keberanian

1399 Words
Elena melangkahkan kakinya menuju lorong Kelab untuk mengganti pakaiannya. Namun langkahnya terhenti saat seseorang menyapa dari belakang. "Elena.." Elena menoleh kebelakang lalu balik badan. "Pak Hardi?." Ucap Elena menatap wajah atasannya yang sudah berdiri di belakangnya. "Ikut saya." Hardi langsung berjalan di depan mendahului Elena. "Ada apa pak? tanya Elena mengikuti Hardi dari belakang. "Bos memanggilmu.," jawab Hardi menoleh ke arah belakang dan menghentikan langkahnya. "Bos?" tanya Elena mengerutkan dahinya tak mengerti sembari menghentikan langkahnya. Hardi mengangguk, "aku juga tidak tahu, ada urusan apa dia memanggilmu ke kantornya." Hardi menarik lengan Elena lalu dia mempercepat langkahnya menuju kantor Reegan bos besar Fable Night Club. Elena menepi saat Hardi membukakan pintu dan berjalan masuk ke dalam kantor. Di ikuti Elena dari belakang. "Tuan, ini Elena." Hardi melirik Elena yang berdiri di belakang Hardi lalu ia menarik lengan Elena untuk maju ke depan. Elena maju dua langkah di depan Hardi. Menatap seorang pria berwajah rupawan tengah duduk di sofa bersama seorang pria yang Elena kenal. "Lucian.." ucap Elena dalam hati. "El..perkenalkan itu tuan Reegan bos kita." Lucian memperkenalkan. Elena menoleh ke belakang menatap Hardi lalu ia menganggukkan kepala kembali mengalihkan pandangannya menatap Reegan dan Lucian yang tengah memperhatikannya. Elena mendengar suara pintu ditutup lalu ia menoleh lagi ke belakang mendapati Hardi sudah meninggalkan ruangan. Elena menghela napas dalam lalu ia hembuskan dengan pelan. Ia merasa tak nyaman dengan tatapan kedua pria di hadapannya. Jantung Elena berdegup kencang tidak karuan, ia baru mengetahui jika Lucian masih bos kedua di tempat ia bekerja. "Elena," ucap Reegan berdiri menghampiri Elena. Dan berdiri di hadapannya. Lalu pria itu menarik satu kursi dan mempersilahkan Elena untuk duduk. Elena membungkukkan badan sesaat lalu ia duduk di kursi. "Kau bekerja disini baru enam bulan bukan begitu? tanya Reegan pada Elena yang terdiam meremas ujung kemejanya. Elena mengangkat wajahnya menatap Reegan lalu menganggukkan kepala. "Iya.." jawabnya singkat. "Sudah berapa lama kau mengenal Risma? Reegan membungkukkan badan, kedua tangan mencengkram kursi menatap wajah Elena. Jantung Elena berdetak kencang saat wajah Reegan begitu dekat dengan wajahnya, hingga ia dapat melihat jelas pemilik wajah rupawan bermata gelap. "Enam bulan." Jawab Elena singkat berusaha untuk tenang. Reegan berdiri tegap, menyilangkan kedua tangannya di d**a. "Apa kau tahu, apa yang sudah di lakukan sahabatmu? tanya Reegan berubah menjadi dingin. Elena kembali menggelengkan kepala. Reegan kembali membungkukkan badan kedua tangan mencengkram kursi tempat Elena duduk. "Temanmu telah mencuri uang perusahaan, dan dia menyimpannya atas namamu Elena. Elena tertawa kecil menganggap ucapan Reegan hanya lelucon. "Tidak mungkin." "Apa aku terlihat berbohong? Reegan menatap tajam wajah Elena. Jelas terlihat gurat amarah di wajahnya, Elena terdiam menelan saliva nya susah. "Ta,tapi..aku tidak tahu apa apa.." ucap Elena terdengar bergetar. "Kau..bisa ambil kembali uangnya,aku juga tidak perduli dengan uang itu." Elena memberanikan diri. Reegan tersenyum sinis menatap Elena. "Kau tetap harus ikut bertanggung jawab." Ia berdiri lalu balik badan duduk di sofa. Elena menatap Reegan dan Lucian bergantian. "Apa yang akan kau lakukan padaku?" tanya Elena bergetar. "Mudah." Reegan melirik Lucian yang tengah memperhatikan Elena, lalu kembali menatap ke arah Elena. "Aku mau kamu.." ucap Reegan penuh penekanan. Elena terhenyak mendengar ucapan Reegan, ia sudah berfikiran jauh akan ucapan Reegan baru saja. "Aku?. tanya Elena membulatkan matanya. Reegan dan Lucian saling pandang. lalu mereka tertawa keras membuat Elena begidik ngeri. Elena berdiri, matanya menatap meja kerja Reegan lalu ia berjalan mendekati meja. Ia mencari kertas dan pulpen. Lalu ia ambil secarik kertas yang tergeletak di atas meja menuliskan kode pin kartu nya.Lalu ia berjalan menghampiri Reegan dan Lucian yang tengah tersenyum sinis memperhatikan Elena. Elena membuka tas nya lalu mengambil kartu Atm miliknya. "Ambillah uangmu, aku juga tidak butuh." Reegan menatap Lucian sekilas lalu kembali menatap Elena "Tolong lepaskan aku, dan jangan ganggu aku.." ucap Elena memberanikan diri, ia tidak ingin di perbudak rasa takut. "Aku berhenti dari kelab milik anda." Lalu Elena meletakkan kartu Atm nya dan secarik kertas. Sesaat ia tertegun lalu balik badan berjalan meninggalkan ruangan. Lucian mengerutkan dahi." Kau melepaskan dia? tanya Lucian pada Reegan. "Biarkan saja dulu, aku ingin melihat dia ketakutan." Reegan tersenyum lalu berdiri mendekati kaca ruangannya. Ia memperhatikan Elena dari balik kaca. "Elena.." wajahmu mengingatkanku pada Althea..wanita yang telah menghancurkan hidupku.."umamnya pelan. Namun Lucian dapat mendengar jelas ucapan Reegan. "Dan aku akan menghancurkanmu lagi Reegan lewat gadis itu.."cap Lucian dalam hati tersenyum sinis menatap punggung Reegan. **** Elena berjalan gontai menyusuri tepi jalan.Ia duduk di sebuah halte memperhatikan orang lalu lalang di depan sebuah Mall di seberang jalan. "Mungkin aku akan terima tawaran Arga, untuk bekerja di Kafe miliknya." Elena tersenyum tipis menghela napas dalam dalam. "Tiiitttt!! Suara klakson dan lampu depan sebuah mobil yang berhenti di depan Elena menyilaukan matanya. Elena menyipitkan matanya memperhatikan seorang pria turun dari mobil. " Arga? ucapnya pelan. "Kau sedang apa di sini? bukankah_?." "Aku berhenti bekerja." Potong Elena menatap Arga yang tengah duduk disebelah kiri Elena Arga tertawa kecil. "Kita memang jodoh." Arga senang mendengar Elena berhenti bekerja di Kelab. "Apa nya yang jodoh? Elena mengerutkan dahi menatap Arga. "Tidak ada.." jawabnya singkat. "Si,aku lapar..kau temani aku makan ya?." Arga berdiri mengusap perutnya. "Nggak mau, aku mau pulang." Elena tetap duduk tak bergeming. "Ayoo..." Arga menarik lengan Elena dan memaksa untuk ikut bersamanya. Lalu Arga membukakan pintu mobil. "Ayo masuk." "Tidak." Elena menyilangkan kedua tangan didada. "Ayo." Arga mengabaikan ucapan Elena. Ia mendorong pelan tubuh Elena ntuk masuk ke dalam mobil lalu menutupnya. Lalu ia masuk ke dalam mobil. "Kau itu gila..selalu memaksakan kehendakmu."Elena mendengus kesal. "Itulah aku." Arga mengangkat ke dua alisnya menatap Elena. "Dasar gila." Ucap Elena memaki. "Kau bodoh." Arga membalas makian Elena "Kau_?." "Memang benar bukan? Arga mengangkat satu alisnya menatap Elena "Apa? Elena menatap horor Arga "Bodoh." Arga tertawa puas, lalu menjalankan mobilnya. Elena mendengus kesal menatap Arga dengan berbagai makian yang tak jelas. "Kau_? €¥£^£°£℅°£° " Hahahaha! kau cantik kalau lagi ngambek, gadis bodoh." Lagi lagi Arga tertawa. Elena memutuskan untuk diam tidak menjawab ucapan Arga. Tanpa mereka sadari seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil Ferari berwarna hitam sedari tadi memperhatikan mereka berdua. **** "Siapa pria yang bersama Elena? Reegan bertanya pada Lucian yang tengah duduk di depan monitor. " Aku tidak tahu,apakah pria itu sahabatnya atau kekasihnya." Lucian sengaja membuat percikan api di hati Reegan. "Tapi..aku rasa pria itu kekasihnya." Lucian menatap wajah sahabatnya yang berubah merah padam. "Kekasihnya." Reegan mengatupkan bibirnya, lalu ia duduk di kursi di depan Lucian. "Aku akan secepatnya membawa dia pergi dari kota ini." Reegan tersenyum sinis, melirik Lucian sekilas. "Bagus Reegan,l ebih cepat lebih baik. Dengan begitu, pekerjaanku akan mudah untuk menyingkirkanmu.."cap Lucian dalam hati "Kau kenapa?" Reegan mengerutkan dahi menatap Lucian yang tengah tersenyum sendiri. "Tidak ada." "Bagaiman dengan Alex?apakah kau sudah membereskannya? tanya Reegan pada Lucian. "Kau tidak perlu khawatir. Semua sudah beres." **** "Ayo turun." Arga membukakan pintu mobil, mereka sudah sampai di depan rumah. Elena turun dari mobil dan menepi saat Arga menutup pintu mobil kembali. "Sudah sana kau masuk, sudah malam." Arga menatap Elena. "Besok pagi aku jemput." Elena mengangguk. "Kau hati hati di jalan." Elena berjalan melewati Arga. "Hei bodoh." Elena menoleh ke belakang menatap Arga. "Ada apa lagi? tanyanya. "Terima kasih, sudah mau menemani.." ucap Arga tersenyum. Elena mengangkat kedua bahunya. Lalu ia balik badan memasuki rumahnya. Arga tersenyum menatap punggung Elena lalu melambaikan tangan saat Elena menoleh ke arahnya. Arga menghela napas dalam dalam, lalu ia hembuskan pelan. Ia memutuskan untuk pulang. Elena melemparkan tas nya sembarangan lalu ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Ia memikirkan kejadian tadi di kantornya Reegan. Elena tidak habis fikir, mengapa sahabatnya berbuat seperti itu. "Risma,apakah kau baik baik saja? Elena bangun lalu duduk di atas kasur, mengambil tasnya yang tergeletak sembarangan. Lalu mengambil ponsel dari dalam tas Ia berusaha untuk menelpon Risma lagi, namun nomer Risma tidak aktif meskipun Elena berkali kali mencoba, bahkan pesannya pun tidak pernah terkirim di ponselnya. 'Kemana kau sebenarnya Ris? gumam Elena dalam hati. Lalu ia beranjak turun dari tempat tidur dan berjalan ke luar kamar, ia merasakan haus. Lalu ia mengambil segelas air di dapur dan meminumnya. Elena menghentikan minumnya mendengar suara langkah kaki di luar rumahnya, ia meletakkan gelas diatas meja dan bergegas berjalan menuju pintu rumah. Elena membuka pintu rumah dan menatap sekitar halaman rumah. "Tidak ada orang? Elena mengangkat bahunya lalu ia kembali menutup pintu dan menguncinya Siene kembali masuk ke dalam kamar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD