10

1730 Words
“Lo ada teman baru, ya? Apa ada cewek?” tanya Abizard pada Raja yang sudah tidak datang ke rumahnya selama berminggu-minggu. Selama ini Raja selalu menemani Abi yang kesepian ini. Entah kapan Wede akan memberinya pasangan hidup. Abi selalu saja menjadi peran figuran di kisah hidup orang lain. Dulu di kisah Abangnya Abi muncul sedikit sekali hanya untuk membantu Abang yang ingin mendapatkan hati Kak Amira, dia juga muncul sebentar sekali di kisah Om Fateh. Entah di kisah siapa lagi kali ini dia akan diberi tugas. Hanya Raja saja yang selama ini selalu menemaninya melewati hari-hari sepi. Jika sempat Raja lebih dulu diberi jodoh, Abi pasti akan mogok makan. “Cewek? Nenek yang ada,” dengus Raja menghempaskan diri di ranjang sahabatnya itu. Abi adalah tipe pria rumahan. Bukan karena memang aslinya lebih senang di rumah. Tapi karena Papa selalu bekerja dan Abangnya membuat keluarga di luar negeri, Tante Fay jadi sering kesepian di rumah. Jadilah Abi yang mengalah dan lebih sering duduk di rumah. Raja yang merasa rumah keluarga mereka jauh lebih damai karena tidak memiliki kepala keluarga seperti seorang Bilal juga menjadi sangat nyaman untuk menghabiskan waktu di sini meskipun beberapa tahun belakangan mereka sering dijadikan bahan percobaan oleh Mama temannya yang sedang belajar memasak. “Nenek?” “Hm, Nenek..” “Gue iri sama lo. Lo masih punya Nenek. Lah gue?” “Percaya sama gue, sedetikpun gue ga pernah berharap punya Nenek kaya dia,” ucap Raja yang sudah fokus pada game yang selalu ia mainkan. Hari ini lagi-lagi Jana meninggalkannya begitu saja. Gadis itu hanya butuh Raja menjelang mereka keluar dari rumah Papa. Setelahnya dia pasti selalu kelayapan entah kemana. Untung Raja bisa “Nenek gue dirampas sama Wede, Kakek gue diasingin ke Eropa sana. Entah apa salah keluarga kami,” ucap pria itu mengiba. “Lo ngomong apa? Wede siapa?” “Adalah. Gue terangin juga lo ga bakal ngerti.” Keduanya kemudian sibuk dengan ponsel masing-masing. Hanya suara yang dihasilkan benda tersebut yang mengisi kamar Abi sebelum Fay, Mamanya, masuk dan menemukan mereka sedang tiduran dengan layar ponsel yang terlalu dekat ke mata. “Raja! Ponselnya,” ucap Fay marah pada sahabat putranya itu. Raja memang kecanduan games sejak dua tahun belakangan dan hal itu tidak baik untuk penglihatannya apalagi saat berada di sirkuit. Bagi yang belum tau siapa sebenarnya Khaleef Akarsana Syahzad, dia adalah salah satu pembalap motoGP Indonesia yang sangat sering dibicarakan karena sudah memenangkan kejuaraan dunia Grand Prix sebanyak tiga kali. Kamu akan menemukan banyak artikel tentang pria ini di internet hanya saja tidak satu pun artikel yang pernah menampilkan wajah Raja secara utuh. Pria ini selalu memakai masker hitam andalannya dan terlalu menjaga privasi sehingga tidak ada yang bisa mengulik kehidupan pribadinya. Anak dengan prestasi yang luar biasa ini bahkan tidak memiliki akun sosial media manapun. Karenanya dia bisa berjalan di keramaian tanpa harus menutupi wajah karena memang tidak ada yang akan tau. Apalagi dengan nama kecil yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan nama lengkap pria itu. “Ish.. bahkan Mama gue sendiri dibikin sayang banget sama Raja,” cibir Abi. “Dia kenapa, Ma?” tanya Raja pada Mama Fay. Dari awal Raja datang, mood Abi sudah kacau. “Lagi bete karena masih ga ketemu jodoh.” “Lo udah nyari belum?” cibir Raja yang tau pasti bahwa Abi terlalu sering berada di rumah dari pada diluar sehingga kemungkinan untuk bertemu perempuan tentu saja sangat kecil. “Kalo kita yang ga penting ini harus usaha sendiri, cari sendiri. Giliran orang-orang tertentu, yang spesial gitu.. pasti dicariin. Bahkan didatangin sama jodohnya sendiri atau ga dikenalin dari kecil. Liat Mama, dia ketemu Papa waktu masih SMA. Bang Ammar juga ketemu Kak Amira di SMA. Tante Aini juga pertama kali tau Om Fateh dari SMA. Sikembar Shakka-Keysha juga waktu SMA. Nenek gue paling parah, dari lahir udah kenal sama Kakek gue. Lah gue, Ja? Udah dua enam umur gue, Ja! Kalo ada cewek yang ga sengaja nabrak, pasti udah gue lamar saking ga adanya tanda-tanda jodoh di hidup ini. Laler aja ga ada yang berani nabrak gue apalagi cewek.” “Mulut lo kaya cewek sih,” cibir Raja yang diangguki oleh Mama Fay. “Cuekin aja, dia udah menyumpah ga jelas sejak tiga hari yang lalu. Sejak ditinggal nikah sama mantannya. Kamu sudah makan belum? Mama ada kiriman rendang dari istrinya Om Fateh.” “Mama Jana langsung yang bikin rendangnya, Ma?” “Iya, enak loh. Mau Mama ambilin atau kamu makan sendiri?” “Lo kok tau Mamanya Jana yang bikin rendangnya?” tanya Abi pada sahabat baiknya itu. Raja melotot kaget dengan pertanyaan barusan. “Mama sendiri yang bilang kalo istri Om Fateh yang masak. Istri Om Fateh bukannya Mamanya Jana?” “Sok akrab banget lo sama adek gue.” Raja mendengus kesal kemudian mengingatkan Abi bahwa Abi sendiri lah yang waktu itu membawa Jana ke pertandingannya. Mereka bahkan berfoto bertiga. “Meskipun waktu itu gue pake helm, telinga ini masih berfungsi dengan baik. Nama adek lo Jana, kepanjangannya Jahannam.” “Itu kurang ajar itu!” ucap Abi tidak suka. Jana-nya adalah satu-satunya adik yang paling dekat dengannya. Padahal ada Abang Ammar yang sangat sempurna tapi Jana tetap lebih menyukai Abi. Tidak ada yang boleh menghina Jana apalagi Raja yang tidak tau-menahu seberapa jahannam perangai bocah itu. Cukup Abi saja yang mengatai adik sepupunya. “Mama udah makan belum, Ma?” tanya Raja meninggalkan Abi begitu saja. Sedang Abi yang diabaikan oleh dua orang yang paling sering ia temui selama beberapa tahun terakhir ini akhirnya menyerah juga beberapa menit setelahnya. “Semangat, semangat! Raja juga ga ada jodohnya tuh. Pokoknya selama Raja belum nikah, gue ga boleh panik. Orang gue lebih ganteng kok. Mana Raja sama sekali ga punya pengalaman sama cewek,” ucapnya menyemangati diri sendiri. >>> Raja sedang menikmati makan siangnya ketika Jana menelfon. Beruntung sejak awal dia sudah menamai kontak Jana dengan status yang gadis itu junjung tinggi. “Nenek lo nelfon,” ucap Abi. “Biarin aja. Nenek-nenek memang suka cerewet nanya kapan pulang.” “Biar gue yang angkat aja. Gue bilangin kalo malam ini lo nginep,” ucap Abi yang sejatinya memang teman yang baik. Hanya saja belum sempat pria itu menempelkan ponsel ke telinga, Raja sudah lebih dulu menyambar benda tersebut. “Halo, Nek,” ucap Raja sambil memperhatikan raut Mama Fay dan Abi. Beruntung tidak ada jidat keduanya yang berkerut. Namun Raja tetap harus menjaga nadanya agar terdengar seperti sedang bicara pada Nenek-nenek. “Dimana, Ja?” “Aku lagi di rumah temen, Nek. Nenek mau nitip sesuatu?” Jana yang sedang sangat kesal tidak bisa mendeteksi keanehan pada sikap Raja siang ini. Satu hal yang dia katakan adalah,“Pulang, yuk!” Di telinga Raja, Jana sama bete-nya dengan Abi hari ini. Ada apa dengan dua bersaudara ini? “Ehem.. Nek aku lagi makan. Udah dulu, ya, Nek..” “Eh, Ja, tunggu!” pekik Jana agar Raja tidak memutus sambungan telfonnya. “Kenapa lagi?” tanya Raja kesal. Selama ini selalu Raja menjadi orang yang mengajak Jana pulang. Malah sering kali Jana mengabaikan telfonnya. Untung hari ini Raja berada di rumah Abi saja, kalau tidak, mana mungkin dia akan menjawab panggilan telfon Jana di percobaan pertama. “Besok kita ke Kalimantan, ya!” ajak Jana. Memutar kepalanya ke kiri, Raja kemudian berbisik pada ponselnya itu. “Mampus ae lu!” begitu ucapnya sebelum memutuskan sambungan telfon. Ada yang tidak beres dengan Jana yang baru Raja ketahui setelah sering membantunya keluar dari rumah Papa. Padahal orang tuanya sudah mencarikan jodoh, dia hanya harus duduk manis di rumah dan menunggu dinikahi oleh pria itu tapi Jana justru memilih jalan yang lebih sulit. Dia ingin mencari jodohnya sendiri. Makanya selama beberapa hari ini, gadis itu menemui semua teman-teman sekolah Ayahnya hanya untuk mendata teman-teman beliau yang memiliki anak laki-laki yang bisa ia jadikan suami. Raja tidak mengada-ada, dia bahkan sudah melihat list alamat yang harus gadis itu datangi dan seberapa banyak yang sudah ia datangi tapi tidak membuahkan hasil. “Kenapa ga ada yang cocok?” tanya Raja penasaran setelah Jana melihat list alamat tersebut. “Karena memang ga ada yang cocok. Aku kabur dari rumah karena ga cocok sama pilihan Ayah-Bunda. Malu dong kalo bawa pulang calon yang pas-pasan,” cibir Jana yang dalam hati sudah memutuskan untuk segera menemukan orang yang ia cari atau semakin hari kebohongannya semakin bertambah. “Lo sukanya yang kaya gimana?” “Ya, minimal kaya kamu, lah.” “Minimal,” cibir Raja. “Tampang kaya gue susah nyarinya.” Jana kemudian menarik kepala Raja mendekat dan membuat pria itu menatap bayangan mereka di spion depan mobil pria itu. Jana memang jadi lebih bar-bar sejak mengetahui bahwa Om Bilal tidak mempermasalahkan dia yang memperlakukan Raja kasar. “Lihat wajah kita baik-baik, ya, Ja! Tetapkan standar cantik kamu mulai dari sekarang. Bisa kacau perawakan cicitku kalau kamu asal nyomot istri.” Sedang Raja, dia bukan pria lembek. Raja adalah pria terlincah di sirkuit tapi karena saat ini pipinya bersentuhan dengan pipi Jana, pria itu membiarkannya. Bukan tidak sanggup menjauhkan diri, tapi lebih ke enggan. “Walaupun kamu jarang senyum, tetap aja ga mengurangi kegantenganmu. Apalagi hidungmu,” ucap Jana. “Kenapa sama hidung gue?” tanya Raja yang tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengagumi wajah Neneknya. Meskipun dia sudah mengubur keinginannya, tetap saja hal itu tidak mengurangi kecantikan Jana di matanya. “The most satisfying part of your body.” “Lo ngeremehin gue, Jan?” “Maksud aku, secara penampakan luar. Cewek lain ga mungkin bakal liat d**a telanjang kamu duluan. Sempat kamu telanjang d**a depan cewek lain aku jamin kami semua terpaksa ngawinin kamu. Iya kalau ceweknya mau, paling parah dituduh pengen memera-wani anak gadis orang terus diarak warga. Dan aku ga bakal bisa belain kamu yang dipukul mati-matian sama Om Bilal. Kak Siti juga bisa kena serangan jantung karena cucunya yang dia tau adalah pria baik-baik ternyata-” “Bacot lo bakal melebar kemana-mana kalo dibiarin,” ucap Raja setelah membekap mulut Nenek mudnaya itu. Menoleh pada Abi, Raja jadi terheran-heran. Kenapa kakak-beradik ini sibuk sekali memikirkan jodoh? Namun tetap saja ia tidak bisa membiarkan Jana disetiri oleh naffsunya yang ingin mendapatkan suami dalam waktu dekat. Me: Lo dimana? Cari tempat yang banyak orangnya terus cari tempat makan. Tunggu gue disana. Me: Jangan lupa shareloc! Me: Jangan ke Kalimantan sendirian. Jangan bikin gue gila pokoknya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD