“Uh, Grandma. Russel sedang berada di luar negeri. Dia sedang ada pekerjaan,” ujar Grace memberikan alasan palsu pada neneknya melalui sambungan telepon. Grace sudah berbalik membelakangi Jason yang masih berkacak pinggang ingin bicara dengannya.
“Oh ya? Aku tahu kamu sedang membohongiku, Grace. Kalian sudah putus kan?” Nenek Grace langsung menuding tanpa basa-basi. Grace memejamkan mata dengan raut meringis. Ia memang tidak bisa menyembunyikan apa pun. Mata-mata Neneknya ada di mana-mana.
“Grandma, aku mohon. Aku akan menjelaskan semuanya saat makan malam nanti,” balas Grace mengecilkan suaranya. Ia tak ingin Jason mendengar masalahnya.
“Kalau begitu, saat makan malam nanti aku akan mengumumkan Carl-Johan sebagai calon penerima warisan. Dia akan segera bertunangan dan kekasihnya sedang hamil.” Mata Grace seketika melotot.
“Tidak, Grandma! Tolong jangan. Aku ... aku ...”
“Grace, kamu tahu aturannya kan? Jika kamu menikah dan hamil, maka kamu yang akan menjadi pewaris tunggal wangsa Liechtenstein. Kamu adalah keturunanku dari putriku, Charlotte. Seharusnya kamu yang menikah lebih dulu.” Grace menggigit bibir bawahnya dan seketika panik. Ia akan kehilangan semuanya jika Carl-Johan yang akhirnya menguasai warisannya.
Otak Grace berpikir cepat dan terdesak. Rasanya tak bisa bernapas, mata Grace melirik pada Jason yang masih menatapnya dengan delikan maut. Lalu matanya membesar. Ide gila itu terlintas begitu saja. Grace menggeser posisinya jadi makin jauh dari Jason. Jason sampai mencebik kesal dan mengernyit melihatnya.
“Grandma, sebenarnya ada yang ingin aku katakan tapi, ini mungkin akan jadi sedikit masalah. Aku berselingkuh itu sebabnya mengapa aku dan Russel kemudian putus. Lalu, sekarang aku hamil dari pria itu. Bagaimana jika aku membawanya saat makan malam nanti?” ujar Grace menawarkan sesuatu yang tak ia rencanakan dalam hidupnya.
“Kamu hamil?”
“Iya. Aku sudah hamil. Aku akan memberikan hasil tesnya nanti ....”
“Tidak perlu. Bawa saja calon Ayahnya, agar aku bisa bertanya langsung.” Nenek Grace memotong cepat.
“Baik, Grandma. Sampai bertemu makan malam nanti.”
“Selamat malam, Grace.”
Sambungan itu pun ditutup. Grace menahan napasnya dan melepaskan tepat saat panggilan berakhir. Ia menyandarkan tubuhnya yang lunglai di dinding sambil menarik napas tersengal.
Jason turut memperhatikan dan kali ini kernyitnya berubah jadi keheranan. Bosnya itu tak segalak biasanya. Kali ini ia lebih mirip sedang terkena serangan jantung.
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Jason menghampiri.
Grace langsung sadar dengan yang dilakukannya dan spontan menegakkan tubuh. Ia kembali bersikap biasa seperti tidak ada yang terjadi. Jason jadi makin keheranan. Calon bosnya ini memang orang yang aneh.
“Aku baik-baik saja. Uhm, jadi ....”
“Kita belum selesai! Batalkan program inseminasi itu dan aku akan menarik kembali donorku sesegera mungkin!” tukas Jason mengacungkan telunjuknya pada Grace. Matanya membesar dengan wajah tanpa senyuman sebagai bukti ketegasannya.
“Aku tidak bisa. Jadwalku sudah diatur dan aku tidak bisa membatalkannya lagi,” jawab Grace berkilah.
“Omong kosong! Kamu adalah Chief of Medicine!”
“Belum. Aku belum diangkat secara resmi!” sanggah Grace cepat.
“Sama saja. Kamu tetap bisa menarik program itu kembali. Jika kamu membatalkan prosedurnya, Dokter Anderson pasti akan menurutinya!” Jason masih bersikeras. Rautnya makin berubah tegang. Bahkan urat-urat di lehernya jadi sedikit terlihat karena menahan kegeraman.
Sementara Grace tidak bisa menarik kembali keputusan untuk melakukan inseminasi. Ia terdesak waktu untuk segera hamil. Meskipun, Grace juga harus menikah, tapi bukankah ia bisa membayar seseorang untuk melakukan peran itu sementara?
“Aku membutuhkan prosedur itu secepatnya. Oleh karena itu, aku mau menawarkanmu sesuatu. Aku akan membayar untuk donor spermamu.” Kening Jason seketika makin mengernyit lebih parah.
“Hah?” Jason terperangah tak percaya.
“Apa kamu mengira jika aku adalah pria panggilan yang memberikan s****a demi uang?! Aku masih waras!” imbuhnya.
“Lalu apa maumu?” sahut Grace meninggikan suaranya tak sabar lagi.
“Batalkan prosedur itu!” Jason bersikeras.
“Aku tidak bisa. Aku harus segera hamil!” jawab Grace menahan geraman pada suaranya lalu terengah. Jason pun terdiam menatap bosnya itu. Grace menarik napas panjang dan berbalik menyamping. Ia paling menghindari berdebat dengan Jason. Jason Thorn memang salah satu dokter residen bedah yang sedang dipromosikan sebagai dokter spesialis tetap atau attending. Jason itu pembangkang, kerap seenaknya, tapi sangat jenius, berani, serta sedikit badboy. Terlebih Jason punya banyak penggemar dari perawat, sesama dokter residen dan senior sampai para pasien. Maka berhadapan dengannya dalam sebuah konflik, bukanlah pilihan yang menyenangkan.
“Aku tidak peduli apa alasanmu. Batalkan prosedur itu atau aku akan membuatmu tidak bisa mencapai posisi itu ....” Jason menunjuk pada kursi kerja Chief of Medicine yang akan segara diisi oleh Grace. Grace berbalik dan mendelik.
“Jangan mengancamku! Aku bisa memecatmu kapan pun.”
“Silakan. Coba saja kalau bisa. Aku adalah Chief of Resident sekarang. Aku bisa membuat semua dokter residen mogok dalam sekali panggilan. Coba saja kalau kamu berani memecatku!” balas Jason tak kalah garang.
Grace mengeretakan rahangnya tanda gemas bukan main. Ia kesal karena belum bisa memecat karena posisi kepala belum jatuh ke tangannya. Jika tidak, Jason adalah dokter pertama yang akan ia pecat.
“Keluar dari sini sekarang! Jangan harap aku akan membiarkanmu, Jason Thorn!” Grace menunjuk dan menantang Jason tanpa rasa takut. Sedangkan Jason tak beringsut dari posisinya. Ia akan tetap pada permintaannya. Jason mendekatkan wajahnya dan membalas mengancam. Ia tidak segan melakukan apa pun.
“Aku tahu jika kamu akan melakukan inseminasi buatan, Dokter Reitberg. Yang harus aku temukan adalah alasannya. Kenapa kamu melakukannya sementara kamu belum menikah? Apa kamu sedang berkomplot dengan mafia perdagangan manusia dengan menjadi ibu pengganti?” ujar Jason dengan lirikan mata jahat menuding Grace. Grace terperangah tak percaya.
“Itu tuduhan konyol!” umpatnya pelan.
“Terserah. Tapi jika sampai besok kamu tidak membatalkan prosedur itu, aku akan menyebarkan rumor soal kehamilanmu pada anggota direksi sehingga mereka akan membatalkan pencalonanmu.” Jason menyeringai penuh kemenangan karena berhasil membungkam Grace.
Grace kehilangan kata-katanya. Sementara Jason mundur beberapa langkah lalu berbalik hendak pergi. Sebelum ia benar-benar keluar, Jason menekankan kembali kata-katanya.
“Waktumu kurang dari 24 jam, Dokter Reitberg.” Jason pun langsung pergi seraya menutup pintu separuh membanting.
Grace mengentakkan kedua kakinya karena begitu kesal. Urusan warisannya belum selesai dan sekarang ia harus berurusan dengan Jason Thorn.
“Apa yang harus aku lakukan? Oh Tuhan ....” Grace bergumam sendiri dengan sebelah tangan memegang kepala serta mondar-mandir. Sambil mengeratkan hati, Grace mengambil ponselnya lagi untuk menghubungi kenalannya seorang manajer klub malam.
“Rob, aku butuh bantuanmu. Tolong carikan aku teman kencan pria yang mau bersamaku selama satu minggu penuh!”.