Grace mengetuk pintu kamar Jason beberapa kali dan menunggu. Ia belum bicara tentang rencana bertemu dengan neneknya Paduka Putri Margareth besok pagi. Jason yang masih menengadahkan kepalanya ke atas dengan sebelah tangan mengurut kening baru sadar beberapa detik kemudian. Dengan langkah malas, ia berjalan ke pintu dan membukanya. “Apa aku sudah mengatakan jika besok pagi kita harus sarapan bersama Nenekku? Dia ingin sekalian ingin bicara denganmu,” ujar Grace seperti biasa tanpa basa-basi. Jason langsung melepaskan helaan napas panjang serta kesal. “Apa? ugh ....” “Kenapa mengeluh seperti itu?” sahut Grace menegur tak suka. “Kita baru pulang makan malam dengan Ayahmu dan besok harus sarapan dengan Nenekmu. Sampai kapan keluargamu baru akan melepaskan kita?” tanya Jason menyindir. “