10. Clara Attesia

1087 Words
Yang pakai garis miring, itu artinya flashback ya alias alur masa lalu. "NGGAK! Adam nggak mau dijodohin." Mendengar usul Mamihnya yang tiba-tiba saja ingin menjodohkan Adam, langsung aja membuat aktor film layar lebar itu protes keras. "Terus kamu nggak mau nikah, gitu?" Mamih Adam nggak mau kalah dengan nada suara Adam yang keras. "Ya mau, tapi nanti. Nggak mesti dijodohin juga kali, Mih." "Nanti kapan? Hah? Kamu udah dua sembilan loh, Dam. Masa nggak nikah-nikah sih? Mamih kesel tau nggak sih, tiap kali netijen-netijen nuduh kamu itu humu karena nggak nikah-nikah." Mamih menggerutu kesal. Ia menghempaskan punggungnya di sandaran sofa dan tangan terlipat di d**a. "Ya biarin aja apa kata netijen julid itu." "Heh! Kamu yang biarin, tapi Mamih yang kesel." Mamih betul-betul jengkel sekali tiap kali melihat komentar di postingan i********: Adam. Adaaaa aja komentar jahat yang nyempil di lapak postingan Adam. "Pokoknya Mamih tetap akan menjodohkan kamu." Adam berdecak pelan. "Tapi nggak usah dijodohin, kayak nggak laku aja aku nih. Nanti Adam cari sendiri calonnya. Mamih tenang aja." "Emang kamu mau kenalin siapa ke Mamih? Audi? Temen sesama artis yang katanya lagi deket sama kamu itu? Ih. Mamih nggak suka liat dia. Ganjen banget keliatannya." Mamih bergidik mengingat Audi. Meskipun ia jarang ketemu sama teman-teman Adam yang sesama artis, tapi ia tahu Audi itu orangnya kayak centil gitu. Bukan tipe-tipe menantu idaman buat Mamih. "Bukan dia. Yang lain deh, Mih." "Halah. Mamih nggak yakin sama cewek pilihan kamu tuh. Nanti kayak si Clara, sok-sok nggak mau komitmen, ujung-ujungnya klarifikasi dia lagi pacaran sama model luar negeri." Adam memijit pelipisnya kalau si Mamih sudah bawa-bawa Clara. Padahal ia tak ingin mendengar nama itu lagi. "Kamu mah sama aja kayak Abang kamu, Arjuna. Sama-sama nggak pinter milih cewek. Yang satu digantungin, satunya lagi diselingkuhi. Ih, pusing deh Mamih." Mamih kembali berceloteh dengan kekesalannya. Arjuna, anak pertamanya sudah pernah menikah. Namun bercerai karena mantan istrinya berselingkuh. Sedangkan Adam, bersahabat dengan seorang model cantik Bernam Clara Attesia. Hubungan mereka rumit tanpa status, namun terlihat seperti pasangan. Itu sebabnya, Mamih Adam pernah berharap Clara menjadi menantunya. Namun, harapan itu sirna setelah tahu bahwa Clara lebih memilih orang lain. "Terus, cewek pilihan Mamih udah yang paling bener, gitu?" tanya Adam, nada suara terdengar sarkas. "Oh, ya jelas. Mamih nggak akan salah pilih. Kamu tuh cocoknya sama Amelia." Mendengar sebuah nama yang disebutkan Mamihnya, kening Adam seketika bertaut. Entah kenapa ia merasa nama itu sedikit familiar. "Siapa namanya?" Adam justru bertanya, memastikan agar Mamihnya mengulang nama itu sekali lagi. "Amel. Amelia Kusumawati. Anaknya Tante Citra. Entah kamu masih kenal dia apa enggak, tapi kalian dulu sering tuh ketemu waktu kamu masih SMA. Sebelum kamu jadi artis kayak sekarang." Adam semakin mengerutkan keningnya, Mencoba mengingat kembali nama Amelia. Ah ya, dia ingat sedikit kayaknya. Kayak tidak salah, lebih dari sepuluh tahun yang lalu terakhir kali ia bertemu cewek bernama Amelia Kusumawati. Waktu itu ia masih kelas dua SMA, sedangkan Amelia kelas dua SMP. Mereka kenal karena Mamihnya ada sahabatnya Tante Citra alias Bundanya Amelia. Hm. Kayak apa ya sekarang wajah cewek itu? Pikir Adam. *** "Kamu tuh harusnya mulai belajar nyetir mobil dong, Mel." Aku hanya tersenyum sungkan mendengar saran dari Mamih yang sebetulnya sudah ia bilang berkali-kali. Namun, belum juga pernah kulakukan. "Biar kamu bisa ke mana-mana bawa mobil aja, biar lebih aman ketimbang motor. Adam mobilnya dua tuh, pake aja satu. Eh, jangan ding, minta beliin baru aja buat kamu. Duit kan banyak, Mel." Mamih meneruskan celotehannya, sementara aku cuma bisa terkekeh-kekeh. Mas Adam emang nggak pelit banget sih sama uang. Bahkan di dalam kartu ATM pemberiannya kepadaku, masih tersimpan uang yang lumayan cukup untuk membeli sebuah mobil. Eh, apa mending buat bangun toko kue aja ap ya? "Udah nyampe, Mel." Tepukan Mamih di lenganku membuatku seketika tersadar kalau mobil yang kami naiki sudah berhenti di sebuah butik ternama di Jakarta. Sekarang lagi weekend, Mamih ngajak aku shopping gitu deh. "Mel, pilih-pilih aja yang kamu suka bajunya." Aduh, bingung. Aku nggak tahu mau pilih yang mana. Semua baju-baju di sini bagus, keren-keren dengan model yang berbeda. Mamih malah sudah pergi ke stand lain buat milih baju sendiri, mungkin. Untungnya, pramuniaga di sini tuh nggak reseh kayak di mal-mal atau pasar tradisional gitu. Nggak diikutin terus pas kita lagi milih-milih baju. Jadi aku nggak ngerasa terintimidasi pas lagi milih-milih. "Amel, yang ini cocok nih buat kamu." Aku tersentak ketika tiba-tiba saja Mamih datang dari belakangku. Ia membawa dua buah baju dengan model yang sedikit berbeda. Model gaun yang cocok dipakai buat ke pesta. "Ketat, Mih,  kayaknya. Terlalu terbuka juga. Amel nggak bisa pakai beginian," kataku seraya memegang dua-duanya. Gaun yang satu terlihat ketat dan mungkin bisa saja membuat bagian tubuh tertentu kelihatan semakin menonjol. Sedangkan satunya lagi, gaun tanpa potongan leher dan tanpa lengan. Kayak gaun yang modelnya dari sebatas ketiak gitu loh, ih apa sih namanya. Aku nggak paham sama fashion. Pokoknya aku takut pakai gaun model beginian, ntar melorot, terus nampak d**a. Ah, nggak mau. "Udah ah, coba aja dulu. Pasti cantik deh kalo dipake sama kamu." Ya sudah lah, turutin saja titah sang Ratu. Aku dengan sedikit terpaksa masuk ke dalam kamar ganti. Aku lebih dulu memakai gaun yang dijepit di ketiak itu. Ketika kulihat penampilanku ke cermin di kamar ganti, kelihatannya oke juga sih aku pakai gaun ini. Ah, tapi nggak pede makainya. "Udah, Mih. Tapi kayaknya nggak coc--" Aku seketika menghentikan suaraku ketika kulihat Mamih ternyata sedang bicara serius dengan seorang wanita. Aku memicingkan mata untuk melihat wanita cantik bertubuh tinggi di depan Mamih. Hampir saja aku menjerit ketika baru kusadari bahwa itu adalah Clara Attesia. Seorang model terkenal yang namanya sampai ke mancanegara. "Tante apa kabar?" "Yah kayak yang kamu liat." Pertanyaan Clara dijawab Mamih dengan ketus sembari membuang pandangan ke arah lain. Namun, Clara malah tersenyum meskipun mendapat tanggapan kurang mengenakkan. "Adam … gimana kabarnya, Tante?" Seketika raut wajah Mamih semakin masam. "Baik. Baik-baik aja Adam tuh. Udah kan, nanya-nanya nya? Saya masih ada urusan lain." Mamih pun seketika melihat ke arahku yang masih bingung melihat percakapan canggung keduanya. "Eh, Amel … ya ampun, cantik banget kamu ternyata pake gaun ini. Udah, Mel. Ambil aja deh. Mbak, langsung bungkus, ya." Sebelum aku protes, Mamih sudah langsung memesan baju yang kupakai ini kepada Pramuniaga, beserta gaun lain yang belum kucoba. Aku sudah akan masuk kembali ke dalam kamar ganti, namun seketika pandanganku tertuju pada Clara Attesia yang ternyata masih ada di sini, ia tersenyum kepadaku. Dengan canggung, aku pun membalas senyumannya. Demi apaaa … aku baru saja disenyumin sama seorang model cantik nan terkenal ituuuu? Bersambung.... 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD