Mendengar penuturan Zahra, rasanya ada yang berkobar di dalam sini. Entah kenapa, aku seperti menangkap aroma kemenangan yang coba Zahra tunjukkan saat memintaku menanyakan perihal kedatangannya ke kantor ini pada suamiku sendiri. Apa dia tengah mengejekku dan kembali menyamakanku layaknya pecundang seperti hari itu? Gemuruh dalam d**a kembali datang tanpa diminta. Ya, rasa-rasanya dia memang sengaja menantang perang dan mengibarkan bendera permusuhan. Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan! "Aku perlu berbicara sebentar, Zahra," ucapku seraya menahan gejolak yang semakin menjadi dalam d**a. Detik ini, aku merasakan seperti ada lahar panas dalam dadaku dan siap kutumpahkan sekarang juga. Zahra mendengus kesal. Sepertinya … dia memang tak ada rasa sungkan sama sekali karena terus-menerus berus