Apa yang baru saja dikatakan oleh bapaknya Mas Bram membuatku sedikit terhenyak, sekaligus lega. Sebab, dengan demikian, aku terbebas dari tuntutan untuk menjawab pertanyaan yang sesungguhnya bukan kapasitasku untuk menjawabnya. Refleks, kutoleh suamiku di tempatnya duduk. Sama sepertiku, dia juga tampak terkejut, meski sedikit. Mas Bram tak langsung menjawab. Wajahnya menegang, napas beratnya beberapa kali kudengar. Tampak jelas, dia sedang berpikir keras. Mungkin sedang berusaha mencari kata pembukaan yang tepat. “Lho, kok malah diam saja, to, Bram? Benar-benar aneh kalian ini!” kata Bapak lagi, dengan nada kesal. “Kok iya, ya, Pak. Mereka ini benar-benar terlihat aneh malam ini! timpal Ibu yang duduk di sebelahnya. “Tadi, si Imbi yang kutanya, cuma blekak blekuk saja