Natt tak berhenti menggosok-gosokkan telapak tangannya yang menempel di perut dengan panik. Saling menggenggamkan dengan erat dan basah oleh keringat. Rasanya darah Darren masih menempel di sana meskipun ia sudah mencuci bersih tangannya. Natt kembali duduk, entah ke berapa puluh kalinya sejak Darren dibawa ke rumah sakit dan menghilang di balik pintu ganda berwarna putih yang ada di hadapannya saat ini. Suasana lorong sangat sunyi, terasa begitu mencekam bagi Natt. Tak jauh dari tempatnya, pengawal Darren berdiri tegap dengan ekpresi datar. Sama sekali tak terusik dengan kepanikannya. Sampai akhirnya pintu di depannya terbuka, Natt bergegas melompat berdiri dan menghampiri dokter yang tengah membuka masker dengan beberapa noda darah di sana. “Bagaimana keadaannya, Dok?” Natt menahan na