tersiksa

1328 Words
Satu minggu berlalu semenjak kejadian di kelab, Elena tidak masuk kerja di kelab atau pun di toko boneka milik Samanta, selama satu minggu Elena mengalami peradangan di perutnya. "Elena." Sapa Samanta dari arah pintu, ia berlari mendekati Elena yang baru saja menepikan sepedanya. Elena menoleh dan tersenyum pada sahabat sekaligus bos nya. " Apa kabarmu." Samanta memeluk Elena "Aku sudah lebih baik, Sam," jawab Elena parau. "Yuk." Samanta menggandeng lengan Elena masuk ke dalam toko. Disambut hangat oleh Parel. "Eh Elina...kirain ubur ubur." Elena meraih kemoceng di sampingnya ia lemparkan ke arah parel. "Sudah..sudah. Karena Elena sudah masuk, sekarang aku pulang dulu karena ada keperluan." Samanta memeluk Elena sekilas. Lalu dia beranjak pergi meninggalkan mereka berdua. "Elena ," ucap Parel pelan. Elena menoleh menatap Parel. 'Ya?." "Kau baik baik saja?." "Memang aku kelihatan sakit?." Tanya Elena,lalu ia duduk di kursi panjang disudut ruangan.Parel menatap Elena lalu berjalan mendekat,duduk di sampingnya. "Kau bisa cerita Elena." Parel menyentuh tangan Elena dan mengusapnya pelan. "Kepo." Elena memajukan bibirnya,menatap Parel.Entah mengapa setiap kali Elena berada dekat dengan Parel, apapun masalahnya semua hilang dikepala Elena.Sehari saja Elena tidak bertemu Parel ada rasa rindu di hatinya. Parel selalu mengisi hari hari Siene,meskipun pertemuan mereka terbatasi oleh waktu. Dia selalu mengerti apa yang ia rasakan, Elena tidak mungkin mengatakannya pada Parel kalau dia mencintainya. "Malah bengong." Parel mengibaskan tangannya di wajah Elena Elena menepuk keningnya,sebenarnya Elena sudah lama mencintai Parel namun,ia merasa tidak enak dengan Samanta yang lebih dulu jadian dengan Parel. "Mau tahu aja urusan orang." Ia menepuk hidung Parel pelan,lalu ia beranjak pergi meninggalkan Parel yang mengkerutkan dahi tak mengerti dengan sikap Elena "Kau yakin baik baik saja ?." Parel bertanya sekali lagi,masih tidak percaya dengan pengakuan Elena yang terlihat baik baik saja. Ia berusaha bersikap tenang,ia berjalan menuju meja kasir,dan duduk di kursi. Elena tidak dapat menyembunyikan kesedihannya pada Parel. Dia selalu tahu apa yang sedang Elena rasakan. "Kau mungkin bisa membohongi seluruh dunia,tapi kau tidak bisa membohongiku." Ucap Parel membuat d**a Elena semakin sesak. Salahkah jika Elena yang sederhana menyukai pria sederhana seperti Parel? Dia selalu membuatnya tertawa,dia yang selalu marah ketika Elena putus asa,dia yang selalu mengerti keadaan Elena tanpa harus ia bicara. Elena sedikit tersenyum sedih. Ia dan Samanta sama sama mencintai pria yang sama. Apa yang ada pada dirinya sehingga membuat ia jatuh cinta? ataukah itu hanya ikatan emosi saja? Elena menepis perasaan itu,lalu kembali fokus pada pekerjaannya. "Elena" Ucap Parel pelan. Elena menoleh. "Ya?." "Terserah kamu kalau tidak mau cerita,aku nggak maksa." Parel balik badan hendak pergi.Tapi langkahnya ter tahan dengan menarik tangannya hingga Parel balik badan. "Jika masalahku selesai dengan bercerita,maka akan aku ceritakan." Ucap Elena menatap dalam Parel. "Tapi seti_?." Kata kata Parel tertahan saat satu jari Elena menempel di bibir Parel. "Sssttt." Elenamenggelengkan kepala,tanda bahwa ia mengerti maksud Parel. "Baiklah." Ucap Parel pelan.Lalu ia kembali ke meja kasir. Elena kembali meneruskan pekerjaannya dengan tenang hingga jam kerja sudah habis, Elena bergegas membersihkan seluruh ruangan di bantu Parel.Setelah semua selesai Elena dan Parel melangkahkan kakinya menuju pintu.Tiba tiba Parel menggenggam tangan Elena. Elena menoleh menatap Parel yang tengah menatapnya tersenyum. Elena tidak menolaknya karena ia menunggu momen seperti itu bersama Parel.Lalu Parel membuka pintu mereka keluar bersama dengan tertawa kecil.Lalu Parel menutup pintu dan menguncinya. "Aku pulang ya." Parel melepaskan tangannya dan mencubit hidung Elena gemas, Elena mengangguk menatap Punggung Parel. Dia masuk ke dalam mobil milik Samanta. Perlahan mobil itu melaju meninggalkan Elena. Elena melangkah gontai menuju sepedanya, Lalu ia naik dan mengayuhnya. Elena harus bergegas pulang karena sudah satu minggu Elena tidak masuk kerja. Sekilas bayangan wajah Arga mengacaukan fikirannya,sehingga ia tidak fokus.Dari arah berlawanan sebuah mobil melaju dengan sangat kencang,membuat Elena terkejut dan hilang keseimbangan.Ia hampir saja menabrak mobil itu,beruntung mobil yang melaju kencang menghentikan mobilnya dengan sangat tepat,meski pada akhirnya sepeda ia menyerempet pintu mobil,sehingga ia terjatuh bersama sepedanya.Dan kening Elena terantuk pada pintu mobil, Elena mengerang kesakitan mencoba bangun.Namun keningnya terlalu sakit dan mengeluarkan darah akibat benturan itu. Seorang pria turun dari mobil,lalu menghampiri Elena,ia berjongkok mengangkat tubuh Elena. "Maafkan aku." Suara pria itu terdengar sangat rendah pada saat memanggil nama Elena.Yang tengah menatapnya nanar.Mata indah yang nyaris tidak bersinar. "Lucian,kau?." Lucian mengangguk menatap wanita yang di cintainya,wanita yang selama ini dia cari.Namun kini wanita itu telah jauh berbeda,tidak mengingat hal apapun tentang Lucian,tentang hubungan mereka,tentang cinta yang telah terjalin sekian lama. "Kau baik baik saja Elema". Tanya Lucian menyeka darah dikening Elena namun tak ada jawaban Elena terkulai lemas dipangkuan Lucian, ia jatuh pingsan. Lalu Lucian menggendong tubuh Siena dan membuka pintu mobil, merebahkan tubuh Elena di kursi depan, Lucian memasangkan sabuk pengaman lalu menutup pintu mobil. Lucian bergegas mengangkat sepeda Siene dan meletakkannya di bagasi belakang. Kemudian ia masuk kedalam mobil dan menjalankan mobilnya membawa Elena ke rumahnya. Dua puluh menit berlalu,Lucian sudah sampai dihalaman rumahnya,dia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 18:30. Lalu Lucian turun dari mobil dan membuka pintu mobil lainnya menurunkan tubuh Elena dan menggendongnya masuk ke dalam rumah.Lucian membawa Elena ke lantai atas dan merebahkan tubuh Elena dikamar pribadinya. Sesaat Lucian menatap wajah Elena dan tersenyum. Lalu ia beranjak pergi keluar kamar hendak mengambil obat dan air hangat untuk membersihkan luka Elena Tak lama kemudian Lucian kembali dengan membawa kotak obat dan wadah berisi air hangat.Lucian meletakkan wadah dan kotak obat diatas meja samping ranjang miliknya. Lalu dia membasuh luka Siene dengan air hangat menggunakan kain lembut.Setelah selesai Lucian membalut kening Elena menggunakan perban. Lucian mencoba mendekat ingin memeluk tubuh mungil itu,namun akhirnya dia mengurungkan niatnya.Lalu berbisik di telinga Elena. "Aku mencintaimu,selalu." Hanya itu yang bisa dia katakan saat ini.Lucian tampak terluka melihat Elena kesakitan. "Aku tidak akan membiarkanmu jauh dariku lagi." Ucap Lucian pelan namun jelas terdengar oleh Elena yang baru saja siuman.Lalu Elena membuka matanya perlahan. "Kau bicara dengan siapa?." Tanya Elena berusaha bangun.Lucian menggeleng tersenyum dan membantu Elena untuk bangun dan menyandarkan tubuh Elena ke bantal yang sudah ditumpuk jadi dua. "Aku dimana?" tanya Elenamenatap sekitar ruangan,lalu menatap Lucian. "Ini rumahku,kau tadi pingsan di jalan." Jawab Lucian, "Maaf,aku tidak sengaja." Ucap Elena "Tidak apa apa,yang penting kau baik baik saja." Lalu Lucian beranjak keluar meninggalkan Elena di kamar. Tak lama kemudian Lucian kembali dengan membawakan Elena bubur kacang hijau kesukaan Elena "Kau pasti belum makan." Lucian menyodorkan mangkuk berisi bubur kacang dihadapan Elena. Elena terkejut menatap mangkuk bubur yang di letakkan di atas meja kecil.Bagaimana mungkin Lucian tahu makanan kesukaannya?. "Kau tahu makanan kesukaanku?." Tanya Elena ragu.Lucian mengangguk tersenyum pada Elena "Aku tahu segala hal yang kau sukai dan tidak." Ucap Lucian tegas. Elena mengerutkan dahinya tak mengerti apa yang di ucapkan Lucian. "Jadi,bagaimana kau tahu segala hal tentang aku?." Setelah cukup lama Elena menunggu jawaban Lucian, akhirnya Lucian bicara. "Aku bercanda Elena" Lucian tertawa kecil mencubit hidung Elena gemas. Elena merasa ganjal dengan pernyatan Lucian,dia merasa kalau Lucian tidak sedang bercanda, namun Elena tidak ingin larut dan terbawa perasaan, akhir akhir ini Elena sudah banyak mengalami hal hal berat. "Ayo di makan, apa perlu aku suapin?." Elena menggelengkan kepalanya. "Apa aku bisa pulang setelah makan? tanya Elena menatap Lucian yang tengah menatapnya sedih. "Kau kenapa? tanya Elena lagi. "Tidak apa apa..lebih baik kau menginap saja, ini sudah malam.Besok pagi pagi sekali aku antarkan kau pulang." Elena menggeleng, " tidak,aku mau pulang sekarang.."ucap Elena Lucian mengangguk mengusap puncak kepala Elena. "Baiklah,aku akan mengantarkanmu." Elena merasa aneh dengan kelembutan sikap Lucian yang berbeda jauh dengan sikapnya di club "Tidak,aku bisa pulang sendiri." Elena meletakkan mangkuk di atas meja,lalu turun dari tempat tidur menatap Lucian. "Baiklah, jika itu maumu." Lucian mengantarkan Elena sampai depan rumahnya.Menatap gadis yang di cintainya sekaligus ia benci.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD