sedang dipeluknya ini benar-benar pergi meninggalkannya. Saat Yuri, putrinya pergi untuk mengikuti suaminya, Yuki menangis setiap malam selama berhari-hari lamanya. Rasanya ia tidak ingin berpisah dengan putri satu-satunya. Tapi Yuki sadar, anak perempuan, pada akhirnya akan menjadi milik pria yang menjadi suaminya. Meski Mitha bukan putri kandungnya, tapi Yuki merasa tidak akan sanggup untuk berpisah dengannya. Mitha yang selama ini menjadi penghibur rasa sepinya. Dengan sikap kekanakannya, dengan celotehnya yang menggunakan tiga bahasa yang dia ucapkan dengan tidak sempurna. Dengan pertanyaan-pertanyaan ajaibnya, yang terkadang harus membuat Yuki berpikir keras untuk menjawabnya. Selama ini waktu Mitha mungkin lebih banyak dihabiskan bersama Yuki dari pada bersama orang tuanya yang pergi pagi pulang sore untuk bekerja. Itu karena Yuki selalu ada di rumah setiap harinya. "Maafkan Mitha, Mommy" ucapan Mitha membuyarkan lamunan Yuki yang masih memeluk Mitha. "Mommy juga minta maaf, Sayang" Yuki merenggangkan pelukannya. Mereka sama-sama menghapus air mata di pipi mereka. "Boleh Mommy duduk?" Yuki menunjuk ranjang Mitha, Mitha menganggukan kepalanya. Mereka duduk bersisian di tepi ranjang. Yuki mengusap pipi Mitha dengan lembut. "Maafkan mommy, karena bereaksi terlalu keras" ucap Yuki tulus. "Bukan salah Mommy, itu salah Mitha. Karena sudah mengajak Bang Yudhis berciuman, padahal itu dosa. Mitha berjanji untuk tidak akan menemui Bang Yudhis lagi. Agar Mitha tidak tergoda untuk mengajak Bang Yudhis berbuat dosa" celotehan Mitha yang polos membuat Yuki tersenyum, ia sudah begitu rindu mendengar celoteh gadis di hadapannya ini. BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD