Save Me 4

1203 Words
Liburan semester satu di kampus kebidanan ini telah selesai. Tak terasa kini aku sudah memasuki semester dua. Sebelum liburan kemarin, aku sempat mengikuti tes vokal bersama beberapa calon anggota paduan suara, yang pesertanya adalah para mahasiswi pilihan Akademi Kebidanan Bina Husada Bandung. Hari pertama masuk setelah loburan ternyata langsung bertemu dengan jadwal latihan vokal di kampus. Hal itu dilakukan untuk persiapan angkat janji sebagai mahasiswi kebidanan. Sejak resmi menjadi anggota paduan suara, aku ditunjuk sebagai ketua paduan suara oleh pelatih. Berungtung aku lolos menjadi anggota dan masuk kelompok sopran. Jangan berpikir bahwa ini adalah paduan seperti di sekolah yang baisa saja. Kali sangat berbeda, paduan suara sekarang sangat profesional. Untuk menampilkan beberapa lagu, kami harus melewati beberapa tes vokal untuk menentukan jenis-jenis suara kami. Selain itu, pelatih juga memilih aku untuk menjadi ketua paduan suara sekaligus bertugas menjadi dirigen. Kegiatan tersebut adalah pengalaman baru bagiku. Dulu aku sempat bermimpi ingin mengikuti les nyanyi. Sekarang impian itu terwujud, latihan bersama anggota paduan suara kalo ini rasanya seperti les vokal profesional para penyanyi. "Kenapa aku yang ditunjuk jadi ketua, ya?" tanyaku pada salah satu teman kelompok sopran. "Mungkin karena kamu ramah, Septi. Terus, yang pertama kali ditunjuk dosen untuk menghubungi pelatih, kan, kamu." Aku mengangguk-angguk merasa paham dengan ucapan teman. Mungkin benar apa yang ia katakan, bahwa pelatih sudah terlanjur kenal dan percaya padaku. Akhirnya, setiap kali ada latihan paduan suara, aku dituntut untuk datang lebih awal sebelum anggota yang lain. Kadang, latihan ini dilakukan di jam kuliah. Bahkan, sering juga dilakukan pada malam hari. Tenagaku benar-benar terkuras untuk kuliah dan latihan paduan suara. *** Di bulan yang sama, kampus tiba-tiba saja membuka pendaftaran untuk calon anggota BEM periode baru. Berhubung aku senang berorganisasi, jadi tak mau ketinggalan. Aku pun mendaftarkan diri sebagai peserta Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa. Selang seminggu, aku pun mengikuti LDKM. Kegiatan tersebut adalah syarat wajib untuk para peserta yang ingin menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa. Sesuai ketentuan yang telah diberikan kakak tingkat. Hari ini harus memakai baju olahraga. Karena aku berpakaian syar'i, jadi aku merangkap celana olahraga itu dengan rok. Awalnya para senior terlihat sinis, tetapi aku mengatakan kalau tidak diizinkan pun akan kulepas. Tapi ternyata, mereka mengizinkan aku memakai rok. Acara pun dimulai, para peserta diminta memasuki ruangan untuk mengikuti materi persuratan. Para senior memberi penjelasan bagaimana cara membuat proposal pengajuan dana untuk kegiatan serta surat kerjasama pada lembaga atau organisasi lain. Aku senang mengikuti kegiatan tersebut. Walau di sekolah SMA pernah diajarkan, tetapi rasanya tidak sedetail sekarang. Setelah materi persuratan selesai. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Dal satu kelompok terdiri tiga orang. Katanya, hal itu dilakukan untuk mencari calon ketua BEM. Saat itu kami keluar ke lapangan yang sangat terik. Sebenarnya aku takut pingsan karena sudah lama tidak panas-panasan atau berdiri lama di bawah terik matahari. Tetapi, salah satu senior tahu bahwa aku pernah mimisan karena panas. Akhirnya ketika giliran kelompokku yang dites, kami berdiri di bawah bayangan gedung kampus. Alhamdulillah... betapa beruntungnya aku dan rasanya pun begitu sejuk. Setelah terjadi beberapa percakapan dan banyak pertanyaan yang diajukan pada peserta. Mereka yang semula tidak mempermasalahkan rok, sekarang malah diungkit-ungkit.  "Ini, lagi! Kenapa kamu pakai rok? Disuruh siapa?" ucap kakak senior dengan nada yang ketus. Mendengar pertanyaan tersebut rasanya sangat gemetar, tetapi aku berusaha keras untuk tetap tenang. Aku menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan secara perlahan. Lalu mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan hati-hati. "Maaf sebelumnya, Teh. Saya tadi udah tanya sama semua senior, apakah boleh pakai rok? Katanya boleh, lagi pula saya pakai celana olahraga, kok, Teh. Tapi di dalam." Aku membuka bagian bawah rok untuk membuktikan bahwa aku tidak menjalankan instruksi yang telah diberikan kakak tingkat. Kedua kakak tingkat penguji dan kami bertiga sama-sama terdiam. Lalu, aku mulai mengawali pembicaraan lagi. "Maaf, Teh... kalau memang tidak boleh. Saya bisa, kok, lepas roknya." "Nggak usah! Ini saya mau tanya... maaf kalau terlalu lancang. Tapi saya mau tahu aja alasan pribadi kamu. Kenapa kamu pakai rok? Padahal sudah jelas di kampus ini peraturannya memakai celana." "Baik, Teh, izin menjawab." Aku berhenti sejenak dan kembali melanjutkan. "Jadi, menurut ilmu yang saya pelajari dari guru dan orang tua sekaligus ustaz saya. Dalam Islam, pakaian perempuan itu adalah rok atau gamis, bukan celana. Dan, saya meneladani ayat Al-Qur'an yang menjelaskan, jika perempuan menyerupai laki-laki atau sebaliknya maka akan dilaknat. Saya tidak mau dilaknat, Teh. Maka dari itu saya memakai rok, karena bagi saya, celana adalah pakaian lelaki." "Terus, maksud kamu aku nanti dilaknat gitu? Aku, kan, pakai celana. Gimana tuh menurut kamu?" ujar kakak tingkatku. Aku tersenyum. "Bukan begitu maksud saya, Teh. Kan, Teteh nanya, apa alasan saya? Nah, itulah alasan saya. Itu menurut saya berdasarkan ilmu yang telah saya dapatkan. Nah, ada pun orang lain atau perempuan di luar sana ingin memakai celana, saya tidak berhak melarang dan saya tidak berhak mengatakan mereka bisa dilaknat Allah. Semua itu kembali pada diri masing-masing. Karena soal ibadah biar jadi urusan individu dan Allah saja. Saya tidak berhak ikut campur." "Oke! Jawaban yang bagus!" Setelah seluruh tes tahapan menjadi calon anggota BEM dilakukan, kami semua diminta untuk memasuki ruangan dan berkumpul. Selama kurang lebih lima jam berlalu sejak acara dimulai, akhirnya sampai juga pada penghujung acara. Yaitu pengumuman kandidat calon ketua BEM Akademi Kebidanan Bina Husada Bandung periode 2015-2016. "Orang pertama yang terpilih menjadi kandidat calon ketua BEM adalah Sila." Tepukan yang sangat gemuruh pun menyambut kabar tersebut dan beberapa teman yang duduk di dekat Sila pun mengungkapkan selamat. Aku tidak heran dengan pengumuman itu, sejak awal aku yakin bahwa Sila pasti terpilih menjadi calon ketua BEM. Selain tubuhnya yang besar dan tegap, ia juga terlihat sangat aktif di kampus. Bahkan, ketika masa orientasi dulu, Sila sempat menjadi ketua kelompokku. Gadis asal Subang sebelah Utara yang terletak di pinggiran laut itu sangat aktif dan kerap membuat ramai masa-masa perkenalan sesama mahasiswa baru. "Selanjutnya yang terpilih sebagai kandidat nomor dua adalah Okta." Tak jauh berbeda dengan Sila, banyak juga yang memberikan selamat padanya. Okta adalah gadis asal Tasikmalaya yang nada bicaranya sangat lembut dan khas. Okta satu kelas dengan Sila. Tapi aku lebih sering melihat Sila dari pada Okta. Saat aku sedang melakukan Okta, tiba-tiba saja kakak tingkat menyebutkan namaku. "Septi adalah kandidat calon kandidat ketua BEM berikutnya. Selamat untuk kalian bertiga. Ingat! Yang lain tidak terpilih itu bukan berarti kalian tidak baik. Semuanya sangat baik, hanya saja tiga teman kalian yang disebutkam tadi memiliki karakter yang kuat dan pantas untuk dijadikan calon ketua BEM." Hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, aku dipilih untuk menjadi salah satu kandidat Ketua BEM. Ma syaa Allah.... basanya benar-benar tak percaya. Selama ini aku hanya bisa berdoa, semoga diri ini menjadi orang yang selalu bermanfaat untuk orang lain. Aku tidak percaya karena berpikir, bahwa aku adalah kaum minoritas. Hanya aku satu-satunya mahasiswi yang memakai rok di kampus ini. Adakah nanti yang mau memilih aku menjadi ketua BEM? Menjadi kandidat calon ketua BEM tentu bukan hal yang mudah. Ternyata, karena hal inilah akhitnya banyak di antara teman-teman yang mengucilkan aku, terutama Sila. Gadis itu sepertinya merasa bahwa keberadaan aku adalah beban baginya. Aku berpikir bahwa Sila menganggap aku sebagai saingan terberatnya. Namun aku tak peduli, yang harus kulakukan adalah fokus untuk orasi, tapi sebelum itu, aku harus memberi penampilan yang sempurna di acara angkat janji yang tinggal menghitung hari. *** Bersambung .....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD