Menyongsong Konsekuensi

1180 Words

    “Aku berangkat dulu.” Mas Bram berkata, seraya bangkit dari tempat duduk. Wajahnya terlihat muram, begitupun dengan sorot matanya. Seolah, beban pikirannya justru menjadi berkali-kali lipat lebih berat setelah kami bicara, pagi ini.     Kutatap piringnya yang bahkan masih tengkurap di atas meja makan. Lalu, beralih pada cangkir kopi yang ada di sebelahnya. Isinya masih banyak, bahkan lebih dari separuh. Seingatku, tadi, Mas Bram memang baru menyeruputnya dua kali saja.      “Tidak sarapan dulu, Mas?” tanyaku, spontan.      Mas Bram tak menjawab, hanya menggeleng lemah, sebelum kemudian berbalik badan dan pergi dengan langkah gontai. Meninggalkan diriku sendirian di meja makan bersama menu sarapan pagi yang sama sekali tak disentuhnya barang sedikit pun.     Aku membuang napas berat

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD