Part 1

1106 Words
Satu bulan yang lalu .... “Nathalie Emilie?” Darren menggaruk dagunya yang tak gatal. Menatap berkas di hadapannya dengan rasa penasaran yang memuncak di ubun-ubunnya. Wanita dengan penampilan polos dan menggoda di saat yang bersamaan. Tipe wanita kesukaannya yang paling sempurna yang pernah ia temui di antara deretan-deretan wanita yang bersedia mencium kakinya. Wajah cantik, hidung mancung, dagu lancip, mata bulat sewarna langit cerah dan sangat indah. Hanya melihat kecantikan lewat foto saja sudah membuat Darren bergerak tak nyaman dan meneteskan liur. Satu-satunya wanita yang berhasil menarik perhatiannya dan mengusik rasa penasarannya selama lebih dari dua puluh empat jam.  Darren masih mengingat dengan jelas bagaimana wanita itu berpura terjatuh ke arahnya dan menumpahkan minuman di kemejanya dua hari yang lalu di pesta koleganya. Tak mengira ternyata wanita itu adalah seseorang yang bekerja padanya. “Jadi dia karyawanaku?” Darren tak menyangka akan ada kebetulan semacam ini di hidupnya. Kebetulan yang sangat menguntungkan. “Dan dia juga memiliki pinjaman perusahaan sebesar seratus juta yang dipotong tiga juta dari gajinya selama tiga tahun.” Darren hanya menyeringai. Wanita-wanita jaman sekarang memang sangat gila. Menghabiskan seluruh kerja kerasnya selama seharian penuh hanya untuk mempertahankan penampilan wow dan menggoda pria-pria kaya lalu bermimpi menjadi cinderella. Well, pria kaya dan dengan otak cemerlang serta akal sehat, mereka hanya menggunakan mereka untuk bersenang-senang. Ya, setidaknya kedua belah pihak akan saling menguntungkan, kan. Darren pun tak berkomentar apa pun lagi. “Bukankah dia karyawan baru?” Darren mengerutkan kening. Hanya pegawai tetaplah yang bisa mendapatkan pinjaman dana dari perusahaan. Itu pun dengan beberapa syarat yang sangat ketat. Apalagi dengan pinjaman di atas lima puluh juta seperti ini. “Sepertinya ada orang dalam yang membantunya.” Darren mengangguk-angguk paham. “Kau sudah menyuruh datang kemari?” “Ya, Tuan. Sepertinya dia sedang dalam perjalanan kemari. Sebentar lagi akan sampai.” “Oke. Kau bisa keluar sekarang.” Darren masih tertegun menatap pas foto Nathalie. Lalu mengulang membaca tentang wanita itu. Umur 23 tahun dua bulan yang lalu, tinggal di sebuah kontrakan murah di pinggiran kota, hanya memiliki seorang ayah dan ibu yang sudah meninggal. Tak ada saudara. Dan ... Ronald. Inilah yang paling menarik. Rupanya Ronald menyelipkan wanita itu untuk menjebaknya? Darren pun harus mengikuti permainan pria itu bukan? Ditambah, wanita ini cukup membuatnya beringasan. Jika Nathalie menggunakan orang dalam untuk mendapatkan pinjaman sebesar itu dari kantongnya. Maka tidak berlebihan jika ia menggunakan kekuasaannya untuk membuat wanita itu melunasi hutangnya dengan lebih cepat, bukan? Setidaknya ia harus melampiaskan gairah yang menggebu dan menuntaskan rasa penasarannya karena wanita itu. Sepertinya ini akan menjadi adil untuk kedua belah pihak.   ***   “Ronald? Dia memanggilku. Apa yang harus kulakukan?” Natt tak bisa menghentikan debaran jantungnya yang tak berhenti sejak managernya memberitahu bahwa sang bos besar perusahaan, menyuruhnya datang ke ruang CEO. Beberapa karyawan tampak terkejut mendengar pemberitahuan itu, dan Natt yakin mereka berbisik di belakangnya setelah ia keluar dari ruangan. Tidak sembarangan orang bisa menemui CEO perusahaan. Bahkan nyaris seluruh karyawan tetap perusahaan ini saja belum pernah melihat secara langsung CEO mereka. Mereka hanya tahu selentingan tentang CEO mereka yang memiliki ketampanan luar biasa, dan memiliki tubuh kekar dan kokoh. Pun dengan reputasinya yang bergonta-ganti menggandeng wanita seperti berganti pakaian. Sehari bisa tiga sampai lima kali. Dan dirinya yang baru bekerja selama dua bulan, tiba-tiba mendapatkan panggilan untuk datang secara langsung ke lantai teratas gedung ini, tentu saja mengundang rasa curiga yang teramat besar. Bahkan managernya pun bertanya-tanya apa dia melakukan kesalahan sangat besar yang fatal sehingga CEO sendiri yang harus turun tangan. Pun menebak-nebak jika dirinya adalah salah satu kerabat dari sang CEO. “Darren memanggilmu?” “Ya. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Aku gugup sekali. Bagaimana jika dia marah padaku?” “Tenanglah, Nathalie. Dia tidak akan menyakitimu jika menyuruhmu datang secara langsung ke ruangannya. Pasti dia menangkap umpan kita. Ini adalah kemajuan untuk rencana kita. Kau harus berhasil menarik perhatiannya. Baju apa yang kau kenakan hari ini? Apa kau memakai pakaian yang kubelikan untukmu?” Natt menunduk. Menatap kemeja putih dan rok pencil berwarna navy. Beberapa hari karena ia sibuk bekerja paruh waktu di mini market dekat tempat kosnya, hingga tak sempat mencuci pakaian kerjanya. Peraturan perusahaan yang mewajibkannya mengenakan atasan berwarna putih di hari Senin, Natt kebingungan harus mengenakan pakaian apa untuk hari ini. Tetapi kemudian ia melihat kantong besar yang ia letakkan di sudut kamar pemberian Ronald beberapa hari yang lalu, dan menemukan salah satunya atasannya berwarna putih. Natt pun memakainya. “Ya,” jawab Natt.   “Bagus. Benar-benar pilihan yang tepat untuk hari ini. Aku tak berhenti bersyukur akan keberuntungan beruntun ini. Warna apa yang kau pakai?” “Putih?” “Well, semua berjalan dengan lancar. Aku sengaja memilih bahan paling tipis agar penampilanmu sempurna dan menarik perhatian Darren.” “A-apa maksudmu?” Natt tak memahami kalimat Ronald. Dan saat sekali lagi memperhatikan penampilannya di depan cermin toilet. Ia baru menyadari bahan terlalu tipis itu membuat bra berwarna pinknya tampak jelas membayang. “Kau harus membuka tiga kancing teratas kemejamu. Aku bertaruh dia akan mengingat setiap lekuk tubuhmu dan akan mengejar-ngejarmu.” “Ronald, sepertinya bukan ini rencana yang kaukatakan padaku dua hari yang lalu. Kau hanya bilang untuk menarik perhatiannya dan setelah itu semua kau yang menyelesaikannya.” Natt mulai tak nyaman dengan detail perintah-perintah Ronald. Dengan baju setipis ini saja, tubuh bagian atasnya sudah nyaris terlanjang, lalu bagaimana jika ia benar-benar harus membuka tiga kancing teratas. Belahan dadanya pasti akan tampak sangat jelas, dan ia akan sepenuhnya telanjang. “Ayolah, sayang. Kau sudah berhasil menggodanya dua hari yang lalu. Kali ini hanya membuat rasa penasarannya padamu semakin menggebu dan menumpuk tentu tak akan lebih sulit. Kau hanya perlu bersikap polos dan terlihat menggoda. Dia menyukai wanita semacam itu.” “T-tapi ...” “Bukankah kau berjanji akan membantu rencanaku untuk membalas sakit hatiku pada Darren?” Bibir Natt terkatup rapat. “Baiklah. Aku akan berusaha melakukannya sebaik mungkin.” “Aku mencintaimu, sayang.” Nada puas keluar dari bibir Ronald. Lalu kecupan jauh sebagai pemanis dan rayuan yang tak mungkin bisa ditolak oleh Natt. “Kau harus membuatnya menunggu selama ... lima menit. Sepertinya itu cukup. Jangan lupa urai rambutmu dan sampirkan ke sebelah kiri. Kau memiliki pundak dan leher yang membuat para wanita iri. Jangan sembunyikan itu untuk dirimu sendiri. Apa kau mengerti?” Natt hanya bisa mengangguk dan menggumamkan kata ya. Hatinya tak pernah setuju melakukan hal ini sejak Ronald meminta bantuan padanya. Permohonan pria itu tak pernah mampu ia tolak. Ronald mengakhiri panggilannya. Sedangkan Natt masih tertegun di depan cermin, dengan kegugupan yang semakin tak terkendali. Berkali-kali ia menyampirkan rambutnya seperti yang diinstruksikan Ronald, berkali-kali pula ia kembali mengikatnya. Belum dengan belahan dadanya yang sangat rendah, Natt pun memilih menautkan kancing bajunya. Sepertinya ia akan membukanya setelah sampai di depan pintu ruang CEO. Ia hanya perlu menarik perhatian seorang Darren Ario Ellard, bukan pria-pria lain yang akan ia temui selama dalam perjalanan ke lantai tertinggi gedung ini.   *** 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD