Pengantin pengganti

1373 Words
Hari-harinya di rumah sangat tidak baik-baik saja. Stres dan kadang menjadi agak panik. Sama sekali tanpa ketenangan. Mamanya akan tiba-tiba menangis saat melihatnya, papanya akan menunjukkan mimik wajah sedih, dan kakaknya yang baik akan dengan sengaja tersenyum mengejek padanya. Hari itu adalah malam sebelum acara pernikahan. Seharusnya ada banyak kebahagiaan, tapi nyatanya keadaan terlalu tenang. Hingga Zahra yang seharusnya menikah besok, tiba-tiba bicara pada mama dan papanya agar menggantikan dirinya dengan Rahel. "Apa maksudmu? Apakah rasa malu kami belum cukup, kamu masih ingin membuat masalah?" Sarah memarahi putrinya yang memiliki ide gila. "Ma, Rahel hamil. Bagaimana dengannya saat orang lain tahu? Meskipun agak menyedihkan, Zahra rela memberikan pernikahan Zahra untuk Rahel. Dia lebih butuh sosok suami!" "Diam kamu!" Sarah sudah semakin marah mendengar ucapan putrinya. "Zahra, jangan katakan apapun lagi. Besok kamu akan menikah, jangan khawatirkan apapun!" Ardito mendengar semuanya dan merasa tidak puas. Meskipun mereka belum memiliki keputusan apapun, tapi Rahel adalah putri kesayangannya. Jika laki-laki yang menghamilinya tidak bisa bertanggung jawab atas bayi itu, maka tidak apa-apa baginya untuk membesarkan cucunya sendiri. Ardito tidak pernah memikirkan tentang rasa malu yang akan dihadapi keluarganya, karena menurutnya putrinya sendiri sudah sangat terluka. Dia akan menjadi garda terdepan, jika ada orang yang berani menghina sang putri. Berbeda dengan Ardito, Sarah lebih memikirkan apa yang akan dipikirkan orang-orang, jika mereka tahu tentang putrinya yang selalu dia banggakan, ternyata hamil tanpa menikah. "Pergilah ke kamarmu. Besok kamu akan menikah apapun yang terjadi. Jangan pikirkan tentang adikmu!" Zahra melihat kalau kedua orangtuanya tidak ada yang tergerak dengan idenya. Sedikit kecewa, karena dia tidak ingin menikah dengan duda kaya itu. Sebelumnya dia setuju, karena merasa tidak ada pilihan lain. Dia tidak memiliki pekerjaan, setelah dua tahun lulus kuliah. Semua karena dia hanya kuliah di universitas kecil di kota mereka. Nilainya juga tidak terlalu bagus. Dia tidak memiliki kemampuan lebih atau berpenampilan menarik. Sangat sulit mendapatkan pekerjaan bagus. Seorang duda anak satu melamarnya, dia merasa sulit, tapi pada akhirnya menerimanya. Alasannya karena dia melihat kebahagiaan terpancar di wajah mamanya, saat ada laki-laki datang melamarnya. Selama ini dia tidak pernah memiliki pencapaian apapun, bahkan dia tidak bisa mendapatkan laki-laki untuk dinikahi. Mamanya menganggap ini adalah kesempatan bagus untuknya. Zahra tahu mamanya juga sangat menyayanginya. Setelah lamaran datang, mamanya menanyakan pada teman-temannya tentang Farhan. Laki-laki anak satu itu terkenal baik, dan alasannya mengapa menduda adalah istrinya meninggal karena sakit. Selama ini Zahra selalu merasa lebih rendah dari Rahel. Gadis itu berparas cantik, cerdas dan juga memiliki banyak teman. Seolah-olah hidup Rahel lebih mudah darinya. Sekarang setelah hal seperti itu terjadi, Zahra tidak ingin menikahi duda itu lagi. Ingin membuat Rahel yang menikahi duda itu. Bukankah artinya kemudian hanya ada dia sebagai anak keluarga ini? Hal-hal baik akan menjadi miliknya. "Ma, perut Rahel akan membesar. Bagaimana nanti orang-orang akan menghinanya? Lebih baik jika Rahel segera menikah. Farhan pasti mau membantu kita menutupi aib. Dia laki-laki baik. Dan Rahel kita juga gadis yang cantik. Ini adalah kesempatan terakhir. Zahra bisa berkorban sebagai kakaknya!" Sarah menangis keras, dia memeluk putrinya yang baik hati. "Baiknya hatimu, Nak!" "Ma, Zahra tidak apa-apa. Tapi Rahel tidak bisa menunggu. Dia akan menjadi bahan gunjingan orang. Biarkan saja Zahra mengalah, nanti Zahra akan menjelaskan pada mas Farhan!" Sarah tidak bisa memberikan persetujuan, karena dia sendiri merasa bingung. Mendengarkan ucapan Zahra, dia merasa menemukan solusi. Tapi bagaimana bisa dia membiarkan Putrinya yang lain mengalah? Pernikahan ini cukup baik, setidaknya Zahra tidak akan hidup susah nantinya dan Farhan juga laki-laki baik yang dewasa. "Ma, aku gak mau!" Rahel mendengarkan semuanya sejak tadi. "Nak!" Ardito melihat wajah putrinya yang sudah basah air mata. "Pa, aku gak mau nikah dengan mas Farhan. Aku gak cinta sama dia. Dan keluarganya juga tidak akan bisa menerima keadaan Rahel. Jadi Rahel mohon, jangan paksa Rahel menikah!" Rahel tahu dia telah mengecewakan orangtuanya, tapi bukan berarti dia akan melakukan hal seperti itu. Tatapannya tertuju pada Zahra. Dia tahu, tidak mungkin kakaknya itu memiliki niat baik menolongnya. Farhan adalah laki-laki baik, tapi laki-laki itu jauh lebih tua darinya. Dan tidak mungkin Farhan akan begitu saja mau menerima keadaannya. Jika pun mau pasti terpaksa. Pernikahan itu akan berakhir buruk. "Ini pernikahanmu. Kenapa juga kamu ingin aku menggantikanmu?" Rahel bertanya langsung pada Zahra. "Karena kamu harus segera menikah! Ayah dari anak itu belum tentu akan menikahimu. Apakah kamu akan menunggunya datang, sedangkan perutmu akan terus membesar?" Zahra bicara dengan penuh pengertian, mencoba menjelaskan niatnya. Menggeleng, Rahel bisa melihat kepalsuan dalam ekspresi Zahra. "Kamu tidak menyukai mas Farhan kan? Kamu berubah pikiran, dan ingin aku menggantikanmu. Apakah menurutmu ini bisa terjadi sesuai keinginanmu? Besok keluarganya akan datang, dan apakah kamu bisa menjelaskan pada mereka?" "Rahel, bicara lebih sopan pada kakakmu. Apakah kamu tidak bisa melihat kebaikannya? Kamu malah menuduhnya seperti itu!" Sarah merasa putri kecilnya semakin tidak memuaskan. Sudah melakukan hal salah, tapi tidak menunjukkan sikap yang baik dan malah menjadi penuh prasangka. "Ma, aku gak mau menggantikannya! Aku gak mau nikah sama mas Farhan!" Rahel kembali membujuk mamanya. Tidak peduli dengan kemarahan yang baru saja ditunjukkan padanya. Selama dia bisa meyakinkan mamanya, maka hal seperti tidak mungkin terjadi. Sedangkan Sarah hanya membuang muka. Dia melihat wajah Zahra yang menatapnya dengan tulus. Mengusap pipi putrinya dan kembali menangis. "Ma, Rahel hanya sedang bingung. Tapi keputusan ada di tangan mama. Kita hanya punya waktu sedikit, untuk membujuk mas Farhan!" Ardito melihat keadaan yang makin kacau antara istrinya dan anaknya. Rasanya tidak pantas untuk tiba-tiba mengganti pengantin. Juga, putrinya tidak perlu menikah dengan laki-laki b******k yang tidak bertanggungjawab itu ataupun Farhan. Putrinya akan menemukan pasangan yang baik suatu hari nanti, yang akan menerima kelebihan dan kekurangannya. "Zahra, papa juga tidak setuju. Kamu tetap akan menikah seperti yang telah kamu janjikan pada Farhan. Kamu sudah menerima lamarannya!" Ardito menjelaskan pada putri tirinya. "Pa, aku hanya tidak ingin adikku dihina oleh banyak orang karena kehamilannya! Ini satu-satunya hal yang bisa kita lakukan untuk menutupi kehamilan Rahel. Orang-orang tidak benar-benar jelas putri mana yang akan menikah di keluarga ini. Dan keluarga Farhan, nanti minta saja Farhan untuk menjelaskan!" Zahra masih berusaha dengan wajah baiknya, dia menunjukkan sisi dewasa dan penuh pengertian. Sarah memeluk erat putri sulungnya. "Mama akan mencari laki-laki yang lebih baik untukmu!" Zahra mengangguk. Dia merasa lega, akhirnya mamanya setuju. Dia punya rencana sendiri untuk menjelaskan pada Farhan. Dia bisa meyakinkan laki-laki itu. "Pa!" Rahel memeluk papanya. Dia tidak ingin menikah, dengan rasa belas kasihan. Bahkan jika keadaannya sangat menjijikkan, dia tidak mau. _ Rahel sama sekali tidak tidur, dia hanya terus menangis. Kenapa dia hamil? Kenapa dia dulu percaya dengan laki-laki b******k seperti Malik? Rangga Malik Akbar, laki-laki itu telah menghancurkan masa depannya dan juga hatinya. Sedetikpun, Rahel tidak berniat untuk memberitahu Malik tentang kehamilannya. Apa yang akan dia harapkan dari laki-laki seperti itu. Dia juga tidak ingin menikah dengan Farhan. Zahra lah yang seharusnya menikah dengan laki-laki itu. _ Farhan laki-laki dewasa berusia tiga puluhan. Dia tinggi, agak tampan dan sangat dewasa. Memiliki putra berusia dua tahun. Pada pandangan pertama, dia telah jatuh hati pada Zahra. Wanita berusia dua puluh lima tahun yang juga sangat tenang. Mereka akan menikah hari ini. Farhan dengan pakaian rapi, jas warna hitam datang sambil menggendong putranya ke rumah keluarga Zahra, bersama keluarga. Hari ini hanya akan mengadakan akad, kemudian resepsinya baru akan diadakan besok di hotel mewah. Semuanya berjalan sesuai rencana, kecuali Farhan, tidak ada yang tahu kalau pengantinnya akan digantikan. Tentu Farhan awalnya menolak, karena dia menyukai Zahra. Tapi Zahra membujuknya dan menjelaskan keadaan adiknya. Dia tidak memiliki waktu untuk berdebat, karena pernikahan akan tetap dilangsungkan besok. Tidak mungkin untuk membatalkannya, karena dua keluarga yang akan menanggung rasa malu. Ketidakpuasan di wajah Farhan tidak terlalu jelas. Dia hanya berharap, Rahel bukan gadis yang buruk. Jika nanti dia menikahi gadis itu, maka dia harus mengubur dalam-dalam perasannya pada Zahra. Meskipun dia bukan laki-laki terbaik, tapi dia adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Siapapun nanti istrinya, dia akan baik kepadanya. Tapi kekhawatirannya tidak terjadi. Karena yang keluar dengan pakaian pengantin adalah Zahra. Bagaimana bisa Zahra? Karena Rahel sudah kabur dari rumah sebelum matahari terbit. Sarah maupun Ardito panik, tapi tidak mencarinya. Karena tidak mungkin untuk meninggalkan rumah. Jadi semuanya kembali seperti semula, Zahra yang menjadi pengantin. Zahra adalah satu-satunya yang merasa sedikit kecewa. Dia tidak pernah berpikir kalau Rahel akan berani kabur dari rumah. Dia telah meremehkan tekadnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD