Part 5

1198 Words
Natt baru saja memejamkan matanya. Ketika suara bantingan benda pecah memenuhi seluruh indera pendengarannya. Natt bangun terduduk, memaksa rasa kantuknya menyingkir sambil menurunkan kakinya dari ranjang. Suara di luar semakin berisik. Masih dengan pandangannya yang setengah mengabur, ia membuka pintu kamarnya. “Ada apa ini?” Natt terkejut melihat seluruh ruang tamu yang hancur berantakan, melenyapkan seluruh rasa kantuk yang masih tersisa dan seluruh pandangannya menjadi jelas. Pandangannya berputar, bukan hanya benda-benda yang pecah dan berhamburan di lantai. Melainkan seluruh kaca jendela dan kursi serta meja yang berada tidak pada tempatnya dengan posisi yang tak wajar. “Ada apa ini, Ayah?” tanya Natt tak mengerti. Ayahnya bersimpuh di lantai dan kaki pria bertubuh besar berada di pundak kedua pundak ayahnya. Menekan tubuh ayahnya hingga wajah ayahnya memucat karena rasa sakit yang tak tertahankan.   “Dia anakmu, Jon?” tanya pria lainnya yang berdiri tepat di depan ayah Natt, Jon. Langkah Natt berhenti, meragu untuk berjalan mendekat melihat betapa bengisnya tampang ketiga pria bertubuh besar itu. Tahu dirinya tak mungkin bisa mengalahkan ketiga pria berperawakan tinggi besar dengan penampilan menjijikkan itu. Tato yang hampir memenuhi seluruh kulit lengan dan leher. Dengan anting ditindik di bibir dan hidung serta kalung rantai di leher. Tetapi nalurinya sebagai seorang anak yang melihat ayahnya dalam kesulitan membuatnya berlari menghampiri Jon. “Kemari gadis cantik.” Pria yang berdiri di depan Jon melambai, membuat Natt menghentikan langkah untuk kedua kalinya. Kali ini ketakutannya benar-benar tak terelakkan. “Berapa hutang ayahku?” Natt tahu ini pasti ada hubungannya dengan hutang. Hutang ayahnya yang seratus juta saja nyaris belum terlunasi sama sekali dan sekarang entah berapa nominal lagi yang harus ia tanggung atas keegoisan ayahnya. Pria itu tertawa geli. “Kau ingin melunasinya?” Natt mengangguk meski tak yakin, tatapannya teralih pada pistol yang ada di tangan pria itu. Setidaknya ia hanya perlu menunda waktu agar ayahnya tidak mati di rumah ini, kan? Pria itu memberi isyarat pada kawannya yang lain yang berdiri di sebelah kiri Jon. Yang langsung menyebutkan nominal di luar akal sehat. Tubuh Natt langsung tersungkur di lantai. Mengulang total hutang ayahnya dengan bibir bergetar. “L-lima ratus ... l-lima ratus juta?” Ia bahkan harus bekerja dengan susah payah untuk melunasi hutang ayahnya yang seratus juta dan mengikatkan lehernya pada perusahaan milik bos berengsek itu. Lima ratus juta? Itu adalah jumlah paling tidak masuk akal yang pernah Natt dengar. “Apa itu jumlah yang masuk akal, Ayah?!” desis Natt tak bisa menahan kemarahannya. “10 juta, 25 juta, 50 juta, 80 juta dan terakhir 100 juta! Kenapa kau tidak membunuhku saja?! Kenapa kau harus membuat hidupku menderita seperti ini?!” Jon hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pasrah. “Kau bisa membunuhnya. Lakukan apa pun padanya!” teriak Natt pada pria itu. Tak peduli lagi dengan kegilaan ayahnya. Bahkan dari tatapan ayahnya yang sayu, ia bisa melihat ayahnya berada dalam pengaruh alkohol. Meski cukup sadar dengan keadaan genting di sekitar mereka.   “Nathalie sayang? Maafkan, Ayah.”   “Kau ... kau bukan ayahku!” Tatapan Natt menajam pada Jon. Kebencian yang akrab melapisi maniknya. “Aku sudah tahu anakmu akan mengatakan itu, Jon. Dia benar-benar anak yang tak berbakti. Apa kauingin aku mengajarinya dengan baik?” Natt mendongak, menatap pria yang berdiri di depan ayahnya kini berjalan mendekat. Pria itu berjongkok di depannya, mencengkeram rahangnya untuk melihat kedua sisi wajahnya dengan saksama seolah menilai sesuatu di sana. Natt memberontak dengan keras, tapi bahkan satu telapak tangan pria itu hampir memenuhi wajahnya. Tentu saja seluruh kekuatan yang ia kerahkan hanya seperti lalat yang hinggap di pundak pria itu. “A-apa maksudmu?!” geram Natt. Menahan rasa sakit di rahangnya. Pria itu hanya menyunggingkan seringai dengan matanya yang bersinar kejam. “Dia bisa bekerja di tempat madam Lily. Apa kau setuju, Jon? Sepertinya tak butuh waktu lama sampai hutangmu lunas. Apa dia masih perawan?” Jon mengangguk, lalu menjawab dengan cepat dan mata yang bersinar serakah. “Dia tidak punya kekasih.” Dari dalam lubuk hatinya yang terdalam, Natt mengutuk dan berharap ayahnya mati dengan cara paling menggenaskan. Orang seperti itu tidak pantas menjadi seorang ayah. Orang seperti itu tidak berhak mendapatkan kasih sayangnya sebagai seorang anak. Natt semakin kuat melepaskan wajahnya dari cengkeraman pria bengis itu. Pria itu melepasnya bukan karena pemberontakannya, tapi karena memang ingin.   “Setidaknya jika kau tidak bertanggung jawab pada putrimu, kau tidak boleh memberikanku kesulitan semacam ini, Ayah.” Natt menatap penuh kebencian pada Jon, tetapi sebesar apa pun kebencian itu sama sekali tak memengaruhi ekspesi datar Jon ketika bertabrakan dengan maniknya. “Kau tidak pantas mendapatkan sebutan ayah.” “Cukup untuk pertemuan keluarga yang mengharukan ini. Mike, bawa dia!” perintah  pada Mike. Yang langsung menarik lengan Natt. Natt menyadari pria yang dipanggil Mike mulai menurunkan kaki dari pundak ayahnya dan beralih menatap dirinya. Tak ada waktu, Natt bangkit berdiri dan berlari sebelum pria bernama Mike mengambil langkah pertamanya. Natt berhasil melewati dapur dan membuka pintu dapur untuk melarikan diri, tapi tubuhnya ditangkap dengan mudah oleh tangan besar dari belakang sebelum kakinya menginjak tanah. Lalu ia merasakan tubuhnya melayang dan dipanggul seperti sekarung beras. Natt memberontak sekuat tenaga. Menendang, memukul, dan menjerit. Tapi semua usahanya sama sekali tak membuahkan hasil. Pria yang memanggulnya hanya bergeming, membawanya keluar rumah, melintasi jalanan kecil, dan membanting tubuhnya ke jok belakang sebuah mobil. “Aku mohon, lepaskan aku.” Tangisan, rengekan, dan permohonan Natt sama sekali tak didengar oleh ketiga pria itu. Natt akhirnya menyerah. Tenggorokannya kering dan seluruh tenaganya sudah habis. Dalam keheningan, Natt mengawasi ketiga pria itu dalam diam. Waktunya tak banyak dan ia pun tak tahu akan dibawa ke mana. Jalanan yang mereka lalui tampak asing. “Aku ... aku benar-benar akan membayar semua hutang ayahku.” Natt tak berhenti mencoba. “Selera humormu benar-benar menggelikan gadis kecil,” kekeh pria bernama Mike yang duduk di sampingnya. “Ijinkan aku menghubungi temanku. D-dia ... dia akan membayar semua hutang ayahku.” Mike melirik Natt, sama sekali tak tertarik dengan tawaran tersebut. “Aku mohon.” Natt menempelkan kedua telapak tangannya di depan wajah. “Aku benar-benar akan melunasi hutang ayahku. Semuanya.” Mike melirik ke arah temannya yang ada di duduk di jok depan. Membalas dengan isyarat mata. “Oke, bagaimana caramu melunasinya?” Natt nyaris menangis, udara seolah meringsak masuk ke dalam paru-parunya dengan keras oleh rasa lega yang membanjir. “P-pinjamkan aku ponselmu. A-aku akan menghubungi temanku.” Mike mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Natt. Natt langsung menerimanya, tangannya yang bergetar menekan deretan angka yang sudah dihafalnya di luar kepala. Panggilannya tersambung, tapi Ronald tidak mengangkatnya. Natt mulai gugup dan mencoba untuk kedua kalinya. Ketiga dan keempat Ronald masih tak menjawab panggilannya. Natt benar-benar putus asa. “Waktumu sudah habis.” Mike mengambil ponsel itu dengan paksa. “Tidak!” Kali ini Natt benar-benar menangis. “Dia ... dia mungkin masih tidur. K-kau tahu sekarang jam berapa, kan? Ijinkan aku menghubunginya lagi.” “Kita sudah sampai, tak ada waktu lagi.” Mobil berhenti di sebuah gang dengan penerangan minim. Pandangan Natt keluar jendela mobil dan melihat sebuah pintu yang dijaga dua pengawal berwajah garang seperti ketiga pria yang ada di dalam mobil.  Mike mencekal lengan atasnya dan menyeretnya keluar. Natt masih tak menyerah untuk menolak meski berakhir dengan cekalan Mike yang semakin menyakitinya. Putus asa dan tersudut, Natt menggigir tangan Mike sekuat tenaga. Berhasil, Mike mengerang dan cekalannya melonggar. Natt tak melewatkan kesempatan itu sedetik pun, memaksa kakinya berlari secepat mungkin. Namun, lagi-lagi usahanya berakhir memilukan. Hanya butuh beberapa detik bagi Mike dan kawan-kawannya untuk menangkapnya. Memanggul tubuhnya kembali ke tempat tergelap di seluruh kota.   *** 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD